Mohon tunggu...
hernawati kusuma
hernawati kusuma Mohon Tunggu... Administrasi - guru biasa

ibu yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

KAI adalah Kenangan

23 Oktober 2024   19:15 Diperbarui: 23 Oktober 2024   19:22 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya, kereta api adalah 1% moda transportasi dan 99% kenangan. Ini saya nggak sedang nggombal. Saya katakan demikian karena saya selalu menggunakan moda transportasi ini ketika bepergian. Suka duka, canda tawa dan air mata saling berkelindan. Mewujud kenangan.

Tujuh tahun yang lalu, putra ketiga saya minta mondok. Saya sempat kaget karena dalam keluarga kami, belum ada riwayat anak yang mondok. Apalagi ia baru lulus SD. Ditambah lagi perawakannya yang kecil dan sakit-sakitan membuat saya setengah hati meluluskan permintaannya.

Sebaliknya, suami saya sangat senang dengan keinginan mondok ananda tersebut. Menurutnya, keinginan mondok yang muncul dari anak akan berdampak positif bagi studinya kelak. Setidaknya, ia mampu mengekpresikan keinginannya, memberikan alasan mengapa memilih mondok, dan apa yang harus dilakukannya kelak agar tujuan mondoknya tercapai. Sesuatu yang harus diapresiasi untuk anak lulusan SD.

Kami tinggal di Sidoarjo. Yang dituju adalah pondok tahfidz di daerah Dau-Malang. Usut punya usut, ternyata ada sepuluh anak di SD anak saya ini yang punya tujuan sekolah sama. Mau tidak mau, saya mencari info ke beberapa wali murid terkait prosedur dan sebagainya. Termasuk menguatkan hati untuk melepasnya.

Singkat cerita, setelah melewati beraneka ragam tes, ananda diterima. Kami tidak boleh menelpon dan berkunjung di dua atau  tiga bulan pertama (saya lupa). Anggaplah tiga bulan. Setelah tiga bulan pertama, mereka bisa ditelpon setiap hari Ahad dengan durasi 20 menit per anak.

Sekali sebulan, mereka berhak mendapat Kunjungan Panjang (KP) di hari Ahad. Wali santri bisa membawa mereka keluar seharian dan mengembalikannya sebelum pukul lima sore. Biasanya kami bermalam sehari sebelumnya agar bisa mengikuti salat malam di pondok. Pondok menyediakan guest house bagi wali santri yang menginap.

Di sinilah petualangan bersama KAI dimulai. Kami mulai install aplikasi KAI.  Sepekan sebelum kunjungan, kami membeli tiket agar tidak kehabisan. Ini kereta lokal ya. Kami berangkat dari Stasiun Gedangan menuju Stasiun Malang Kota Baru.

Kami sudah mencoba jadwal keberangkatan yang beragam. Sesuai dengan kepulangan kami dalam bekerja. Kadang kami berangkat bada Maghrib. Kadang setelah Isya. Kalau suami sedang ada agenda sampai malam, maka kami berangkat dengan kereta terakhir pukul delapan sekian. Sampai di Malang sekitar pukul sepuluh malam. Kemudian, menyesap kopi susu panas di depan stasiun yang dipenuhi warung makanan.

Kalau sangat terpaksa sekali, kami ambil kereta pertama keesokan harinya, sekitar pukul lima pagi. Jarak Sidoarjo-Malang yang tidak terlalu jauh memungkinkan kami sampai di stasiun Malang sekitar pukul tujuh. Terus kami lanjutkan perjalanan ke pondok dengan taksi online. Paling lambat jam delapan kami sudah bisa bercengkerama dengan ananda.

Kami sangat menikmati perjalanan dengan kereta karena gerbongnya nyaman, bersih, dan ber AC. Tidak ada orang merokok di dalamnya. Di setiap area tempat duduk ada stop kontak untuk mengisi baterai HP. Jadi, tidak takut kehabisan daya. Saya senang duduk dekat jendela. Menikmati pemandangan yang ada. Kadang hamparan hijau sawah yang membentang. Tak jarang mengabadikan sunrise di balik jendela jika menggunakan kereta pertama subuh. Atau menangkap siluet senja menuju peraduannya. Jika hujan, menjadi lebih romantis. Menggoreskan jari ke kaca jendela yang basah tertimpa rinai hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun