Mohon tunggu...
Heronimus Bani
Heronimus Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis seturut kenikmatan rasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Buku di Tangan Presiden Prabowo Subianto, Buku di Perpustakaan Sekolah Pedesaan

31 Januari 2025   10:55 Diperbarui: 31 Januari 2025   15:02 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebahagian kecil foto memberi hadiah dengan buku; foto&kolase: Dokpri Roni Bani

Perpustakaan Sekolah di Pedesaan  

Beberapa Kepala Sekolah yang sempat saya hubungi via WhatsApp menjelaskan tentang perpustakaan di sekolahnya. Rangkuman sebagai berikut:

  • Perpustakaan sekolah itu  bila dikunjungi maka mereka yang berkunjung itu terkategori sebagai very important person. Mereka orang yang sangat penting karena ingin mengetahui sesuatu dari buku yang ada di perpustakaan. Perepustakaan sekolah tentulah dikunjungi oleh guru dan murid. Guru membaca setiap hari akan menjadi contoh bagi muridnya. Guru yang membaca setiap hari dipastikan akan kaya diksi. Kekayaan diksi itu akan berdampak pada persiapan pembelajarannya, termasuk rujukan dalam rancangan pembelajaran.
  • Tidak banyak judul buku di perpustakaan. Hal ini disebabkan perhatian terhadap perpustakaan terasa kurang. Pengadaan buku selalu diarahkan pada buku pegangan guru  dan buku murid/siswa. Maka, murid membaca buku pelajaran diasumsikan sebagai telah berliterasi (membaca)
  • Manajemen perpustakaan sekolah masih amatiran. Lembaga manakah yang membina perpustakaan sekolah? Sementara itu perpustakaan sekolah itu sendiri belum dimiliki oleh banyak sekolah di pedesaan. Mayoritas bangunan utama seperti ruang-ruang belajar yang mendapat perhatian untuk rehabilitasi, renovasi atau bangunan baru, sementara bangunan perpustakaan belum disentuh.
  • Sekolah yang belum mempunyai perpustakaan memanfaatkan sedikit ruang kosong di dalam ruang kelas menjadi sudut baca. Pada sudut baca ditempatkanlah buku-buku murid/siswa. Buku-buku itulah yang selalu dijadikan bahan bacaan, padahal buku-buku itu disebut buku pelajaran yang berisi materi ajar (belajar). 
  • Oleh karena itu, mengkategorikan buku sebagaimana satu manajemen sederhana di perpustakaan sekolah belum dapat terwujudkan secara baik seperti ini:

Kolase beberapa ruang perpustakaan sekolah; sumber foto: kiriman Yakob, Hilar & Andi; kolase: Roni Bani
Kolase beberapa ruang perpustakaan sekolah; sumber foto: kiriman Yakob, Hilar & Andi; kolase: Roni Bani
  • Fiksi

Fiksi Sains (Science Fiction): Cerita yang berfokus pada teknologi futuristik, perjalanan luar angkasa, atau penemuan ilmiah.

Fantasi: Dunia magis dengan elemen ajaib, makhluk mitos, dan petualangan epik.

Misteri/Detektif: Cerita tentang penyelidikan kejahatan, teka-teki, dan intrik.

Romansa: Fokus pada hubungan cinta dan emosi antara karakter.

Horor: Cerita yang menakutkan dengan elemen supranatural atau psikologis

Komik:Cerita bergambar yang bervariasi dari superhero hingga cerita romantis atau petualangan

Karya Sastra klasik dan modern;

  • Non-Fiksi

Biografi/Autobiografi: Kisah nyata tentang kehidupan seseorang.

Sejarah: Buku yang mendalami peristiwa dan tokoh penting dari masa lalu.

Pengembangan Diri: Buku yang memberikan saran dan panduan untuk meningkatkan kualitas hidup dan keterampilan pribadi.

Sains/Pendidikan: Buku yang menjelaskan konsep ilmiah atau topik akademis.

Dari beberapa lembar foto yang dikirimkan oleh tiga Kepala Sekolah, terlihat perpustakaan yang dimaksudkan itu berisi buku-buku murid. Literatur sebagaimana kategori di atas, belum dapat dideskripsikan secara baik.

Seorang Pendamping Sekolah (Pengawas) yang dihubungi per telepon menguraikan kondisi perpustakaan di sekolah-sekolah dampingannya. Masalah umum yang dihadapi sekolah-sekolah dalam kerangka literasi (membaca saja) di perpustakaan yakni:

  • Belum terlihat manajemen perpustakaan secara baik, sekalipun ada beberapa sekolah yang sudah pernah mendapatkan pendampingan untuk melatih guru menjadi pustakawan. Seorang pustakawan mestinya seseorang yang bersertifikat, sama seperti guru yang bersertifikat.
  • Sangat sering guru akan meminta/menyampaikan kepada murid untuk berkunjung ke perpustakaan bila guru belum (tidak) masuk. Guru piket akan mengantar murid sampai ke perpustakaan, di sana ia menjadi pengawas murid membaca; Bila ada guru lain yang mendi "pengawas" saat murid membaca, guru yang bersangkutan mengerjakan tugas-tugas rutinnya di perpustakaan.
  • Perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten belum terlihat. Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan semestinya pro aktif pada pengembangan perpustakaan. Ada sekolah menengah pertama yang sebelumnya satu atap (satap) dengan sekolah dasar. Perpustakaannya ada di sekolah dasar. Ketika SMP menjadi reguler dan berdiri sendiri bukan lagi satap, maka sekolah itu tidak punya perpustakaan.

Saran Belaka

  • Presiden Prabowo Subianto melalui Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah mengalokasikan sejumlah anggaran agar perpustakaan di sekolah-sekolah dihidupkan? Presiden Prabowo Subianto mempunyai perpustakaan pribadi, tidakkah sebaiknya menjadi inspirasi untuk membangun perpustakaan di sekolah-sekolah dalam rangka peningkatan literasi sederhana (membaca dan menulis)? Nilai Tingkat Gemar Membaca  (TGM) tahun 2024 sebesar 72,44. Nilai ini didapatkan dari Publikasi Hasil Kajian Perpustakaan Indonesia bekerja sama dengan PT Indekstat Konsultan Indonesia. Sementara itu nilai Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) tahun 2024 sebesar 73,62 (Sumber  ) Suatu perkembangan yang baik tentunya, maka peningkatannya patutlah mendapatkan perhatian. 
  • Pemerintah Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) mengalokasikan anggaran untuk pembangunan dan pengembangan perpustakaan di sekolah-sekolah.
  • Pemerintah daerah melalui instansi teknis dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan membangun koordinasi dan kerjasama dengan NGO yang peduli pendidikan, termasuk Perpustakaan Nasional di daerah untuk pelatihan dan pendampingan Pustakawan dalam kerangka manajemen perpustakaan ssekolah.

Perpustakaan di sekolah-sekolah perkotaan tentulah sedang hidup. Sementara perpustakaan di sekolah-sekolah pedesaan, ada di antaranya sedang mati suri, ada yang sama sekali tidak punya perpustakaan. Sungguh berharap pada pemerintah daerah kabupaten yang peduli pada perpustakaan sekolah dasar di pedesaan? Atau mungkinkah ada NGO yang peduli perpustakaan?

Sekadar Pengalaman Belaka dengan Buku

Penulis menyerahkan buku kepada Gubernur NTT, Victor Bungtilu Laiskodat pada satu moment; Sumber: https://infontt.com/
Penulis menyerahkan buku kepada Gubernur NTT, Victor Bungtilu Laiskodat pada satu moment; Sumber: https://infontt.com/

Ketika saya mempunyai beberapa buku yang sempat diterima penerbit indie untuk diterbitkan, saya mendapat inspirasi untuk memberi hadiah dengan buku. Berkali-kali saya menghadiahi teman, sahabat, bahkan kepada pejabat, hingga rektor pun saya beri buku.Sumber

Sebahagian kecil foto memberi hadiah dengan buku; foto&kolase: Dokpri Roni Bani
Sebahagian kecil foto memberi hadiah dengan buku; foto&kolase: Dokpri Roni Bani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun