Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi, Inspirasi dan Motivasi pada Hari Guru Nasional di Sekolah Pedesaan

25 November 2022   11:58 Diperbarui: 25 November 2022   12:14 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya guru yang benar-benar rasul kebangunan dapat membawa anak ke dalam alam kebangunan. Hanya guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat "menurunkan" kebangunan ke dalam jiwa anak... (Sukarno, 1964:614-615).

Pengantar

Upacara bendera memperingati Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun(Dirgahayu) PGRIke-77 di semua jenjang dan lokasi telah berlangsung pada hari ini, Jumat (25/11/22). 

Upacara Hari Guru Nasional, HUT PGRI ke 77 dapat saja dilihat sebagai suatu rutinitas belaka sehingga pemaknaannya pun biasa-biasa saja. Dampaknya, sikap dan tindakan stagnan, nyaman-nyaman saja sesudah upacara, namun bila pemaknaannya sungguh diindoktrin dalam darah dan jiwa guru, maka akan terjadi perubahan.

Para guru dalam lima unit sekolah (3 unit SD, 2 unit SMP) di dalam desa Nekmese Amarasi Selatan Kabupaten Kupang, tahun 2022 ini memperingati Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun PGRI ke-77 bersepakat untuk bersatu dalam satu upacara bendera. Kami tidak mengabaikan undangan Pengurus Daerah PGRI Kabupaten Kupang. Kami menjunjung dan mendukung upacara yang terjadi di tingkat Kabupaten Kupang  yang mengambil tempat di lapangan salah satu uni sekolah Kecamatan Takari. 

Upacara yang dilangsung oleh Pengurus Ranting PGRI desa Nekmese mengambil tempat di halaman SMP Negeri 3 Amarasi Selatan. Di dalam upacara inilah ada refleksi, inspirasi dan motivasi khusus untuk guru dan siswa di dalam 5 unit sekolah ini. Bagaimana bentuknya? Uraian gamblang dalam tulisan ini semoga menginspirasi.

Refleksi, Inspirasi dan Motivasi

Sub judul ini terinspirasi dari konteks gambaran umum kondisi dan permasalahan pendidikan pada umumnya dan secara khusus pada konteks lokal unit-unit sekolah di dalam desa Nekmese.Unit-unit sekolah yang dimaksudkan itu yakni:

  • SD GMIT Koro'oto sebagai sekolah pertama dan tertua di dalam desa
  • SD Inpres Nekmese, sekolah yang "lahir" dari rahim SD GMIT Koro'oto
  • SD Negeri Naet, sekolah yang "lahir" dari rahim SD Inpres Nekmese
  • SMP Swasta Kristen 1 Amarasi Selatan, dilahirkan oleh Yupenkris GMIT Pusat (1998)
  • SMP Negeri 3 Amarasi Selatan, sebelumnya merupakan sekolah satu atap (Satap) dengan SD Inpres Nekmese

Inilah unit-unit sekolah yang berada di ranah pendidikan dasar dalam desa Nekmese bersama-sama dengan beberapa unit pra sekolah yang penyelenggaraannya oleh institusi keagamaan di dalam wilayah desa ini. Sementara masih terdapat 1 unit sekolah yakni SMA Negeri 2 Amarasi Selatan yang dibangun dari koordinasi dan sinkronisasi tokoh masyarakat,guru, Pemerintah Desa Nekmese, Pemerintah kecamatan Amarasi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Kupang, dan teristimewa dengan institusi keagamaan lokal yakni GMIT Pniel Tefneno Koro'oto.

Pada hari ini, Jumat (25/11/22) para kepala sekolah, kepala desa, guru, pensiunan guru, beberapa mahasiswa KKN,pengurs Komite dan para siswa menghadiri upacara ini. Pembina Upacara dipercayakan kepada Ketua Cabang PGRI Kecamatan Amarasi Selatan.

Pembina Upacara membacakan sambutan tertulis Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang pada intinya menyampaikan refleksi tentang kegamangan dunia pendidikan ketika berada pada masa pandemi covid-19, dan upaya untuk keluar dari situasi itu dengan cara yang sifatnya cepat tanggap. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat, yang oleh karenanya membutuhkan kecepatan pula pada praktiknya di ruang-ruang kelas oleh guru dan siswa.

Pada titik berangkat yang baru ini guru harus berada di garis waktu belajar secara autodidak, terutama untuk tidak tertinggal dan stagnan pada zaman digitalisasi ini. 

Refleksi apa yang muncul pada masa ini ketika upacara berlangsung di sekolah pedesaan:

  • guru berhadapan dengan perubahan yang serba cepat pada zaman digitalisasi
  • guru berhadapan dengan keterbatasan ketrampilan pemanfaatan produk teknologi informasi dan komunikasi baik hard product maupun soft product
  • guru berhadapan dengan keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat pedesaan (orang tua siswa); walau terdapat pula dalam jumlah sedikit orang tua siswa yang secara ekonomi mampu, namun tidak segera sampai pada titik pemanfaatan produk zaman digitalisasi
  • mayoritas siswa SD, SMP lambat mengikuti perkembangan zaman ini, kecuali mereka yang sudah tiba di bangku Sekolah Menengah Atas dengan terpaksa karena sudah dipaksa untuk sampai ke sana oleh sekolah. 
  • fasilitas sekolah yang belum tersedia sesuai tuntutan; bila sudah tersedia, guru belum/tidak siap memanfaatkan. Misalnya chrombook dan notebook.

Daftar refleksi seperti ini selanjutnya tidak harus mematikan inovasi dan kreasi guru dan siswa. Satu-satunya pendekatan yang dapat membawa-antarkan guru tiba di titik berangkat baru yakni autodidak atau belajar bersama dengan rekan guru baik di sekolah (offline) maupun secara online dengan rekan guru di tempat lain melalui merdeka mengajar.

Insprasi apa yang dapat diurai pada upacara Hari Guru Nasional dan Dirgahayu PGRI ke-77 di sekolah pedesaan?

  • Kreasikan sesuatu yang tepat dengan konteks pendidikan di mana sekolah berada (locus material creation). Bila hal ini dilakukan misalnya untuk produk pembelajaran Pelajar Pancasila, munculkan karya-karya inovatif dari apa yang menjadi pengetahuan lokal, sudah ada dalam pengetahuan anak/siswa. Ajak para siswa berdiskusi, biarkan mereka berkarya, guru bertindak sebagai fasilitator
  • Menulis. Menulis merupakan suatu ketrampilan yang sangat diperlukan. Menulis menjadi ruang terbuka untuk mengekspresikan sesuatu. Hasilnya dapat dipublikasikan agar menjadi pengetahuan umum. Ketika guru dan siswa berada di desa, sesungguhnya bukan halangan untuk berekspresi. Ekpresikan dengan tulisan, maka dunia akan melihat, turut merasakan, dan meresponi dengan motivasi.

Motivasi apa yang dapat diurai pada upacara Hari Guru Nasional dan Dirgahayu PGRI ke-77 di sekolah pedesaan?

  • Ubah cara pandang dan tata kerja sebagai guru. Cara pandang kita sebagai guru di desa tidak harus bagai "katak dalam tempurung" . Kita guru pedesaan secara geografis dapat saja terhalang bukit, gunung, lereng, sungai, selat, tanjung dan lain-lain, tetapi kita perlu mengatasi semua itu dengan pendekatan olah pikir dan olah rasa. 
  • Guru di pedesaan yang berangkat ke kota mendapat pengetahuan dan ketrampilan pedagogik di kampus, ketika kembali ke kampung (pedesaan), bukan menjadi kampungan. Guru yang kembali dari kampus tak pulang untuk  mengatakan tak mampu apalagi akan mampus oleh keterbatasan  fasilitas. Justru dalam keterbatasan, olah pikir dan olah rasa harus muncul untuk tampil sebagai anak kampung, anak tanah yang membangun di anak-anaknya sendiri, generasi pelanjut di dalam kampung (desa ,pedesaan) sendiri. Bila desa/kampung yang menjadi tempat tugas bukan kampung dari guru yang bersangkutan karena alasan ditempatkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten, bukankah ia tetap harus bekerja sungguh-sungguh atas alasan pencapaian visi komunal bangsa ini, mencerdaskan kehidupan bangsa?
  • Slogan berpikir lokal bertindak global, bukan milik kaum perkotaan;siapa pun bila menempatkan slogan itu dalam darah dan jiwanya, ia akan"keluar dari kandang" sudah nyaman jadi guru.

