Mohon tunggu...
Heronimus Bani
Heronimus Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis seturut kenikmatan rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Banjir Merendam Banyak Lokasi, Mungkinkah Alam Sedang Murka?

2 Februari 2025   11:50 Diperbarui: 2 Februari 2025   11:50 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Termanu (Talmanu') patah/putus diterjang banjir; Sumber: https://www.detik.com/bali/

Dalam konteks kesiapsiagaan inilah, masyarakat berada dalam kewaspadaan ketika curah hujan disertai angin hingga membadai.

Banyak tempat di Indonesia terendam banjir. Para jurnalis mungkin akan lupa untuk menyebut jenis banjir apa yang sedang merendam suatu area, kampung bahkan kota. Kepastiannya, banjir terjadi dan berdampak pada lingkungan, sarana dan prasarana yang sudah dibangun dan dimanfaatkan, serta pada ternak dan manusia. Ekosistem alamiah dapat saja terganggu, apalagi ekosistem buatan.

Tengoklah jembatan Termanu (sebutan sesungguhnya Talmanu') di Kabupaten Kupang yang hampir selalu menjadi topik setiap musim penghujan. Masyarakat dalam wilayah Kecamatan   Amfoang Timur, Amfoang Utara, Amfoang Barat Daya dan Amfoang Barat Laut mengalami keterisolasian. ( Sumber ).

Selain jembatan Termanu/Talmanu', ada pula jembatan Siumolo di Fatule'u yang juga ambruk. Pada tahun-tahun sebelumnya pun sudah ada beberapa jembatan yang putus/patah akibat diterjang banjir, terutama ketika Badai Seroja menghantam Timor Barat. (Sumber)

Jalan lintas utama di Kecamatan Kupang Tengah menuju Kota Kupang dan sebaliknya tertutup luapan air sungai; sumber:  https://kupang.tribunnews.com/
Jalan lintas utama di Kecamatan Kupang Tengah menuju Kota Kupang dan sebaliknya tertutup luapan air sungai; sumber:  https://kupang.tribunnews.com/

Anggota masyarakat kota Kupang yang bertugas di ibukota Kabupaten Kupang terhambat ketika akan menuju Oelamasi. (Sumber)Mengapa? Karena banjir meluap menutupi badan jalan di Jalan Timor Raya desa Oebelo Kecamatan Kupang Tengah. Begitu pula di sekitar Naibonat Kecamatan Kupang Timur. Pada beberapa WhatsApp Grup terbaca kabar-kabar tentang terhambatnya arus lalulintas di tempat-tempat ini, dan bukan hal baru; karena setiap musim penghujan ketika hujan menderas, dipastikan akan ada luapan air dari sungai atau dari akumulasi air tumpahan drainase yang tidak terurus secara baik.

Kepada seorang rekan guru saya berseloroh padanya melalui pesan WhatsApp, "Dalam kondisi banjir, atau air meluap dari drainase dan jembatan kecil, pada siapa kita menyatakan kesalahan: alam atau orang?"

Rekan guru itu menjawab, "tentu pada orang, saudaraku."

Tidak selalu orang menjadi penyebabnya. Faktor alam dan manusia. Dua entitas inilah yang dapat dijadikan kambing hitam terjadinya banjir.( Sumber )

  • Faktor Alam

Curah hujan yang tinggi, Curah hujan yang tinggi selama berhari-hari menyebabkan limpahan air berlebih. Tingginya curah hujan itu biasa terjadi saat puncak musim penghujan. Cuaca ekstrem, seperti adanya badai di laut pun bisa memicu tingginya curah hujan bahkan sampai tingkat ekstrem;

Erosi Tanah, Erosi tanah yang terjadi hingga menyisakan bebatuan bisa menyebabkan air hujan mengalir deras di atas permukaan tanah tanpa adanya penahan. Ini biasanya memicu banjir bandang.

Kapasitas Tanah Menyerap Air Rendah, Keadaan tanah dan tanaman di suatu wilayah juga menjadi salah satu penyebab banjir. Tanah yang ditumbuhi banyak tanaman mempunyai daya serap air yang besar. Tanah yang tertutup semen, paving, atau aspal dan tidak ada tumbuhan sama sekali tidak dapat menyerap banyak air. 

Posisi daratan yang rendah, Daratan dengan posisi rendah rentan menjadi lokasi banjir. Air dari kawasan lebih tinggi umumnya akan mengalir ke wilayah lebih rendah. Banjir juga bisa terjadi jika permukaan tanah menurun dan lebih rendah dari muka air laut. Kondisi ini bisa terjadi di kawasan pesisir.

Kenaikan Permukaan Air Laut, Pemanasan global dan perubahan iklim kini semakin sering memicu cuaca ekstrem, yang di antara dampaknya adalah naiknya permukaan air laut. Dengan naiknya permukaan air laut, banjir bakal terjadi di wilayah pesisir, bahkan bisa menenggelamkan sebagian daratan. 

 

  • Faktor Manusia

Penyumbatan Sungai dan Saluran Air dengan Sampah. Penyumbatan saluran air dan sungai akibat timbunan sampah yang dibuang dengan sembarangan terbukti menjadi salah satu penyebab banjir, terutama di perkotaan.

Penggundulan hutan dan penebangan hutan secara liar/illegal, Penebangan pohon secara liar dan tidak bertanggungjawab sering dilakukan oleh manusia. Hal ini mengurangi daerah resapan air dan dapat menimbulkan banjir.

Perubahan tata guna lahan, misalnya lahan serapan air justru diubah menjadi lokasi pemukiman atau perkebunan; pembangunan infrastruktur yang kurang memperhitungkan dan mempertimbangkan resiko banjir.

Dalam kondisi curah hujan yang tinggi, diikuti daya tampung aliran sungai yang rendah, serta daya serap tanah yang tidak memungkinkan lagi, terjadilah banjir. Beberapa sekolah terendam banjir, ada pula yang sekali pun tidak terendam banjir, namun berada di seputaran bantaran sungai, maka mereka dipastikan akan libur. (Sumber dan Sumber

Solusi bijaksana untuk mencegah banjir dapat diwujudkan. Bila kita mencari informasi dengan menggugling langkah bijak mencegah banjir, dapat ditemukan beragam pendekatan. Berikut beberapa di antaranya: Sumber)

  • Menjaga lingkungan: Hindari membuang sampah ke sungai atau selokan.
  • Memperbaiki sistem drainase: Periksa sistem saluran air dan drainase secara berkala.
  • Menanam pohon: Tanam pohon berakar besar yang dapat menyerap air dengan cepat.
  • Membangun sumur resapan: Sumur resapan dapat menampung air hujan dan mengurangi risiko banjir.
  • Membangun infrastruktur pengendali banjir: Bangun tanggul, embung, dan waduk untuk mengendalikan aliran air.
  • Membangun bangunan tahan banjir: Bangun bangunan yang tahan banjir, terutama di daerah rawan banjir.
  • Melakukan reboisasi: Tebang pilih dan reboisasi dengan menanam pohon yang dapat menyerap air.
  • Membuat lubang biopori: Lubang biopori dapat membantu meningkatkan kapasitas tanah dalam menyerap air.
  • Membangun sistem peringatan dini banjir: Manfaatkan teknologi canggih untuk memantau dan memperingatkan adanya banjir.
  • Menerapkan pengelolaan lingkungan berkelanjutan: Pastikan aktivitas manusia tidak merusak aliran air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun