Infografis menunjukan perkembangan kegiatan ekspor dan impor Indonesia pada tahun 2017.
Dalam infografis disajikan beberapa data besaran transaksi ekspor dan impor Indonesia terlihat pada tahun 2016 jumlah ekspor 13.502,9 Milyar USD dan impor 12.669,4 Milyar USD Sedangkan pada tahun 2017 jumlah ekspor 15.282,1 Milyar USD dan impor 15.154,9 Milyar USD. Pada tahun 2016 ternyata nilai ekspor Indonesia lebih tinggi dibanding nilai impor. Kemudian pada tahun 2017 juga nilai ekspor masih sedikit lebih tinggi dibanding nilai impor.
Dari data diatas terlihat aktivitas ekonomi Indonesia hampir seimbang antara kegiatan ekspor dan impor. Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka atau open economic dimana kegiatan ekonomi dalam negeri dikaitkan  juga dengan kegiatan ekonomi luar negeri. Artinya kegiatan perdagangan  dengan luar negeri merupakan suatu keniscayaan. Kegiatan menjual barang keluar negeri disebut ekspor sedangkan membeli barang  dari luar negeri disebut impor.
Banyak teori yang menjelaskan mengapa suatu negara melakukan perdagangan dengan negara lain misal teori comparative advantage dari Ricardo yang menjelaskan bahwa masing masing negara memiliki produk yang memiliki keunggulan komparatif dilihat dari segi tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut sehingga negara A Â menjual Padi ke negara C sedangkan negara C menjual TV Â ke ke negara A. Biaya produksi lebih rendah mengakibatkan harga lebih rendah menjadi keunggulan sebuah produk dari suatu negara.
Ilustrasi diatas mengambarkan kepada kita bahwa perdagangan luar negeri terjadi bukan hanya karena suatu negara tidak memiliki produk tertentu, seperti negara Rusia yang tidak memiliki kopi dan teh lalu impor dari Indonesia dengan cara barter, namun juga bisa terjadi karena suatu produk D dibuat lebih murah di negara A dibanding dengan produk D yang dibuat di negara C.Â
Kontroversi Impor Indonesia.
Tersiar kabar pemerintah impor beras  premium sebanyak 500 ribu ton setelah itu terjadi perdebatan yang rame mengenai beras impor tersebut. Pokoknya muncul banyak artikel mengenai seputar impor beras dari artikel yang mengkritik habis habisan pemerintah mengenai kebijakan impor beras ini. Namun tidak banyak artikel yang mendukung kebijakan impor beras yang dilakukan oleh pemerintah. Ternyata sekarang harga beras dipasar mengalami kenaikan yang dikeluhkan oleh banyak ibu rumah tangga. Kenaikan harga beras menunjukan pasokan beras dipasar kurang sehinga harga beras naik. Oleh karena itu kembali menurunkan harga beras maka ketersediaan beras perlu ditambah dipasar kalau tidak yah mari sama sama kita nikmati harga beras yang mahal dipasar tanpa perlu ribut dan mengeluh mengenai kenaikan harga beras.
Saya sendiri menganggap impor beras yang dilakukan pemerintah melalui swasta merupakan bahagian dari perdagangan luar negeri. Apakah impor 500 ribu ton beras dari luar negeri akan mempengaruhi harga dalam negeri menurut saya jumlah beras yang beredar di Indonesia sangat besar sekali setiap harinya ada 250 juta orang Indonesia yang memerlukan makan setiap hari sehingga jumlah 500 ribu ton belum akan mampu mempengaruhi harga beras dalam negeri.
Kemudian pemerintah akan impor garam 3.7 juta ton. Banyak juga yang mengkeritik pemerintah. Impor garam ini juga menjadi sorotan banyak kalangan ke KKP mengenai data kekurangan garam. Sekalipun tidak seramai beras namun impor garam ini kembali menuai beragam komentar dari pengamat dan masyarakat.
Kegaduhan yang ditimbulkan ketika pemerintah melakukan impor lebih hebat dibandingkan dengan  keberhasilan ekspor yang dilakukan oleh pemerintah.Terbukti data nilai ekspor lebih tinggi dibanding impor. Ketika pemerintah berhasil mengekspor atau menjual barang keluar negari lebih tinggi tidak ada yang membicarakannya. Seolah semua barang dari Indonesia ini sudah seharusnya dijual ke luar negeri. Padahal mungkin ketika barang kita masuk ke negara lain mungkin juga barang kita mendapat penolakan dari dalam negeri negara yang bersangkutan.
Begitulah menurut saya kita selalu rame kalau pemerintah melakukan impor barang barang yang seksi dibicarakan sebagai bahasa  politik bukan bahasan secara ekonomi . Kegaduhan akan semakin sering kita rasakan apalagi menjelang pilpres 2019 nanti. Kegiatan ekonomi bisa menjadi kegiatan politik kalau menyangkut beras bisa dimaklumi, karena memang dari dulu beras menjadi barang yang selalu diawasi pemerintah. Namun impor garam pun sekarang sudah menjadi perdebatan publik saya merasa heran saja garam merupakan barang inelastis yang perubahan harganya tidak akan mengurangi jumlah yang dibeli oleh masyarakat. Namun kiranya garam bisa juga menjadi komoditas politik.