Pada saat upacara Hari Guru Nasional dan Dirgahayu PGRI ke-77 tingkat Ranting Desa Nekmese, Pembina Upacara mengumumkan kepada seluruh siswa satu program menulis sebagai sayembara. Sayembara menulis untuk guru dan siswa (SD, SMP) se-desa Nekmese. Semua tulisan yang terkumpul pada tahun 2023 akan diterbitkan menjadi satu buku.

Pesan tersirat dalam sayembara ini yakni memotivasi guru dan siswa untuk memacu diri dalam olah pikir dan olah raga. DDengan  olah pikir dan olah raga itu akan muncul ide-ide untuk dapat ditulis. Kekuatiran dan rasa percaya diri yang belum terbentuk, dapat diatasi bila ada kerinduan berdiskusi.

Upacara telah berakhir. Guru, orang tua siswa, tokoh agama, kepala desa, pensiunan, semuanya berada dalam satu acara rekreatif yakni memasukkan pinsil ke dalam botol. Seksi Acara pada Panitia ini mengatur kegiatan ini dengan menempatkan 5 unit botol di dalam lapangan. Selanjutnya dibentuklah grup-grup yang terdiri dari unsur-unsur sebagaimana disebutkan di muka. Tiap grup beranggotakan 10 orang. Tiap grup dipimpin/dipandu oleh seorang siswa. Pinsil diikatkan dengan 10 utas tali (rafia) yang panjangnya 2,5 meter. Tiap anggota grup mengikatkan tali di pinggang. Sepuluh anggota dalam grup berdiri melingkari dan membelakangi botol. Lagu dimainkan, dan dengan bantuan pemandu (siswa) pinsil akan dimasukkan ke dalam mulut botol. Semua anggota grup mesti sambil menari. 

Suatu pemandangan menarik yang mencairkan suasana, bahwa bila siswa tertentu ragu atau takut untuk menyapa gurunya, hari ini situasi itu menjadi cair. Mereka bergirang melihat gurunya menari, berusaha memasukkan pinsil ke dalam mulut botol sambil berkoordinasi agar ada kerja sama, mendengarkan arahan dari siswa (pemandu). Hal-hal ini menjadikan suasana hari ini sangat meriah.

Satu tarian/senam kreasi dari guru dan siswa SMP Swasta Kristen 1 Amarasi Selatan ditampilkan kepada komunitas guru dan siswa. Tarian/senam ini makin menyemarakkan suasana peringatah Hari Guru Nasional dan Dirgahayu PGRI ke-77 di Ranting PGRI desa Nekmese.

 

Penutup

Pada upacara yang dihadiri oleh Kepala Desa Nekmese ini, ia menyampaikan harapan untuk terus bersama, dan menggandeng Pemerintah Desa Nekmese pada Hari-hari besar lainnya di bidang pendidikan. Oleh karena itu, Pengurus Ranting PGRI desa Nekmese akan ada dalam perencanaan sebagai respon dari pernyataan kepala desa Nekmese.

Akhirnya, refleksi, inspirasi dan motivasi tidak sekadar retorika. Bila hanya beretorika, siapa pun dapat melakukannya dan tinggal mengambang tanpa pernah mendarat agar terlihat. Selama masih mengambang, siapa yang dapat menangkapnya?

Selamat Hari Guru Nasional, Dirgahayu PGRI ke-77
Salam dari Kaum Guru Pedesaan di Amarasi Selatan Kabupaten Kupang
Salam dari Kaum Guru di desa Nekmese Amarasi Selatan
Salam dari 5 Kepala Sekolah di dalam desa Nekmese
Salam dari Pengurus Cabang PGRI Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang
Salam dari Pengurus Ranting PGRI desa Nekmese

Hidup Guru
Hidup PGRI
Solidaritas, Yes

Amarasi Selatan, 25 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun