Jaringan Merah Putih (JMP) memberi bantuan modal usaha untuk keluarga Muhammad Arsyad (MA), tukang sate yang menjadi tersangka penghina Presiden Joko Widodo hingga ditahan di Bareskrim, Mabes Polri.
Ketua Presidium JMP, Nanik S Deyang, menyerahkan bantuan modal usaha langsung kepada keluarga MA. "JMP menyerahkan bantuan Rp35 juta. Dana ini hasil dari iuran anggota JMP," kata Nanik saat mengunjungi kediaman MA di Ciracas, Jakarta Timur, Jumat, (tribunnews.com 31/10/2014).
Hemh... seru juga membaca berita ini. Semoga saja tidak dimaknai bahwa Jaringan Merah Putih memberikan uang ucapan terima kasih atas 'kiprah' sang tukang sate yang mungkin saja usil mengedit foto presiden Jokowi dengan nuansa pornografi. Semoga saja ini menjadi awal keterketukan jaringan merah putih untuk membantu meringankan beban pemerintahan dengan secara sukarela, aarif, dan bijaksana berbagi rejeki kepada mereka yang membutuhkan modal. Semoga...
Selanjutnya dituliskan begini: Nanik menuturkan modal usaha sebagai bantuan. Sebab, MA yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga sebagai buruh kipas sate meringkuk di tahanan polisi karena dituduh menghina Presiden Jokowi. "Kami berharap ini benar-benar dimanfaatkan untuk menjalankan usaha, bukan untuk yang lain," ucapnya.
Memang kasihan kalau seorang hanya bekerja sebagai buruh kipas tukang sate. Hasilnya berapa? Teladan mereka untuk membantu mereka yang berkekurangan ini patut untuk dicontoh. Coba bayangkan, kalau masing-masing orang yang membutuhkan suntikan dana sebagai modal, disokong oleh para politisi tentu sangat berguna untuk membangun kehidupan masyarakat Indonesia agar lebih sejahtera. Pasalnya, bagi ibunda seorang buruh kipas tukang sate, uang 35 juta itu besar loh. Sangat besar malah. Bahkan untuk mereka yang bekerja dengan upah UMR, butuh waktu satu tahun untuk mengumpulkan uang sebanyak itu.
Apalagi kalau uang itu digunakan untuk modal usaha, jelas sangat bermanfaat. Semoga yang semacam ini bisa dijadikan proyek percontohan. Tidak usah 35 juta lah, bila pemerintah mau mempersiapkan pengusaha-pengusaha muda dan tidak muda, dengan pelatihan wira usaha yang baik, masing-masing berbekal 10 juta saja, sudah sangat membantu. Serius, sangat membantu. Saya sempat mengajarkan kewirausahaan. Uang 10 juta sudah bisa membuka atau merintis usaha studio fotografi. Lah, mimpi.... ga, ga mimpi. Kan mahasiswa saya mahasiswa broadcasting. Mereka paham benar, dan sudah terlatih dengan dunia fotografi. Ambil saja sistem proyek. Studionya diperbanyak di sistem online. Alat-alat bisa menyewa. Pekerja bisa menyewa juga dulu, atau sistem kerja sama. Yang penting pernah punya order saja lah. Saya pernah mempraktekkannya, Dengan awalan semacam cuma-cuma. Proyek pertama ke saudara, proyek kedua ke kelompok lingkungan yang punya hajat. Dengan uang 400.000, saya bisa membuatkan buku kenangan yang isinya fotografi perkawinan. Modalnya hanya kamera. Serius, saya bisa. Hehehe... buku loh, bentuk buku a la terbitan penerbit besar. Sudah full colour. Jelas ini terobosan dibandingkan dengan sistem cetak dan pakai album kenangan yang sudah sangat biasa.
[caption id="attachment_332550" align="aligncenter" width="465" caption="Sekalian kondangan, hanting foto dan latihan wirausaha"][/caption]
Nah, kembali ke suntikan modal yang 35 juta. Bahkan dengan 10 juta bisa membuat studio foto rintisan, apalagi yang 35 juta? Jelas sangat membantu. Ya, misalnya saja buka rumah makan, bikin katering, lumayan sudah pengalaman ngipasin sate. Maka, untuk selanjutnya ditunggu program-program produktif dari koalisi penyeimbang ini. Jangan sampai, apa yang sudah baik ini hanya dianggap sebagai pencitraan saja oleh masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H