Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mungkinkah Pendidikan Pedesaan Terdampak Forum G-20?

12 November 2022   21:01 Diperbarui: 18 November 2022   16:12 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak suka duka yang saya rasakan ketika ditempatkan di sekolah tersebut. Pernah suatu ketika pulang sekolah saya berhenti di sebuah sungai hendak mencuci kaki yang kotor terkena lumpur, tetapi salah satu sandal saya tiba-tiba terbawa arus sungai yang cukup deras, akhirnya saya membuang yang satunya lagi dan membeli sandal jepit baru dari sebuah warung yang saya lewati. ADa momen saya terjatuh dari sepeda motor ke dalam lumpur yang cukup dalam pada saat hendak pulang sekolah, padahal saat itu saya membawa tas yang berisi berkas Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang mengakibatkan berkas tersebut basah dan berlumpur.

Sekali lagi, apa kata dunia membaca catatan ini? Bila membaca catatan para gurdasus/gurdacil seperti itu simpati dan empati akan terjadi. Lalu, kebijakan mungkin akan menuju ke sana?

Tentu jawaban pengambil kebijakan yakni, administrasi keadilan sosial masih harus terus dibenahi agar asas pemerataan pembangunan dari kota sampai ke pelosok dapat terjawab.

Mari melihat kata Mendikbudristek RI, Nadiem Anwar Makarim terkait keyakinannya pada prinsip gotong royong bangsa ini demi penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas untuk semua

Menteri Nadiem menggarisbawahi prinsip gotong royong sebagai nilai yang dipegang teguh bangsa Indonesia. Nilai gotong royong diyakininya dapat menginspirasi dan menjadi kunci bagi para delegasi untuk berkolaborasi menuju masa depan pendidikan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan dengan adanya pendidikan berkualitas untuk semua.

"Saya sangat percaya bahwa gotong royong adalah kunci transformasi guna menciptakan pendidikan berkualitas untuk semua dan transformasi menuju masa depan yang lebih baik, lebih berkelanjutan," tegasnya.

Ekosistem pendidikan Indonesia, disampaikan Mendikbudristek, secara bergotong royong telah melakukan akselerasi transformasi sebagai solusi krisis pembelajaran yang sudah menahun dan diperparah oleh pandemi. Melalui berbagai terobosan Merdeka Belajar, pemulihan pembelajaran dilakukan antara lain dengan menghadirkan Kurikulum Merdeka, Asesmen Nasional, dan Program Guru Penggerak.(sumber)

Tiga terobosan disebutkan oleh Mendikbudristek Nadiem A. Makarim. Ketiga terobosan itu yakni, Kurikulum Merdeka, Asesmen Nasional dan Program Guru Penggerak.

Ketiga program itu sedang gencar diberlakukan di Indonesia dewasa ini. Evaluasi terhadap ketiga program ini seiring sejalan dalam penyelenggaraannya, namun tidak berarti telah secara merata telah menyentuh keseluruhan sekolah baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Lalu dimana letak kekurangannya sehingga pendidikan pedesan belum tersentuh? Guru, prasarana-sarana, faktor di sekitar lingkungan sekolah (akses jalan & moda transportasi, akses jaringan listrik, akses jaringan internet) dukungan orang tua dan pemerintah daerah sampai kelurahan dan desa. Ini semua berada dalam satu keterhubungan yang disebut ekosistem pendidikan. 

Ketika G20 berlangsung dan Mendikbudristek RI, Nadiem A. Makarim menyebut 4 isu penting dalam dunia pendidikan, dibahas bersama para Menteri sejawatnya dari negara-negara G20, selanjutnya akan diimplementasikan sesuai konteks negara masing-masing, maka kita bertanya, mungkinkah akan berdampak pada pendidikan pedesaan di Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 tahun 2022 ini?

Menulis Sebagai Suar dari Pendidikan Pedesaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun