"Ingat, siapa yang mereka sebut dengan panggilan itu! Yesus tidak berada di sebuah tempat di atas awan. Berbaring di tempat tidur gantung. Yesus ada di sini bersama kita. Membangun kerajaanNya. Oscar, apa lagi yang bisa saya lakukan? saya tidak bisa mencintai Tuhan yang tidak saya lihat, jika saya tidak mengasihi saudaraku laki-laki perempuan yang bisa saya lihat!"
Begitulah pesan Pater Grande kepada Romero dalam sebuah film berjudul Romero. Film yang diangkat dari kisah nyata Uskup Agung Romero ini mengangkat sebuah paham teologi pembebasan. Meskipun tidak secara langsung dikatakan, tapi ini menunjuk pada ungkapan dalam Mat. 25:31-46
Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku....
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
Uskup Romero kemudian ditembak mati karena tidak mau memihak pada pemilik modal. Namun, pemikiran bahwa Gereja harus terlibat dalam permasalahan dunia, berpihak kepada mereka yang menderita dan tertindas itu terus mewarnai gereja-gereja di Amerika Latin pada umumnya. Maka, ketika seorang Imam dari Amerika Latin terpilih, kemungkinan besar warna teologi pembebasan akan terasa. ini sebuah warna Gereja yang relatif baru. Benar saja, tidak berapa lama kemudian, Paus sudah melakukan berbagai pembaharuan di dalam kepemimpinannya.
Ia menyerukan agar para pastor tinggal di antara orang-orang miskin, dalam ritual Kamis Putih, dia membasuh dan mencium kaki para tahanan, termasuk tahanan wanita muslim, sebagai sebuah simbol kerendahan hati dan pelayanan yang total. pada hari Paskah, seorang anak 'cacat' dibawa kepadanya dan oa menunjukkan sikapnya yang penuh kasih.
gambar dari connectthepieces.wordpress.com
Beberapa waktu lalu, Paus ini mendapatkan hadiah sepeda motor gedhe dari Harley Davidson. sebagai ungkapan terima kasih, dia melelang motor gedhe tersebut yang akan diberikan sebagai amal untuk orang-orang miskin. Ia juga mampu menjalin komunikasi dengan mereka yang Atheis dan juga orang-orang berfikiran 'liberal' tanpa harus melepaskan sikap dasar Gereja yang menentang perkawinan sejenis, aborsi, kontrasepsi, dlsb.
Wajah teologi pembebasan adalah wajah keberpihakan Allah kepada mereka yang tertindas, menderita, dan tidak punya akses pada kesejahteraan hidupnya. Agama, tanpa harus terlibat dalam politik praktis, harus bisa menyampaikan suara kenabian di abad modern ini. Istilah Rm. Benny Susetyo, "para tokoh agama harus berani menggonggong manakala negara sudah salah melangkah!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H