Namaku Herna aku mempunyai hobi olahraga, dulu waktu aku SD aku suka bulutangkis. Hobiku pada saat SD adalah bulutangkis. Waktu dulu aku sering bermain bulutangkis setiap sore bersama ayahku. Aku bisa bermain bulutangkis karena ayahku. Waktu SD kelas 4 guruku menyuruh aku mengikuti lomba bulutangkis tingkat kecamatan. Aku sangat senang untuk mengikuti lomba tersebut. Setiap sore aku latihan bersama guru olahragaku.Â
Sampai hari dimana tiba waktunya perlombaan itu dimulai. Aku mendapatkan lawan yang lumayan ringan dan akhirmya pertandingan itu dimenangkan aku. Hari berikutnya aku main lagi dengan mendapatkan lawan yang berat karena dia seorang atlet dan dia masuk club. Aku tidak merasa down jika lawanku seorang anak club.Â
Waktu pertandingan telah tiba aku bermain seperti biasa. Akhirnya aku belum bisa mengalahkan lawanku, tetapi aku tidak kecewa karena pertama kali aku mengikuti lomba bulungtakis dan aku masih belajar. Dalam hati kecilku berkata aku sudah berusaha semampu dan semaksimalku untuk melakukannya.Â
Kalah menang dalam pertandingan  itu sudah biasa. Aku menerima kekalahan dengan ikhlas dan aku harus masih berlatih dan berlatih terus. Setelah beberapa hari setelah lomba aku masih sering latihan setiap sore bersama temanku. Aku juga selalu berinstropeksi diri apa yang menyebabkan aku tidak menang dalam pertandingan waktu itu.
Waktu terus berjalan dimana saat aku sudah kelas 5 SD aku disuruh untuk mengikuti lomba bulutangkis lagi untuk mewakili sekolah. Aku merasa senang dan aku mengikutinya lagi. Hari dimana waktu perlombaan itu telah tiba. Aku melihat bagan perlombaan posisiku masih aman.Â
Hari pertama aku memenangkan pertandingannya dan hari berikutnya aku memenangkannya juga, tetapi di hari ke-3posisiku tidak aman aku bertanding melawan anak yang mengikuti club.Â
Disaat sebelum pertandingan dimulai aku sudah langsung pesimis aku tidak bakal menang karena dimana lawanku saat itu lawanku 1 tahun yang lalu. Saat itu juga walaupun aku merasa pesimis semua itu aku lakukan aku berusaha bagaimanapun hasilnya aku terima dengan ikhlas. Pertandingan berakhir saat itu juga aku benar-benar merasa gagal, disisi lain aku belum bisa membanggakan sekolahku.
 Setelah pertandingan itu aku berhenti untuk berlatih, karena aku berpikir bakatku bukan di bulutangkis. Padahal dari dulu aku mempunyai cita-cita menjadi atlet bulutangkis tetapi apa yang aku lakukan selama ini, berlatih setiap sore, usaha yang sudah aku lakukan semaksimal mungkin tidak bisa menghasilkan sebuah prestasi.aku memutuskan untuk vakum beberapa minggu untuk tidak bulutangkis terlebih dahulu. Disaat vakum aku benar benar tidak berlatih setiap sore dan tidak olahraga.
 Pada suatu sore aku menonton temanku berlatih tennis. Disaat aku vakum aku tidak ada kegiatan, aku bosan dirumah. Saat itulah setiap sore aku menonton teman-temanku berlatih tennis. Aku tidak pernah berpikir aku akan mengikuti tennis juga. Suatu hari pelatih tennis itu adalah penjaga sekolahku, tiba-tiba beliau menghampiri ku disaat aku menontonnya. Ternyata beliau mengajakku untuk bergabung. Aku terus berpikir apa aku harus bergabung atau aku meneruskan hobiku dibulutangkis.
Setiap hari aku selalu memikirkan tawaran untuk bergabung tennis tetapi aku masih bimbang. Hari berikutnya aku menonton lagi dan aku mau diajak bergabung. Sore itu juga aku langsung latihan bersama. Ternyata raket tennis itu berat dan latihannya tidak cukup mudah. Aku latihan dari latihan dasar dulu.Â
Setelah latihan selesai aku berpikir apa bakatku itu bukan di bulutangkis melainkan di tennis lapangan. Latihan tennis lapagan itu 2x seminggu. Aku berlatih terus hingga tidak pernah absen. Pada suatu hari akan ada POPDA aku disuruh mengikuti POPDA cabang tennis lapangan. Tetapi aku tidak mau karena banyak temanku yang sudah berpengalaman mengikuti lomba-lomba tennis lapangan hingga juara.Â