Mohon tunggu...
Yanti Nur Kholilah
Yanti Nur Kholilah Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Muhammadiyah Bondowoso

Belajar, bertumbuh dan berkembang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menumbuhkan Budaya Positif di Sekolah

21 April 2022   20:55 Diperbarui: 21 April 2022   21:12 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa Sekolah pada dasarnya adalah tempat bersemainya benih-benih kebudayaan, tempat pembentukan karakter positif. karakter yang positif yang tercipta di sekolah akan mewujudkan budaya positif yang melekat erat pada murid. Budaya Positif di sekolah tidaklah muncul begitu saja, melainkan melalui proses panjang yang terjadi di Sekolah. 

Salah satu strategi yang bisa digunakan oleh guru dalam membentuk budaya positif adalah dengan mewujudkan disiplin positif dalam diri murid, disiplin yang tercipta kuat dari dalam diri murid yang dikenal dengan istilah disiplin diri, guru haruslah memastikan muridnya memliki disiplin diri yang kuat dan berkarakter.

Upaya mengembangkan budaya positif di Sekolah dimulai dari mengembangkan budaya positif di kelas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengembangkan budaya positif, Pertama guru haruslah memahami bahwa guru tidak bisa mengontrol murid dalam mengembangkan disiplin diri, yang bisa membuat disiplin diri pada murid adalah murid itu sendiri, murid adalah individu yang memilki motivasi, kebutuhan dasar dan keyakinan diri secara utuh, guru hanya memastikan dan memberikan arahan bahwa siswa mengembangkan disilpin diri secara positif, yakni disiplin yang mengacu pada kebajikan universal.

Kedua, pahami motivasi yang mendorong murid dalam menerapkan disiplin diri. ada 3 motivasi dalam perilaku manusia, yakni untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri sesuai dengan nilai-nilai yang dipercayai (Diana Gossen, restructuring Scool Dicipline). Peran Guru disini adalah mendorong agar murid memiliki motivasi yang ketiga motivasi sesuai denagn nilai-nilai kebajikan yang dipercayai murid.

Ketiga, Kenali kebutuhan dasar murid. ada lima kebutuhan dasar manusia, yakni kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, kebebasan, kesenangan,penguasaan dan bertahan hidup. Ketika murid memiliki kebutuhan dasar secara lengkap maka tidak akan ada masalah dalam menciptakan disilpin diri, sebaliknya jika satu kebutuhan dasar saja tidak terpenenuhi murid akan melakukan hal-hal yang memerlukan perhatian khusus dari seorang guru.

Keempat, Keyakinan kelas. Budaya positif sekolah tercipta dari budaya positif kelas, maka Guru wajib mengajak dan membiasakan kelasnya untuk membuat keyakinan kelas. Guru haruslah membimbing murid untuk menciptakan dan menyepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip dasar bersama di dalam suatu kelas. keyakinan kelas dibuat untuk disepakati dan dijalani, keyakinan kelas boleh dievaluasi sesuai prinsip dasar yang berlaku di kelas tersebut.

Kelima, kenali posisi kontrol guru. ada lima posisi kontril guru yaitu guru sebagai penghukum, guru sebagi pembuat orang merasa bersalah, guru sebagai teman dan guru sebagai manajer. Guru hendaknya selalu mengembangkan nilai dan perannya sehingga mampu mencapai posisi kontrol yang ideal, yakni guru sebagai manajer. Proses menuju posisi kontrol guru sebagai manajer memerlukan waktu dan dedikasi yang kuat, maka guru haruslah menjalani prosesnya dan pantang menyerah untuk mencapai posisi tersebut.

Keenam, lakukan segitiga restitusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka dan kembali kepada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat. (Gossen, 2004). sedangkan segitiga restitusi adalah tahapan pelaksanaan restitusi oleh murid. ada 3 tahap pelaksanaan segitiga restitusi, meliputi menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan.

Aksi nyata saya dalam mengembangkan budaya positif di sekolah ada dua yang sudah saya lakukan, yang pertama adalah praktik segitiga restitusi yang dapat diakses  di https://youtu.be/zaYHy3r3X38 dan  https://youtu.be/zaYHy3r3X38 dan aksi nyata dalam membuat keyakinan kelas di https://youtu.be/tAWJ_SRFpMk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun