Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi dan Paskah, Solidaritas Allah dan Cahaya Pengharapan

11 April 2020   12:18 Diperbarui: 11 April 2020   13:13 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan nanti, setelah peristiwa kebangkitan Yesus, menjelang naiknya Yesus ke surga, para murid Yesus masih juga melihat mesianisme Yesus ini mesianisme politik. Kata mereka, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?"

Yesus mengecewakan mereka. Para pengikut dan juga para pengagumnya. Nyatanya Dia menerima jalan lain, jalan penderitaan, dan tidak ada satupun ciri ciri Dia sebagai seorang mesias. Dia Menyerahkan diri ketika ditangkap, menjalani penderitaan dan mati. Penderitaan inilah yang sulit dipahami oleh para murid Yesus kalau memang Dia adalah Almasih. Bagaimana mungkin Allah membiarkan manusia pilihanNya ini mati dengan begitu sengsara dan hina?

Penderitaan Yesus bukan hanya penderitaan fisik. Bahwa dia disiksa, iya. Tapi juga Dia ditinggalkan oleh murid muridNya. Murid murid yang bersama mereka Dia hidup. Juga ketika Dia melihat orang orang yang dikasihiNya, ibunya, sadara saudaraNya, wanita wanita Yerusalem yang mengikutiNya, dll. Bahkan termasuk orang yang dikasihiNya itu adalah orang orang yang memperlakukan Dia secara kejam. Dia seperti tidak berdaya menghadapi itu semua, dan hanya bisa mengatakan, "Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan!"

Secara psikologis jelas hal semacam ini tidak mudah. Dan puncak penderitaanNya adalah dalam kesepian yang total menjelang kematianNya, hingga teriakannya begitu nyaring hingga saat ini, "Eloi Eloi lama Sabakhtani..."

Dalam teologi Kristen, Dia dengan sadar sebagai seorang manusia menerima 'tugas' tersebut untuk menggenapi nubuat Kitab Suci. sebagai anak domba yang kelu di pembantaian. Untuk memahami tentang anak domba ini, butuh uraian panjang tersendiri. 

Tetapi umumnya hal itu untuk menggenapi nubuat Yesaya, "seperti banyak orang akan tertegun melihat dia--begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi--demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami."

Penderitaan Manusia Yesus, Solidaritas Allah

Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, menuliskan refleksi imannya yang kemudian menjadi kata kunci teologi solidaritas Allah kepada manusia ini, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."

Refleksi iman semacam ini, muncul dari sebuah pemaknaan atas peristiwa Yesus yang menderita. Dia yang seharusnya bisa melakukan apa saja dengan kekuasaan yang ada padanya seperti tampak pada saat Dia berkarya, harus menempuh jalan penderitaan. Hal ini, dan memahami peristiwa ini hanya bisa dilihat dalam refleksi iman umat Israel waktu itu. 

Penulis surat kepada jemaat Ibrani, membuka suratnya begini:  Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.

Artinya, melalui Yesus Allah mau menyampaikan pesan kepada umat manusia. Salah satunya tentang solidaritas. Solidaritas Allah atas penderitaan manusia, atas kesulitan hidup manusia, atas pergumulan manusia dan kemanusiaanNya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun