Mohon tunggu...
Theofilus Benedict
Theofilus Benedict Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Posting kalau dibutuhkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penggunakan Sensor IoT untuk Pemantauan Kondisi Tanaman Jangung

12 November 2024   09:48 Diperbarui: 12 November 2024   10:09 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Cahaya sangat penting bagi tanaman jagung untuk melakukan fotosintesis. Sensor cahaya membantu dalam mengukur intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman. Tanaman jagung membutuhkan intensitas cahaya sebesar 30.000 hingga 50.000 lux untuk pertumbuhan yang optimal. Jika intensitas cahaya rendah, terutama pada fase pertumbuhan tertentu, pertumbuhan tanaman bisa terhambat. 

Data dari sensor cahaya dapat digunakan untuk mengoptimalkan paparan sinar matahari atau bahkan membantu dalam mengatur penggunaan lampu tumbuh jika diperlukan dalam kondisi lahan tertutup atau greenhouse.

            Nutrient Sensor diperluhkan untuk mengetahui unsur hara pada lahan tanaman jagung. Nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan kalium sangat penting bagi pertumbuhan jagung. Sensor nutrisi tanah dapat memberikan data terkait kandungan nutrisi dalam tanah, sehingga petani dapat memberikan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk yang tepat waktu dan sesuai kebutuhan tanaman dapat menghindari pemborosan sekaligus meningkatkan hasil panen.

            Sistem pemantauan IoT untuk tanaman jagung terdiri dari komponen utama seperti sensor, jaringan komunikasi, dan platform analisis data. Sensor-sensor yang dipasang di lahan secara real-time mengumpulkan data terkait kondisi tanah, suhu, kelembaban, cahaya, dan nutrisi. Data ini dikirim melalui jaringan komunikasi, seperti Wi-Fi, LoRa, atau jaringan seluler, ke platform analisis untuk diolah dan dianalisis lebih lanjut menggunakan perangkat lunak yang terhubung ke sistem IoT. Berdasarkan informasi dari analisis data, petani dapat membuat keputusan yang lebih cepat dan tepat. 

Beberapa sistem IoT bahkan memiliki fitur otomatisasi, yang secara otomatis mengaktifkan irigasi jika kelembaban tanah mencapai batas tertentu atau menyesuaikan penyiraman berdasarkan data suhu dan kelembaban. Selain itu, sistem IoT dapat memberikan notifikasi langsung ke perangkat seluler atau komputer petani sehingga mereka dapat memantau kondisi tanaman kapan saja dan di mana saja serta segera mengambil tindakan jika ada parameter yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman.

            Penggunaan sensor IoT pada tanaman jagung menawarkan beberapa manfaat, seperti efisiensi penggunaan air dan nutrisi dengan aplikasi yang lebih tepat, sehingga mengurangi pemborosan; peningkatan produktivitas melalui penciptaan kondisi lingkungan yang optimal; serta pengurangan risiko kegagalan panen karena sensor memungkinkan deteksi dini masalah lingkungan. 

Namun, penggunaan teknologi ini juga menghadapi tantangan, di antaranya adalah biaya investasi awal yang cukup besar terutama bagi petani kecil, keterbatasan infrastruktur karena tidak semua daerah memiliki akses jaringan internet yang stabil, dan keterampilan penggunaan teknologi yang belum dimiliki semua petani, sehingga memerlukan pelatihan khusus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun