Perombakan ini terbukti tepat dimana di musim pertama sekaligus pengalaman pertama Frankde Boer menjadi manajer profesional sukses membawa tim menjadi juara Eredivisie dan bahkan menjadi juara secara 4 kali beruntun (2010-2014). Keberhasilan menjadi juara menjadi obat yang mujarab dimana sebelumnya selama 6 tahun bertutut-turut gelar Eredivisie terparkir ke tim rival PSVEindhoven,AZ Alkmaar, serta FC Twente. Ekspektasi publik Amsterdam pun meninggi dimana menginginkan tim kebanggaannya bisa kembali menguasai Eropa. Sempat luput di dua musim setelahnya karena kalah bersaing dengan PSV dalam perebutangelar Eredivisie Ajax kembali di musim2016-2017 dengan skuat muda dengan average age 22,7 tahun. Skuat ini bersaing ketat dengan rival abadi Feyenoord Rotterdam hingga akhir musim walaupun di akhir musim Ajax akhirnya harus menyerah dengan Feyenoord karena berbeda 1 poin di tangga klasemen akhir Eredivisie.
Walaupun begitu ada hal menarik dari sang mantan Raja Eropa ini dimana skuat yang diarsiteki oleh Peter Bosz berhasil mencapai final Europa League dan akan menghadapi raksasa Premier League Manchester United. Pertandingan yang akan mempertandingkan antara solidnya scouting system dengan kuatnya financial system. Selayaknya final champions league 1995 dimana pada saat itu AC Milan adalah tim yang sangat kuat secara finansial menghadapi para young guns Ajax. Perlu diingat pemain-pemain seperti Kasper Dolberg, Davy Klaassen, Jairo Riedewald, maupun Justin Kluivert bukanlah pemain-pemain jadi yang dibeli dengan sejumlah uang yang besar. Mereka adalah beberapa contoh suksesnya proses scouting dan pembinaan usia dini. Seperti yang dikatakan oleh Edwin Van Der Sar kepada salah satu media di Belanda ketika bergabung kembali bersama Ajax.
“But we (Ajax) are small so we have to help each other, to makeeach other bigger. You have your plan for yourself and how you want to developbut Ajax gave us our first opportunity and we want to share our knowledge. Wedon’t have those big star players in the current squad who have experience ofwinning. We want to share that.”
“We accept that in one way now, if you are 27, 28 and stillplaying for Ajax you are probably not good enough for the top of Europe becauseplayers want to go to the top in Europe. So we have to make sure there are evenquicker and stronger and better players for the first team than maybe three,four or five years ago. We want to have the best young team in Europe.”
Perlu diingat juga sebelum Ajaxmenjadi kampiun pada tahun 1995 mereka sebelumnya menjadi juara UEFA Cup pada tahun 1992 saat itu Ajaxmengalahkan Torino dengan unggul gol tandang 2-2 (saat itu final UEFA Cup memakai sistem home & away). Bisa jadi final Europa League kali ini adalah awalsebelum dalam 3 atau 4 tahun kemudianAjax kembali menjadi juara Eropa yang sesungguhnya dengan menjadi juara champions league, ya… selama mereka bisamenahan para pemain bintangnya untuk tidak pindah ke tim lain. Yang pasti finalini akan menjadi pertandingan yang menarik dimana mempertemukan 2 tim dengansejarah panjang dan sama halnya dengan Manchester United yang mengincar kemenanganuntuk mendapatkan tiket langsung ke championsleague musim depan Ajax juga berusaha meraih kemenangan karena peringkatkedua liga hanya akan mendapatkan tiket playoffchampions league dimana mereka bisa saja gagal mendapatkannya. Atau memanginilah waktu yang tepat untuk kembali menjadi juara eropa bagi salah satu sangraja Eropa dari mati suri yang cukup panjang, We’ll see.
Hernadi Faturachman
Referensi :
https://www.sportskeeda.com/football/why-ajax-academy-best-world
http://www.footballwhispers.com/blog/the-ajax-academy-and-the-total-footballer