2. Penilaian tidak berbasis kompetensi.
Dari satu sisi guru waktunya habis untuk melaksanakan penilaian, khususnya untuk penilaian KI 4 yang memerlukan rubrik. Penyebab utamanya adalah cakupan KD yang kurang proporsional pada setiap subtema.
Sisi lain penilaian yang telah dilakukan kurang bermakna untuk mengukur pencapaian kompetensi, sebab KD yang telah dinilai akan muncul lagi pada tema lain. KKM, remedial dan pengayaan tidak berlaku lagi.
Penyebab Permasalahan Silabus dan Buku Kurikulum 2013.
1. Penyebab utama permasalahan silabus dan buku Kurikulum 2013 karena penyusunan silabus dan buku tidak mengikuti prosedur tahapan merancang pembelajaran tematik, sebagaimana dinyatakan dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, hal 37:
Model Pembelajaran Tematik Terpadu melalui beberapa tahapan yaitu: pertama guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai muatan pelajaran untuk satu tahun. Kedua guru melakukan analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, kompetensi dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi, ketiga membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar, indikator dengan tema, keempat membuat jaringan KD, indikator, kelima menyusun silabus tematik dan keenam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan mengondisikan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Saintifik.
Salah satu indikasinya, yaitu silabus dan buku Kurikulum 2013 tidak disertai dengan Pemetaan Kompetensi Dasar sebagai hasil kerja tahap kedua dan ketiga. Dalam buku guru memang ada dokumen yang diberi nama Pemetaan Kompetensi Dasar. Namun jika dicermati dari bentuk dan isi pemetaan kompetensi dasar tersebut, dapat dipastikan dokumen tersebut adalah Jaringan Tema, bukan Pemetaan Kompetensi Dasar.
Dengan Pemetaan Kompetensi Dasar ini akan diperoleh informasi: kapan suatu kompetensi dasar mata pelajaran dilaksanakan. Apa temanya dan pada subtema berapa?
Indikator lainnya adalah Silabus tidak dilengkapi dengan indikator. Padahal, peran indikator sangat vital dalam merancang pembelajaran. Kesalahan dalam merumuskan indikator dapat berakibat tidak tercapainya Kompetensi Dasar. Perumusan indikator merupakan langkah kedua dalam merancang pembelajaran tematik.
Penyusun silabus dan buku Kurikulum 2013 tidak mengikuti prosedur tahapan merancang pembelajaran tematik disebabkan adanya perbedaan persepsi tentang pembelajaran tematik. Penyusun menempatkan tema sebagai materi yang harus dipelajari siswa, sementara pada Kurikulum 2013 tematik merupakan pendekatan.
Mestinya buku catatan, buku tugas, penilaian, dan buku laporan penilaian berdasarkan mata pelajaran. Bukan tema-tema. Tema hanyalah alat, sedangkan tujuannya adalah rangkaian kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Dengan demikian, indikator dirumuskan sejak awal, bukan setelah menentukan kegiatan belajar yang sesuai dengan tema.
2. Perumusan Indikator
Masalah lain yang memiliki andil besar dalam permasalahan silabus dan buku kurikulum 2013 adalah kelemahan penyusun, terutama lemah dalam memahami kompetensi dasar dan merumuskan indikator. Kelemahan tersebut hanya dapat diketahui dengan menganalisa indikator yang terdapat pada buku guru.
Berdasarkan analisa indikator buku kelas V tema A. benda-benda di sekitar diketahui beberapa hal antara lain:
a. Buku kelas V tema Benda-benda di sekitar berisi 7 mata pelajaran, terdiri dari 50 kompetensi dasar, yang diuraikan ke dalam 149 indikator.
b. Dari 149 indikator ada 95 indikator tidak sesuai dengan kompetensi dasar. Persentase paling tinggi adalah mata pelajaran PPKn (82%) dan IPS (78%).
c. Dari 149 indikator ada 62 indikator tidak operasional karena sebagian besar menggunakan kata kerja “mengenal”.
Kesalahan dalam merumuskan indikator berakibat fatal pada kegiatan belajar yang berujung pada tidak tercapainya Kompetensi Dasar. Kegiatan belajar mata pelajaran IPA pada buku 5A sebagian besar seputar wujud, ciri dan perubahan benda. Padahal materi tersebut ada di kelas 3, bukan kelas 5.
Data analisa terlampir.
3. Pemahaman Anatomi Kompetensi Dasar
Penyusunan silabus dan buku Kurikulum 2013 tampaknya kurang memahami anatomi Kompetensi Dasar mata pelajaran. Susunan KD mata pelajaran pada kurikulum sesungguhnya menunjukkan anatomi Kompetensi Dasar, khususnya untuk mata pelajaran PPKn, Matematika, IPA dan IPS.
Dua indikasi yang menunjukkan kelemahan dalam memahami anatomi Kompetensi Dasar:
a. Perumusan indikator pada buku guru.
b. Susunan atau urutan pencapaian Kompetensi Dasar
4. Mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan kompetensi dasar Kurikulum 2013 ada 2 karakter pelajaran Bahasa Indonesia dalam pembelajaran tematik, yaitu:
a. Pelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks. Ada berbagai jenis teks, antara lain: teks deskripsi, teks informasi, teks petunjuk/arah, teks wawancara, teks cerita petualangan, teks tanggapan surat pribadi dan lain-lain. Bentuk teks pada buku kurikulum 2013 didominasi teks deskripsi dan narasi yang sebagian besar berasal dari kutipan.
b. Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela untuk mata pelajaran lainnya yang sekaligus juga berperan menghadirkan konteks pembelajaran.
Kedua hal tersebut kurang mendapatkan tempat pada silabus maupun buku kurikulum 2013.
Rekomendasi
Mengingat permasalahan silabus dan buku Kurikulum 2013 tersebut berdampak luas, bahkan menyangkut puluhan juta anak-anak Indonesia maka diusulkan sebagaiberikut:
1. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah segera dicabut pemberlakuannya.
2. Diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru tentang Kurikulum SD/MI untuk menggantikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 tahun 2014 dengan tetap mempertahankan seluruh Kompetensi, baik Kompetensi Inti maupun Kompetensi Dasarnya.
3. Buku-buku Kurikulum 2013, baik buku guru maupun buku siswa ditarik dari sekolah, atau setidak-tidaknya dinyatakan sebagai salah satu referensi pelaksanaan Kurikulum 2013.
Keterangan tentang penulis:
1. Pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Nilai (2001 – 2010) di Perkumpulan Strada yang mengelola 70 sekolah dengan jumlah murid lebih dari 20.000
2. Pernah ditugaskan oleh Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Jakarta sebagai Ketua Tim Penilaian dan Pengembangan TK/Sekolah Katolik di Jakarta, Tangerang dan Bekasi tahun 2007 – 2010.
3. Aktif sebagai tutor pembelajaran tematik jenjang TK dan SD sejak tahun 2006 hingga sekarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H