Di setiap hembusan napas dan jejak langkah kita, ada seorang yang kerap kita abaikan namun selalu hadir. Ia adalah ayah, sosok yang mungkin jarang merengkuh kita dengan kelembutan, namun memberi keteguhan seperti gunung yang tak tergoyahkan. Langit cinta seorang ayah adalah luas tanpa batas, seluas harapan dan doanya bagi kita---meskipun ia tak pernah meminta pamrih, meskipun ia tak bertahta syurga.
Ayah, dalam diamnya adalah sosok yang tak selalu menunjukkan kasih dengan pelukan atau kata-kata manis. Ia adalah samudra yang dalam, kadang tenang di permukaan namun menggelora di dalamnya menyimpan ribuan doa untuk anak-anaknya. Saat malam tiba dan dunia terlelap, seorang ayah masih terjaga dalam doanya, menitipkan harapan-harapan untuk masa depan kita. Walau bibirnya tak selalu pandai merangkai kalimat-kalimat cinta, namun setiap tetes keringat dan lelahnya adalah bukti kasih yang tak pernah lekang.
Seorang ayah mungkin tak tampak seterang ibu dalam cahaya cinta yang terlihat. Ia lebih sering berdiri di belakang layar dalam senyapnya bekerja dan berjuang. Kasih sayangnya sering kali tersembunyi dalam peluh yang menetes, dalam tubuh yang lelah namun tetap tegak, dalam mata yang redup namun selalu menatap kita dengan bangga. Seperti langit yang biru membentang, cinta seorang ayah selalu ada, walau sering tak terlihat.
Cinta seorang ayah adalah langit yang menaungi kita, memberi ruang untuk terbang bebas, namun selalu menjaga agar kita tak jatuh terlalu jauh. Ia mungkin tak melarang kita mengejar impian, namun diam-diam ia siap menjadi penopang saat sayap kita rapuh. Ia tak pernah mengeluh meski harus memikul beban berat, karena baginya kebahagiaan keluarga adalah segalanya. Ketika melihat kita tersenyum, semua letihnya sirna. Saat mendengar kita sukses, semua perjuangannya terbayar lunas.
Seorang ayah mungkin tak selalu tahu bagaimana merajut kata-kata manis. Ia mungkin tak fasih mengungkapkan rasa sayang dengan hadiah atau pujian. Namun, melalui tindakannyadan melalui ketangguhannya menempuh hidup yang penuh liku, kita bisa merasakan cintanya yang dalam dan tulus. Di tengah kerasnya kehidupan, ayah adalah sosok yang selalu memberi tanpa mengharap pamrih, sosok yang akan memilih berjuang di tengah badai daripada membiarkan keluarganya terombang-ambing dalam ketidakpastian.
Di balik sosok yang diam itu, ayah adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Pagi-pagi buta ia bangun, mempersiapkan diri untuk bekerja demi kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya. Ia mungkin tak pernah mengeluh ketika hujan deras atau panas terik harus ia tempuh. Setiap langkahnya menuju tempat kerja adalah langkah cinta, langkah yang diam-diam menyimpan harapan agar kita tak perlu merasakan kesulitan yang pernah ia alami.
Ayah adalah sosok yang rela mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi kita. Saat kita meminta sesuatu, mungkin ia tak langsung mengabulkannya bukan karena tak peduli tetapi karena ia sedang berjuang dalam diam, memikirkan cara terbaik untuk memenuhi setiap impian kita. Dalam kesederhanaannya, ayah mengajarkan bahwa cinta bukanlah hanya tentang memberi, tapi juga tentang mendidik dan membekali kita dengan kekuatan. Dalam Islam, cinta seorang ayah tak hanya berbentuk kasih sayang yang terlihat, tetapi juga dalam usaha tak kenal lelahnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik.
Meski mungkin tak selalu mengungkapkan rasa sayang dalam kata-kata, seorang ayah selalu memohon kepada Allah dalam doanya, agar anak-anaknya diberikan kemudahan dan keberkahan hidup. Maka dari itu sebagai anak, kita jangan sampai lalai atau lupa untuk berbakti kepada kedua orangtua. Memuliakan mereka yang tidak membedakan antara Ibu dan Ayah, sebagaimana Rasulullah SAW juga memberikan perhatian besar terhadap bakti kepada orang tua, termasuk ayah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud, ia bertanya kepada Rasulullah SAW, "Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?" Rasul menjawab, "Sholat pada waktunya." Ia bertanya lagi, "Kemudian apa?" Rasulullah menjawab, "Berbakti kepada orang tua." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menekankan bahwa setelah ibadah kepada Allah, berbakti kepada orang tua adalah salah satu amalan yang paling tinggi nilainya.
Ibu memang memiliki tiga tahta tertinggi dibanding ayah, namun pengorbanan ayah tidak kalah hebatnya. Pengorbanan seorang ayah adalah bentuk cinta yang sangat tinggi di sisi Allah. Ia adalah sosok yang mungkin tak meminta apa-apa dari anak-anaknya, namun terus mengorbankan dirinya agar keluarganya tetap sejahtera. Dalam diamnya, ayah memikul tanggung jawab besar, berjuang demi keluarga tanpa mengharapkan imbalan atau pujian. Setiap tetes keringat dan peluh yang ia keluarkan, InsyaAllah, akan dicatat sebagai pahala di sisi Allah, karena ia menunaikan amanah sebagai kepala keluarga.
Di saat kita tengah terlelap, mungkin ayah masih duduk di ruang tamu memikirkan jalan terbaik untuk masa depan keluarga. Ada kekhawatiran yang ia simpan rapat dalam dada, ada kegelisahan yang tak pernah ia ucapkan, karena baginya seorang ayah harus kuat dan tegar. Ia tak ingin anak-anaknya melihatnya lemah. Dalam hatinya, ia berjanji akan menjadi batu karang yang kokoh, tempat kita bersandar saat badai datang.
Ketika kita meraih prestasi, ayah adalah orang yang paling bangga, walau mungkin ia tak selalu mengungkapkannya. Matanya berbinar melihat kesuksesan kita, namun ia tetap tenang menyembunyikan kegembiraannya dengan senyum yang penuh makna. Bagi ayah, setiap keberhasilan kita adalah bukti bahwa semua pengorbanannya tak sia-sia. Setiap keberhasilan kita adalah hadiah terindah bagi hidupnya, sebuah kebahagiaan yang tak mampu ia ucapkan dengan kata-kata.
Di balik kerasnya suara ayah yang kadang memarahi kita, tersembunyi rasa cinta yang mendalam. Amarahnya bukanlah bentuk kebencian, melainkan cara ia mengingatkan kita agar lebih bijaksana. Setiap nasihat yang ia sampaikan adalah pelajaran hidup yang tak ternilai harganya. Ia ingin kita tumbuh menjadi pribadi yang kuat, yang mampu menghadapi dunia dengan kepala tegak dan hati yang teguh. Saat kita tumbuh dewasa, kita mungkin semakin jauh dari ayah. Kesibukan, tanggung jawab, dan kehidupan baru membuat jarak semakin lebar. Namun, cinta ayah tak pernah pudar. Walau rambutnya mulai memutih dan punggungnya semakin membungkuk, cintanya tetap setia mendampingi kita, bagaikan langit yang tak pernah meninggalkan bumi. Ia selalu siap menunggu kita pulang, merindukan cerita-cerita kita meski hanya sesaat.
Ketika kita mendekati akhir perjalanan hidupnya, mungkin saat itu kita baru benar-benar menyadari betapa besarnya pengorbanan seorang ayah. Betapa ia selalu menahan diri untuk memastikan kita meraih kebahagiaan, betapa cintanya adalah langit yang luas, yang tak pernah menuntut balasan. Di penghujung hidupnya, ia mungkin tak meminta banyak hanya ingin melihat kita bahagia. Ia tak membutuhkan mahkota atau singgasana, karena baginya, cukup dengan menjadi tempat berpulang anak-anaknya, itulah tahta terbaik yang ia inginkan.
Langit cinta seorang ayah, walau tak bertahta syurga tetaplah menjadi pelita yang tak pernah padam. Ia ada di setiap langkah hidup kita, dalam setiap nasihat yang tak lekang, dalam setiap kenangan yang berharga. Ayah adalah bukti nyata bahwa cinta sejati tak perlu ditunjukkan dengan kemewahan atau kata-kata, cukup dengan ketulusan dan keteguhan yang tanpa pamrih. Di sanalah kita akan selalu menemukan surga tersembunyi, dalam kasih seorang ayah yang seluas langit.
Di dalam ajaran Islam, kita diingatkan bahwa sosok ayah adalah langit tempat kita berteduh, tempat kita belajar tentang tanggung jawab dan keikhlasan. Cinta seorang ayah, meski tak selalu terucap adalah wujud dari kasih sayang Allah yang dititipkan untuk menjaga dan membimbing kita. Di balik pengorbanan seorang ayah, ada surga yang tak terlihat---surga yang tak hanya bertahta di dunia, namun insya Allah menuntunnya menuju ridha Allah.
Sebagai anak, sudah sepatutnya kita menghargai setiap pengorbanan dan jasa seorang ayah. Bersyukur, berbakti, dan mendoakannya menjadi amalan yang dicintai Allah, yang mengangkat derajat kita di sisi-Nya. Ayah, walau tak bertahta syurga adalah cermin cinta Ilahi yang selalu menaungi, menguatkan, dan menuntun kita dalam setiap langkah hidup. Hari ini, Selasa 12 November kita diingatkan hari Ayah Nasional walaupun sebenarnya tidak ada hari khusus untuk ayah, setiap hari adalah hari mengenang jasa dan pengorbanan Ayah seperti halnya kasih sayangnya yang mengalir kepada kita yang tak mengenal hari dan waktu. Sekian dari Penulis, SELAMAT HARI AYAH NASIONAL.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI