Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lima Jenis Kecerewetan Wanita dan Dampaknya

13 Agustus 2014   19:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:39 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah buku berjudul Why Women Cry karangan Allan dan Barbara Pease, kecerewetan wanita dikategorikan dalam 5 macam.  Menurut para penulis ini, wanita memang ditakdirkan untuk cerewet sehingga ada satu sub judulnya yang menyentil: cerewet di sepanjang jaman. Apa sajakah jenis-jenis kecerewetan wanita itu dan apa dampaknya dalam sebuah relasi?

Cerewet bertopik tunggal. Yang dimaksud dengan cerewet bertopik tunggal tentu saja si wanita mengulang-ulang satu jenis pembahasan yang sama. Misalnya tentang ketika dia bicara tentang gaya busana si cowok. Atau apa sajalah yang perlu dikomentari. Atau ketika dia meminta seorang cowok membuang sampah. “Ed, bagaimana sampahnya, sudahdibuang?” Berhenti sejenak. “Ed, katamu kau akan membuangsampah.” Lima menit kemudian. “Bagaimana sampahnya, Ed?Kok masih ada di situ.”

Cerewet beragam: Kali ini, ada variasi tema pembicaraan. Sayangnya, wanita dikenal jago kalau berbicara tentang berbagai macam pembicaraan tanpa topik yang jelas.Ed, sampahnya tadi sudah dibuang kan. Sorry soalnya aku capek. Aku lagi malas, kemarin bikin roti ga jadi-jadi. Tetangga sebelah cerewetnya minta ampun. Kemarin anaknya dimarahi gara-gara pakai baju tidak sopan. Pokoknya aku capek banget hari ini. Sampah di mana-mana.”

Cerewet demi kebaikan: Sering kali juga wanita merasa bahwa dia perlu memperhatikan orang yang disayanginya dengan menyampaikan hal-hal yang baik. Padahal, apa yang disampaikan ini akan terdengar berbeda bagi orang yang dicerewetiKamu jangan sering pergi larut malam ya Ed. Nanti masuk angin. Musimnya sedang tidak baik, bagaimana kalau sampai masuk angin, kamu sakit dan tidak bisa masuk kuliah. Kan rugi?

Cerewet pihak ketiga: Begitu jagonya seorang wanita bicara, bahkan pihak ketiga pun bisa menjadi bahan. Meskipun kadang kala bisa dihubungkan dengan orang yang dicereweti, sering kali tidak ada hubungannya dengan orang yang saat ini sedang dicereweti. “Katanya bu Darto, anaknya si Tumiyem itu malas sekali belajar. Nilainya juga tidak bagus-bagus. makanya, kamu harus membuang sampah, biar nyaman kalau mau belajar. Kita kan tidak tahu, si Tumiyem nanti jadinya gimana hanya gara-gara malas belajar.”

Cerewet di muka: Sebaiknya kamu fokus dulu kuliah ya Ed. Jangan banyak bermain-main atau pacaran. Itu tidak baik untuk kuliahmu. Ingat, nanti malam jangan sampai tidak makan malam gara-gara sibuk main twiter.”

Bila kecerewetan itu dianggap sudah keterlaluan, maka hubungan relasi antara si  cerewet dengan orang yang dicereweti berada di garis krisis. Apalagi kalau orang yang dicereweti adalah anak remaja dan laki-laki.Orang yang sedianya diperhatikanjustru akan lebih tidak mempedulikannya lagi, yang mana hal ini hanya akanmenambah kepedihannya dan, kadang-kadang, kemarahannya. Si wanitabisa berakhir dengan merasa sendirian dan bisa menjadi benci dansengsara. Tatkala lepas dari kendali, sudah dimaklumi bahwa yangdemikian dapat menghancurkan sepenuhnya hubungan yang terjalin. Hal ini berlaku juga dalam relasi biasanya seorang istri dengan suaminya, seorang bos dengan sekretarisnya. Hehehe… sekretaris bisa lebih galak dari pada bosnya. Atau tokoh kita sekarang dalam politik, Novela yang bisa dengan nada tinggi tapi lucu di pengadilan sekelas MK.

Padahal kalau mau tahu kuncinya, wanita berbicara sebenarnya lebih ingin didengarkan. Kalau tidak didengarkan dan diabaikan, dia akan merasa ditinggalkan, dijauhi, dan dibenci. Dalam hal ini dia merasa sangat butuh untuk mengomel lebih banyak lagi. Akhirnya dia membuat musuh yang menghalangi omelannya. Penghalang itu misalnya pekerjaan, remote tv, koran, buku, HP, dll. Karena, dengan barang-barang itulah biasanya si teromel akan mengalihkan perhatiannya dari suara si pengomel. Setiap orang menghindari orangyang suka mengomel, meninggalkannya sendirian dan merasa benci.

Saya pernah punya pengalaman sebagai pendamping asrama. Di situ ada asrama cewek dan asrama cowok. Asrama cewek dijaga dan dibina oleh pendamping cewek juga. Demikian sebaliknya. Nah, sebagai pendamping asrama cowok, saya dikenal cukup cuek, pengertian, tidak banyak bicara, tapi bisa bijaksana memberi arahan. Sedangkan untuk dari pembina cewek, katanya sedikit-sedikit kok jadi masalah. Pendampingnya bawel, cerewet dan judes. Akhirnya (dan ini membuat saya tidak ‘enak’ sebenarnya), saya dikenal menjadi pembina yang baik menjaga anak-anak 24 jam.

[caption id="attachment_319023" align="aligncenter" width="600" caption="Kegembiraan mendampingi anak-anak remaja di asrama. dokumen pribadi"][/caption]

Solusi

Perhatikan kata kunci berikut: Dorongan terbesardalam fitrah manusia adalah untuk merasa dirinya penting. Banyak riset yang menunjukkan bagaimana orang-orang yang bekerja penuhwaktu lebih sedikit mengomel daripada mereka yang menghabiskanwaktunya dalam kurun yang lama di dalam isolasi dari orang-orangdewasa lainnya di dalam rumah. Maka, bagaimana menghargai sebuah prestasi sungguh diperlukan di sini. Kepada siapapun dan sebagai apapun anda. Ketika seorang guru hanya melihat kesalahan siswa dan terus menerus memarahi, seberapapun besar sebenarnya sisi lain yang lebih baik, pastikan dia sebenarnya sedang membangun musuh bersama.

Sisi lain adalah ketika orang melakukan rutinitas yang sama dan menjemukan, melakukan pekerjaan yang diulang-ulang dan terus menerus, dia sedang berinvestasi untuk mengomel. Bayangkan kalau seorang ibu setiap hari memberesi rumah, mencucikan baju keluarganya, mengepel, dll. Tapi begitu anak-anak dan suami pulang, semua yang diberesi hancur berantakan, nah saat itulah investasi itu menemukan moment untuk mengomel. Suasana akan menjadi lebih kacau, kalau omelan itu berbalas pantun. Itulah sebabnya biasanya seorang ibu dengan anak wanita remaja, biasa berkonflik. Keduanya butuh ngomel bersama.

Sekali lagi, kuncinya adalah penghargaan. Menghargai itu misalnya dengan mau mendengarkan barang sejenak, tidak membuat berantakan rumah yang baru diberesi orang tua, menuruti sebentar, baru kemudian mencari solusi. Sayangnya, memang untuk mendengarkan itu capek. Maka, pikirkanlah sebelum mengomel, gunakan penghargaan sebagai jalan masuk untuk mengomel sehingga pihak yang diomeli tidak terlalu merasa kalau sedang dicerewetin. Meskipun maksudnya baik, menasihati, tapi bagi cowok nasehat dari orang lain, apalagi wanita sebenarnya berkaitan dengan harga dirinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun