Beberapa point diskusi dapat dirangkum seperti ini:
- Organisasi PGRI diharapkan memperjuangkan kekhasan tampilan guru. Maksudnya guru pada zaman otonomi daerah, tampilannya seperti ASN pelaksana administrasi. Padahal guru memiliki kekhasan (ciri khas) tersendiri yang mesti dapat dibedakan. Misalnya, mengapa tidak berpakaian yang khas guru, batik kesuma?Â
- Organisasi PGRI diharapkan memperjuangkan posisi guru agar tetap sebagai guru, bukan menjadi pelaksana, staf atau bahkan pejabat struktural. Hal ini betapa sangat disadari dan terlihat ketika otonomi daerah berlangsung. Guru dapat saja menjadi pejabat struktural berdasarkan keputusan pemerintah daerah (bupati, walikota, gubernur). Bukankah tugas pokok dan fungsi guru jelas, mengajar dan mendidik. Namun, siapakah guru yang menolak ketika mendapatkan jabatan struktural?Â
- Pengetahuan tentang organisasi PGRI diakui oleh para peserta sebagai belum sepenuhnya. Contoh nama motif pada kostum/baju yang khas PGRI, yakni batik kesuma. Mungkinkah semua guru mengetahuinya?Masih ada yang belum mengetahuinya.
- Kewajiban memberikan uang pangkal dan iuran, serta hak-hak yang dapat dituntut bila memenuhi kewajiban. Kepada setiap guru sekalipun menjadi guru tetapi bila tidak mendaftarkan diri kepada Pengurus PGRI, bagaimana dapat diakui sebagai bagian dari organisasi PGRI itu sendri? Seseorang guru (atau siapa pun) akan diterima atau ditolak menjadi anggota PGRI setelah mendaftarkan diri dengan memenuhi syarat tertentu sesuati konstitusi (AD ART)
 Demikian rangkuman hasil diskusi dari seminar/sosialisasi tentang Organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia. Ada harapan pada para guru pendidikan dasar di desa Nekmese, sesudah seminar/sosialisasi ini, melalui pengurus Ranting PGRI desa Nekmese, ada upaya untuk mendaftarkan para guru menjadi anggota PGRI. Keabsahan sebagai anggota PGRI ditandai dengan Kartu Anggota dimana tertulis Nomor Pokok Anggota (NPA).
Penutup
Organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia telah hidup selama 77 tahun, bahkan jauh sebelumnya dalam megap-megap pun ia tumbuh dengan nama lain, namun memiliki roh dan semangat yang sama, mempersatukan dan mempererat rasa sebagai sesama guru dalam satu organisasi perjuangan.
Pengurus Ranting PGRI desa Nekmese di Amarasi Selatan Kabupaten Kupang, NTT telah terbentuk. Selanjutnya akan memasuki masa pengabdian yang didahului dengan pengukuhan dan pelantikannya. Semua ini akan dibahas pada rapat-rapat berikutnya termasuk akan mengevaluasi kinerja Panitia Pelaksana Upacara Hari Guru Nasional/Hari Ulang Tahun PGRI ke-77 di desa Nekmese.
#Hidup Guru
#Hidup PGRI
#Solidaritas, Yes
Amarasi Selatan, 26 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H