Hingga akhirnya terjadilah cerita The World of married couple ala drama drama korea gitu. Si cowok mengarahkan otak ke selingkuh, mencari tempat di mana dia bisa mengatualisasikan dirinya, sebagai petualang dengan cara kerja otak yang maju mundur. Dan pada saat yang sama dia masih merasa mencintai istrinya. Sedangkan si wanita mencoba balas dendam dengan mencari telinga lain yang bisa juga menampung suply cerita di dalam otaknya.Â
Dia menangis di depan selingkuhannya karena sudah dikhianati suaminya yang selingkuh. hahaha... The World of the Married menceritakan konflik antara dokter Ji Sun-woo (diperankan oleh Kim Hee-ae) dengan suaminya, sutradara Lee Tae-oh (diperankan Park Hae-joon).Â
Pernikahan dan keluarga mereka bubar gara-gara hubungan gelap suaminya dengan Yeo Da-kyung (Han So-hee), seorang perempuan muda dari keluarga kaya dan berpengaruh di kota Gosan. Belum lama ini juga geger cerita yang drakor banget antara seorang anggota DPRD dengan pasangannya yang seorang dokter. Yah, pinter pinternya natizen menghubung hubungkan.
Masalahnya butuh jeda yang relatif panjang antara situasi kejombloan dengan sampai akhirnya menjadi bijaksana. Amare et sapere vix deo conceditur (Jatuh cinta dan menjadi bijaksana hampir tidak pernah bersamaan, juga bagi seorang dewa), begitulah dalam pepatah bahasa latin.Â
Maka, ketika jatuh cinta, meskipun kelihatannya sangat bijak mengatakan perbedaan laki laki dan perempuan, tanpa pengalaman dia belum belajar banyak dan belum menjadi bijaksana. kebijaksanaan dibentuk oleh pengalaman dan pembelajaran. Mungkin bisa saja dari pengalaman orang lain dia belajar, tapi belum menjadi pengalaman diri itu susah susah gampang.
Harapan, tanpa adanya pembelajaran dan pelatihan itu juga akan ngambang. kebijaksanaan diperlukan untuk lelaki dan perempuan, bukan hanya memahami perbedaan tapi berlatih menerima perbedaan secara realistis.Â
Jangan membayangkan misalnya kalau pacaran dengan cowok yang emosian dan seneng main tinju lalu akan berubah setelah menikah. yang ada malah akan semakin menjadi jadi.
Menurut yang pakarnya kebijaksanaan nih, untuk menjadi bijaksana dibutuhkan semacam refleksi dan pembiasaan atau habitus, dibutuhkan semacam latihan. Jadi kalau mau menyikapi perbedaan cara berfikir ini, semestinya sejak awal berani untuk dihadapi. Baik dari pihak laki laki maupun dari pihak perempuannya.
Masih penasaran dengan jawaban si cowok ketika ditanya, "mas udah cantik belum aku pakai baju yang ini?" Jawaban si cowok yang dengan pikirannya dari depan ke belakang, cenderung di area otak kiri yang fungsional akan begini, "hayah... udah udah cantik... cepetan toh... cuman kondangan ini, ga sampai satu jam juga sudah pulang ribet amat...."
Jadilah si wanita merasa tidak diperhatikan. Tiba di kondangan, dia ketemu dengan temannya waktu SMP, cowok, yang dulu bahkan bukan siapa siapa, disapa begini: "Eh... Rina ya? cantik sekali kamu sekarang.... ini suamimu?"
"ho oh..."Â