Mohon tunggu...
Hero Fitrianto
Hero Fitrianto Mohon Tunggu... -

orang biasa. bergiat dengan aktifitas alam bebas bersama saudara-saudara di Korps Pencinta Alam Universitas Hasanuddin (KORPALA Unhas). lulus sekolah di jurusan Geology Fakultas Teknik Unhas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Romantisnya Mba' Sarah dan Pa' Alam

20 Mei 2016   11:51 Diperbarui: 24 Mei 2016   10:03 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bekas-bekas hujan di sore hari masih begitu basah. Malam sudah menjelang sejak tadi. Mestinya dingin ikut mengiringi. Namun tidak di malam ini. Ada hangat yang bahkan tidak hangat, tapi lebih pas kalau disebut panas. Gerah yang sulit dijelaskan, karena bukan kulit yang berkeringat, tapi perasaan yang lelah tercabik ego. Dan cerita klasik mBak Sarah naZ bersanding Pa' Alam yang romantismenya berlarut-larut turun temurun kembali digelar.

Cerita, kisah, haru biru dan ratapan yang selalu sama, diulang dan diulang oleh pelakon yang berbeda, dari generasi yang berbeda. Juklak, juknis dari mazhab mBak Sarah naZ kembali berbenturan dengan budaya, tradisi dan romantisme mazhab Pa' Alam. Sebenarnya tidak ada masalah bila mereka tidak bertemu di satu panggung. Seperti pemain sepak bola bermain di lapangannya dan pemain hokey di lapangannya sendiri. Namun ketika pemain sepak bola dan pemain hokey di lapangan basket untuk bermain basket, hehehe... sulit menjelaskannya, apalagi kalau mereka bermain pingpong di lapanagn basket..

Bisa dibayangkan betapa galaunya rasa hati mBak Sarah naZ dan Pa' Alam, cerita Dino seakan menjadi sekuel yang belum akan berakhir di waktu dekat. Kalau Transporter punya tujuh sekuel, maka Dino adalah sekuel yang entah sudah keberapa (susah hitungnya karena sudah terlalu banyak). Sudah jauh lebih banyak dibanding tujuh sekuel transporter.

Anak-anak dari kedua mazhab saling tempur. Adu kuat otot jempol tidak terelakkan. Statement 'serahkan pada ahlinya' sebenarnya bukan ungkapan yang baru lahir di sekuel Dino. Di semua buku pelajaran manajemen, yang dibuat sejak sebelum jaman tapak tangan di gua leang-leang pun ungkapan itu dengan mudah ditemukan. Tetapi seperti setiap sekuel sebelumnya, ada harga (diri) semu, gengsi semu, eksistensi semu yang menjadi latar belakangnya. Lalu dramapun dimulai dengan kesalah pahaman yang sudah jamak mana titik awal dan akhirnya.

Bila kemudian dilakukan bedah film, maka titik kesalah pahaman coba disikapi dengan bijak, bahwa (ada anggapan) untuk merombak tata kelola, juklak dan juknis rumah tangga mBak Sarah naZ. Ah iya..ini alarm pengingat. Setiap kita sudah hampir kelupaan, bahwa sekuel yang berlarat-larat itu terjadi di suatu planet berjudul Endo Nesah. Planet yang hampir salah urus, salah menej di setiap sektornya. Produksi bawang merah misalnya, lebih besar dibandingkan kebutuhan konsumsi planet itu. Tapi bawang merah tetap harus import dari planet lain. Itu baru tragedi bawang. Bagaimana dengan ribuan, jutaan masalah lainnya.? 

Lalu dimana anehnya kalau mBak Sarah dan Pa' Alam saling bergesekan.? Jangan-jangan gesekannya malah terasa geli-geli sedap. Eits.. mBak Sarah dan Pa' Alam tidak usah melotot begitu ke saya.. :) itu juga ungkapan yang saya pinjam, yang sudah sering kita dengar di layar tipi waktu si Batugana belum masuk bui. Bukan ungkapan yang lahir sekonyong-konyong karena sekuel Dino itu.

Nah.. begitu dong.. keep calm.. :) Ayo kita duduk kembali.. diskusi kalian sebenarnya bisa sangat membantu untuk jalan saling memahami. Statemen-statemen dari anak-anak kalian (kakek-kakek si anak-anak itu juga kadang menimpali), sangat bisa menjadi diskusi yang sehat meski dalam bentuk yang imajiner. Mengutip kata para pakar, 'satu-satunya yang berada dalam kendali kita, hanyalah diri kita sendiri. Karenanya hanya kita sendiri yang bisa membuat kita berubah. Kita tidak bisa mengendalikan diri orang lain, sehingga sangat tidak mungkin untuk bisa mengubah diri orang lain'. Saya ulangi, itu kata-katanya para ahli.

Pa' Alam bisa mulai memahami, bahwa mBa' Sarah melangsungkan kegiatannya dalam pola-pola dan filosofi yang jelas. Ada sppd (tambahan upah di luar gaji pokok), ada alat-alat yang lengkap (katanya punya rakyat dan boleh dipakai oleh siapa saja kalau alatnya sedang tidak digunakan mereka, karena begitu yang ditulis oleh undang-undang), orang-orangnya sudah sangat terlatih (karena kalau tidak ada kasus, mereka latihan terus). Lalu ada batas waktu di dalam menangani satu kasus (support logistik mereka sudah ditakar). Mereka juga perlu dokumentasi yang lengkap, untuk bukti bahwa mereka benar-benar bekerja, bukan cuma pergi pesiar menghamburkan uang rakyat. Karenanya mereka punya humas yang valid mengkomunikasikan ke media betapa berhasilnya mereka didalam menangani suatu kasus. 

Karenanya Pa' Alam juga harus maklum, mahfum dan besar hati merelakan kalau merekalah yang penolong dan penyelamat sejati dari setiap kasus. Kalau harus mengakui kinerja Pa' Alam yang secuil itu, maka harus cepat ditambahi kata-kata, 'itu adalah kerja tim, tidak mungkin dilakukan seorang diri atau oleh satu organisasi saja'. Statemen itu perlu ditulis dengan capslock, diulang-ulang 19 kali dalam satu artikel sehingga pembaca menjadi lupa tentang peran secuil si Pa' Alam. Hal itu sangat penting, karena berhubungan dengan karir, kenaikan pangkat dan itu tadi, mereka tidak sia-sia jadi karyawan di rumah mBa' Sarah naZ.

Begitu juga di keluarga mBa' Sarah sendiri untuk bisa memahami, bahwa keluarga Pa' Alam berkegiatan (di dalam suatu case accident) didasari oleh stimulus hati nurani. Perlengkapan yang mereka miliki pasti tidak sebanyak dan selengkap milik keluarga mBa' Sarah. APBN tidak dialokasikan untuk mereka. Mereka menuju ke lapangan dengan swadaya biaya. Sama sekali tidak ada iming-iming upah dari sppd (mereka sebenarnya tidak tau apa itu sppd). Amanat kode etik, bahwa mereka 'menghargai manusia sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia', menjadi pengasah ketulusan, keikhlasan mereka dalam berkegiatan. Mereka berangkat dengan stimulus hati nurani, berbekal keterampilan yang mereka miliki dan tentu saja logistik yang hampir pasti selalu kurang. Namun demikian, di banyak kejadian, mereka sanggup bertahan berada di lapangan jauh lebih lama dibandingkan anak-anak mBa' Sarah. Mereka tidak tega meninggalkan gelanggang hanya karena batasan waktu yang dihitung-hitung dengan kompensasi rupiah.

Di banyak sekuel sebelum Dino itu, press release keluarga mBa' Sarah yang seperti tidak terlalu jujur, tidak berimbang tentang informasi peran setiap komponen yang terlibat. Padahal anak-anak mBa' Sarah tidak perlu kuatir, keluarga Pa' Alam sama sekali tidak mengharapkan kalian mengalihkan ongkos sppd kalian untuk setiap mereka yang diinformasikan secara jujur dan apa adanya. Jangan ragukan keikhlasan mereka didalam berkegiatan. Mereka tidak tau dan tidak mau tau bagaimana rasa nikmatnya upah yang didapat karena musibah yang dialami oleh orang lain. Tidak usahlah keikhlasan itu dikangkangi dengan keserakahan, menyembunyikan informasi yang apa adanya. Bagilah sedikit kebahagiaan kalian dengan informasi yang jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun