Mohon tunggu...
Vicky Hasibuan
Vicky Hasibuan Mohon Tunggu... Buruh - Peneliti

Fan ekonomi pasar tapi suka dengan jaminan sosial dari sistem sosial-demokrasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Bukan Barang (Sebuah Analisis Materil Prihal Wujud dan Bentuk Pendidikan)

25 Mei 2017   02:36 Diperbarui: 25 Mei 2017   11:19 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah pertanyaan yang mudah dilontarkan namun cukup sulit untuk dijawab adalah kenapa pendidikan di komersialisasikan dan diperjualbelikan? Pertanyaan yang bertumpu pada kenapa dan apa seharusnya menjadi jejak yang mudah kita jawab dalam lingkup apa pendidikan itu dimasukan terlebih dahulu apakah sebagai wujud fisik yang memiliki nilai secara kualitatif atau kuantitatif, namun sebelum melangkah kesana ada baiknya menjawab apa itu pendidikan terlebih dahulu sebagai benda ataukah bukan sehingga bisa menjawab apakah bisa dperjual belikan.

Apakah pendidikan itu?

Dalam paradox atau posisi dilematis menentukan wujud pendidikan saya akan memberi sebuah perumpamaan mudah dengan bertanya apakah anda bisa menilai pendidikan secara ideal didasarkan indikator kuantitatif sebagaimana wujud kongkrit sebuah benda? Seperti kata menggunakan kata berapa dalam menilai pendidikan? Dan jawaban dari pertanyaan yang mudah itu bisa kita jawab dengan pertanyaan lainnya secara otomatis dengan mengajukan pertanyaan yang akan menggoyahkan tesis anda soal pendidikan yaitu apakah proses pendidikan dinilai dengan sebarapa banyak yang siswa lulus yang diproduksi, berapa banyak yang diterima kerja dan berapa lama mereka di produksi dalam proses pendidikan layaknya industri atau menghasilkan barang, maka jawabannya adalah dengan mudah kita jawab dengan tidak.

Lalu antitesa berikutnya yang dilontarkan dalam membantah pendidikan sebagai barang adalah dengan menilai pendidikan dengan menggunakan waktu produksi pendidikan dengan waktu sosial yang berkurang untuk memproduksinya sebagaimana teori menentukan nilai atau harga suatu barang yang diproduksi dalam buku Das Capital karangan Karl Marx, dalam teori Marx tersebut harga dari suatu barang ditentukan jam kerja memproduksi barang tersebut dengan waktu sosial anda oleh karena itu harga akan selalu berkaitan dengan jam kerja dan jam sosial, namun untuk pendidikan kita kembali bertanya apakah faktor diatas mempengaruhi nilai pendidikan? Maka jawabannya pun adalah tidak.

Karena memang pendidikan tidak berwujud fisik sehingga pendidikan tidak terikat dalam teori produksi suatu barang, saya berikan sebuah analogi mudah dengan melihat apakah ada perbedaan nilai pendidikan jika 1 guru dengan 10 murid yang belajar 8 jam dengan 2 guru dan 10 murid dengan 10 jam kerja? Dengan analogi itu anda tak akan dapat memnemukan hasil bahwa pendidikan akan berubah nilainya jika adanya perubahan faktor atau sesuai variabel diatas, karena itu jelas pendidikan bukanlah sebuah produksi materil yang dihitung layaknya barang yaitu seberapa bernilainya pendidikan secara kualitatif saja yang mana anda bisa menghitung kesuksesan dan manfaat pendidikan dengan sebuah metode statistik yang menggunakan metode pendekatan yang kualitatif dengan angka, hal ini telah menjadi sebuah antitesa yang nyata untuk melihat apakah pendidikan itu barang atau bukan.

Namun jika pertanyaan apakah pendidikan itu? Maka anda harus melihat pendidikan sebagai produksi non materil yang dihitung dengan kegunaan atas nilai pakai secara kualitatif seperti  dengan analogi yang meyakinkah dengan memberikan pertanyaan bagaimana manfaat pendidikan dan apakah pendidikan bermanfaat dengan melihat sisi kualitatif nilai pakai pendidikan bagi murid atau pelajar dan mahasiswa dan penggunaan diksi tanya bagaimana dan apa adalah indikator pendidikan adalah sebuah hal yang dihitung berdasarkan faktor kualitatif yang abstrak sehingga anda tak akan melihat keberhasilannya dari angka angka semata dan metode pendekatan kuantitatif.

Sehingga mudah saja bagi anda menjawab apakah pendidikan adalah barang atau merupakan barang yang bisa dijual berdasarakn faktor sumber daya produksi dan faktor produksi yang mempengaruhi nilai suatu barang tersebut, tidak berlakunya teori produksi barang pada pendidikan menyebabkan kita bertanya apakah pendidikan harus dikomersialisasikan? Dan dipatok harganya?

Dan jika pendidikan bukan barang maka apa dan bagaimanakah yang timbul untuk menjelaskan pertanyaan yang timbul apakah upah atau prestasi sebagai penghargaan atas produksi pendidikan ataukah komersialisasikah yang tepat?

Sebuah antitesa timbul namun jika dengan pengertiannya pendidikan bukanlah barang melainkan usaha berwujud kualitatif atau usaha yang bersifat jasa maka jawaban yang timbul adalah bagaimana kita menghargai kerja produktif dari tenaga produktif pendidikan tersebut sebagaimana teori Marx yang menerangkan bahwa nilai pakai atau nilai kualitatif dinilai dengan pertanyaan bagaimana dan apa bukannya berapa, maka usaha untuk mengkomersialisasikan pendidikan telah gugur dengan sendirinya akibat sifat pendidikan dan indikator nilai pakai lah yang berlaku dikarenakan dalam usaha yang mengahsilkan nilai pakai atau bersifat kualitatif upah yang diimbalkan sebagai wujud atas perubahan nilai pakai pendidikan itulah yang dinilai untuk menghargai usaha dalam memproduksi pendidikan memiliki nilai pakai yang dihitung secara kualitatif, dan dengan antitesa barang dan bagaimana menilai pendidikan serta balas jasa telah mampu menjawab jika komersialisasi pendidikan dan usahanya gugur dengan menentukan jenis dan bentuk pendidikan itu sendiri.

“ Jika mengininkan perdamaian maka berikanlah pendidikan kepada anak anakmu “ Mahatma Gandhi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun