Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hati-hati, Ada Alat KB yang Sifatnya Abortif!!!

29 Januari 2014   21:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:20 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika ada seorang ibu yang melahirkan, padahal dia menggunakan IUD. Parahnya, IUD itu masuk di kepala si anak. Apakah yang terjadi?

KB adalah istilah yang cukup rancu. Sangat rancu malah. Maka, saya tidak akan menggunakan istilah  KB. Saya ingin menuliskan sebagian dari hasil penelitian saya berkaitan dengan pengaturan kelahiran. Setidaknya, ada dua macam pengaturan kelahiran yaitu dengan metode alami dan buatan. Nah, di antara metode pengaturan kelahiran itu ternyata ada yang sifatnya abortif. Tentu saya tidak bisa menuliskannya secara lengkap di sini. Tapi, saya akan mengkategorikannya berdasarkan cara kerja metode pengaturan kelahiran tersebut.

a. Pengaturan kelahiran secara Alamiah

Metode pengaturan kelahiran secara natural ini (kalender, suhu basal, dan lendir serviks) merupakan metode yang idealdan sebaiknya dipraktekkan oleh suami-istri. Selain cara ini sehat dan alami, caraini juga dianggap paling manusiawi karena melibatkan akal budi manusia untuk tidaksekedar mengikuti dorongan insting. Cara ini juga dianggap sebagai cara yang palingfair dalam berbagi tanggungjawab antara suami-istri. Cara-cara buatan biasanyamerugikan pihak wanita, kecuali kondom dan tubektomi.

b. Kontrasepsi

Cara-cara pencegahan kehamilan seperti penggunaan kondom (baik kondom cowok maupun kondom cewek) yang sifatnyasungguh-sungguh kontraseptif (menghalangi pembuahan) umumnya masih bisaditerima karena selain tidak bersifat abortif, umumnya juga tidak mengorbankan salahsatu pihak. Satu-satunya yang dilanggar dengan metode kontrasepsi ini adalah sifatkodrati persetubuhan yang tertuju pada pembuahan sel telur. Namun demikian,dengan pertimbangan bahwa prokreasi bukan satu-satunya tujuan daripersetubuhan,kontrasepsi dengan cara ini masih bisa ditoleransi. Menurut Al. Purwa Hadiwadoyo,kiranya tidak ada keberatan moral yang sungguh besar terhadap pencegahankehamilan dengan cara ini.”

Selain kondom, ada juga servival cup dan vaginal diafragma yang masih bersifat kontraseptif.

c. Kontraovulasi

Metode kontraovulasi umumnya bersifat hormonal seperti pil kombinasi (progesteron dan esterogen) ataupil “KB”. Pil ini mencegah pematangan sel telur tetapi wanita tetap mendapat haid setiap bulan. Dalam hal ini, keberatannya adalah bahwa wanita seringkali harus menjadikorban atas hormon yang ia konsumsi secara berlebihan. Keberatan lain secara moraladalah bahwa cara ini, “secara kodrati mengubah ritme kesuburan pada wanita usiasubur..” Namun, penggunaan metode ini masih bisa diterima secara moral sejauhuntuk normalisasi siklus, juga kalau itu menyebabkan sterilisasi sementara.

d. Kontranidasi

[caption id="attachment_292816" align="aligncenter" width="278" caption="Sperma yang kecil masih bisa menembus IUD hingga terjadi kehamilan. gambar dari mariniharjanti.blogspot.com "][/caption]

Kontranidasi berarti usaha mencegah terjadinya nidasi atau implantasi sel teluryang telah dibuahi ke dinding rahim. Salah satunya dengan IUD. Dalam metode ini IUD  dimasukkan dalam tubuh wanita. CB Kusmaryanto mengkategorikan metode ini sebagai metodepenghentian kehamilan yang sifatnya abortif karena membunuh kehidupan yangsudah dimulai. Penggunaan metode penghentiankehamilan dengan kontranidasi ini tidak dapat dibenarkan karena melanggar hakhidup manusia baru. Termasuk dalam jenis ini adalah pil progestron only, atau biasa disebut pil mini dan pil anti progesteron. Termasuk dalam cara menghentikan kehidupan ini adalah susuk dan suntik.

e. Sterilisasi (pemandulan tetap)

Sterilisasi atau pemandulan secara tetap umumnya ditolak oleh para moraliskarena beberapa alasan. Pertama karena intervensi medis ini tidak bersifatmemperbaiki kondisi fisik. Sebaliknya, sterilisasi merusak anggota tubuh yangsebenarnya normal. Kedua, sterilisasi menghilangkan kesempatan bagi suami-istribila sewaktu-waktu ingin memiliki anak (lagi). Memang ada kemungkinan untukmengembalikan kesuburan atau fungsi anggota tubuh, namun ini membutuhkan beayadan tekhnologi yang memadai.

Jadi, meskipun ada usaha untuk mencegah terjadinya pembuahan, pembuahan itu tetap terjadi. Dengan demikian, kehidupan baru dimulai. Nah, cara kerja berikutnya adalah dengan mencegah penempelan embrio ke dinding rahim sehingga embrio itu mati. Mintalah penjelasan lebih lanjut pada dokter yang menangani anda!

Dr. Wiliam Chang OFMCap, Pengantar Teologi Moral, hal. 113

Al. Purwa Hadiwardaya MSF, Moral dan Masalahnya, hal. 28

CB. Kusmaryanto SCJ, Tolak Aborsi, Hal. 134

Al. Purwa Hadiwardaya MSF, Moral dan Masalahnya, hal. 28

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun