Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pemulung Aksara dalam Gulita Bisu

15 November 2022   23:09 Diperbarui: 15 November 2022   23:13 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gulita ini sedang bisu, jangkrik pun tak sudi meretaskan suaranya, dedengkot hantu malam bersembunyi jauh, kolam kecil timbunan air hujan tenang teduh, gulita bisu, pemulung aksara lebih bisu

Sepenggal kabar lara nan pedih pada cedera dan retaknya hati, hati yang telah teguh dan kukuh, nyaris tak kuat memapah dirinya sendiri, jika tak segera meraih tangkai spirit tunas baru, 

Gulita bisu dapat berkisah dengan jejeran simbol bermakna, lorong etalase bercelah, sisip bersisian naik ditopang dahan rangsang bergairah, cuat pucuk tunas baru di bidang datar berkejaran, meraih nilai dalam komunitas beragam warna genrenya.

Gulita bisu masih akan berkisah dengan simbol bermakna hingga kejora terlihat, saat itu senyum mengusir cemas, tawa menghalau kemasan lara nan pedih, canda mengubur irama kepenatan sukma, dan pemulung aksara rindu menjilidkan babak baru.

Koro'oto, 15 November 2022

*ketika kaum Kompasianer turut dalam simpati dan empati membangkitkan semangat rekan yang remuk hatinya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun