Pagi ini, Sabtu (11/01/25), saya tiba pada satu titik waktu yang disebut hari ulang tahun, atau orang berbahasa Inggris menyebutnya birthday, hari kelahiran. Jadi saya bersua lagi dengan hari kelahiran saya.
Kira-kira pada pukul 04.30 WITa (subuh) satu tulisan pendek dikirimkan  pada tiga WhatsApp Group. Tulisan pendek itu sebagaimana saya tempatkan di siniÂ
Pada WhatsApp Group keluarga Umi Nii Baki, saya dapati satu lembar foto yang diikuti oleh anggota grup yang mengucapkan selamat dan doa-doa.
Di antara ucapan selamat dan doa ada yang menulis lebih panjang seperti ini.
Selamat ulang tahun Bapa terus sehat, kuat, makmur panjang umur, awet muda, dan diberkati Tuhan selalu. Amin. Selamat mengalami kenaikan Tuhan Yesus di  musim yang baru ini. Tuhan Yesus memberkati (+62 821-4697-5...)
***
Di sekolah, setelah apel pagi, murid-murid ke kelas masing-masing. Mereka beribadah di sana bersama gurunya. Terdengar di satuy ruang kelas ada lagu yang dinyanyikan untuk mengenalkan binatang/ternak ciptaan Tuhan.
Pada kelas lainnya sedang latihan senam pagi.
Lalu, sejumlah murid berbaris di ruang kepala sekolah. Mereka mengucapkan selamat ulang tahun. Ternyata terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama kelas 4, 5 dan 6; beberapa saat kemudian diikuti kelompok kelas 1, 2 dan 3
Di antara para murid yang menyalami dan mengucapkan selamat ulang tahun, dua orang menyerahkan dua artikel yang ditulisnya. Dua artikel itu masing-masing berjudul: Cerita Natal dan Ibadah Natal.
Tentu saja kedua artikel ini butuh proses sunting untuk dapat ditampilkan sebagai tulisan yang menarik.
Dua murid yang menyerahkan tulisan mereka pada gurunya yang secara kebetulan sedang bersua dengan hari kelahirannya, merupakan satu hadiah/kado. Maka, layaklah untuk berterima kasih pada kedua murid ini.
Satu kebiasaan saya sebagai guru yang berusaha menulis setiap hari yakni mengingatkan para murid untuk berliterasi secara sederhana yakni membaca dan menulis. Membaca buku cerita di perpustakaan, membaca kitab suci dan lain-lain bacaan. Membaca akan menolong murid untuk memiliki perbendaharaan kata. Maka, ketika akan menuangkan pengalaman ke dalam tulisan, perbendaharaan kata sebagai pilihan (diksi) sudah ada pada mereka.
Tulisan sederhana sebagaimana yang diserahkan oleh kedua murid ini merupakan contoh konkritnya. Banyak tulisan sederhana yang diserahkan para murid di akhir semester lalu. Semuanya merupakan hasil dari mewajibkan mereka untuk membaca dan menulis. Rerata tulisan para murid kelas 5 dan 6 merupakan pengalaman mereka.
Sementara pada kelas lainnya ada ada tulisan seperti puisi. Sementara itu para murid kelas 1 dan 2 menyerahkan gambar pada gurunya. Gambar-gambar itu kemudian ditunjukkan kepada kepala sekolah.
Ada harapan, berliterasi secara sederhana yakni membaca dan menulis menjadi kebiasaan yang kelak mentradisi dan membudaya pada anak-anak seiring bertambahnya umur.
Terima kasih untuk semua yang telah memberikan hadiah/kado pada hari ulang tahun ini.
Umi Nii Baki - Koro'oto, 11 Januari 2025
Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI