Gerakan pro-life, atau cinta kehidupan bukan saja berkutat pada kehidupan prenatal atau sebelum kelahiran tapi tentu juga sejauh adanya kehidupan itu sendiri. Perang, pembunuhan, penyiksaan fisik, terorisme, euthanasia, hukuman mati, dll adalah hal hal yang ditolak oleh kelompok pro-life ini.
"Who do you fight for?"
Mercenary named Sameer, "No one." "So you only fight for profits?"Â
Untuk siapa kalian berjuang? Bukan untuk siapa siapa... kalian hanya memperjuangkan keuntungan.
Ungkapan ini jelas mau mengkritik prinsip moral yang dikenal dengan utilitarianisme. Sejauh menguntungkan atau demi keuntungan yang lebih besar, kadang kadang hidup sebagian kecil orang bisa dikorbankan atau dijadikan tumbal. Padahal, sekecil apapun dan setidakmenguntungkan apapun, hidup manusia harus dilindungi dan diperjuangkan. Lepas dari kontroversinya, ungkapan engkau adalah aku yang lain harus dipegang. Bisnis perang, bisnis reproduksi manusia dan pembatasannya, bisnis kedokteran, semuanya kalau tidak berhati hati lebih berorientasi pada profit dan kehilangan semangat dasarnya.
Dan untuk itu semua akhirnya diperlukan sesuatu yang mengikatnya. Quote-nya sangat bagus dan mendalam, "Only love can truly save the world. This is my mission now [and] forever. (Hanya cinta yang benar-benar bisa menyelamatkan dunia. Inilah misi saya sekarang dan selamanya.)"
Ya, hanya cintalah yang bisa memperjuangkan semacam itu. Cinta yang jauh melampaui hitunghitungan untung rugi. Meskipun film tersebut fiksi, namun jelas menunjukkan sebuah ideologi tertentu. Memang tidak ada pernyataan resmi berkaitan dengan quotes-quotes tersebut. Apakah memang film tersebut mau menyampaikan pesan yang sedemikian radikal tentang sebuah cinta tak bersyarat atau sebenarnya sama saja sebagai sebuah produksi yang memperjuangkan keuntungan. Tapi jelas, begitu bertebarannya quote-quote idealisme semacam itu seakan kontras dengan kenyataan yang diperdengarkan gerakan feminis pada umumnya.
Gerakan feminis cenderung ingin melepaskan diri dari kungkungan moralitas konservatif. Mereka menggugat bahkan untuk mengandung seorang anak, kesetaraan gender terus mereka suarakan, kebebasan diri mereka perjuangkan, dll. Maka, gambaran seorang Wonder Women, wanita luar biasa yang berkekuatan jelas semestinya mewakili kaum feminis. Kenapa di sini justru seakan akan sebaliknya? Seorang feminis jelas bukanlah gambaran seorang ibu rumah tangga yang dengan segala kekuatannya mengurusi anak anak... Seorang feminis adalah seorang wanita karier yang terbebas dari tugas tugas rumahan dan bahkan menggugat 'beban'nya untuk menjadi seorang ibu.
Apalagi di Hollywood, nilai-nilai tradisional seorang wanita, nilai-nilai dasar seorang ibu yang melindungi kehidupan, merawat kehidupan yang tak terlihat, dan menjaga hidupnya kaum adam bukanlah nilai nilai yang familiar bagi mereka. Seperti kita tahu, di Amerika kasus aborsi sangat tinggi dan legal. Itulah sebabnya, entah disengaja atau tidak, pemilihan Gal Gadot sebagai bintang Wonder Women yang sedang mengandung seakan merangkai pesan sangat penting untuk umat manusia, "Cintailah kehidupan dan jangan hanya berpikir masalah keuntungan belaka."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H