Mohon tunggu...
Hermiwati
Hermiwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language Student

Coretan Sederhanaku📝

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Langit Cinta Seorang Ayah, Walau Tak Bertahta Surga

12 November 2024   16:37 Diperbarui: 12 November 2024   19:13 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu memang memiliki tiga tahta tertinggi dibanding ayah, namun pengorbanan ayah tidak kalah hebatnya.  Pengorbanan seorang ayah adalah bentuk cinta yang sangat tinggi di sisi Allah. Ia adalah sosok yang mungkin tak meminta apa-apa dari anak-anaknya, namun terus mengorbankan dirinya agar keluarganya tetap sejahtera. Dalam diamnya, ayah memikul tanggung jawab besar, berjuang demi keluarga tanpa mengharapkan imbalan atau pujian. Setiap tetes keringat dan peluh yang ia keluarkan, InsyaAllah, akan dicatat sebagai pahala di sisi Allah, karena ia menunaikan amanah sebagai kepala keluarga. 

Di saat kita tengah terlelap, mungkin ayah masih duduk di ruang tamu memikirkan jalan terbaik untuk masa depan keluarga. Ada kekhawatiran yang ia simpan rapat dalam dada, ada kegelisahan yang tak pernah ia ucapkan, karena baginya seorang ayah harus kuat dan tegar. Ia tak ingin anak-anaknya melihatnya lemah. Dalam hatinya, ia berjanji akan menjadi batu karang yang kokoh, tempat kita bersandar saat badai datang. 

Ketika kita meraih prestasi, ayah adalah orang yang paling bangga, walau mungkin ia tak selalu mengungkapkannya. Matanya berbinar melihat kesuksesan kita, namun ia tetap tenang menyembunyikan kegembiraannya dengan senyum yang penuh makna. Bagi ayah, setiap keberhasilan kita adalah bukti bahwa semua pengorbanannya tak sia-sia. Setiap keberhasilan kita adalah hadiah terindah bagi hidupnya, sebuah kebahagiaan yang tak mampu ia ucapkan dengan kata-kata.

Di balik kerasnya suara ayah yang kadang memarahi kita, tersembunyi rasa cinta yang mendalam. Amarahnya bukanlah bentuk kebencian, melainkan cara ia mengingatkan kita agar lebih bijaksana. Setiap nasihat yang ia sampaikan adalah pelajaran hidup yang tak ternilai harganya. Ia ingin kita tumbuh menjadi pribadi yang kuat, yang mampu menghadapi dunia dengan kepala tegak dan hati yang teguh. Saat kita tumbuh dewasa, kita mungkin semakin jauh dari ayah. Kesibukan, tanggung jawab, dan kehidupan baru membuat jarak semakin lebar. Namun, cinta ayah tak pernah pudar. Walau rambutnya mulai memutih dan punggungnya semakin membungkuk, cintanya tetap setia mendampingi kita, bagaikan langit yang tak pernah meninggalkan bumi. Ia selalu siap menunggu kita pulang, merindukan cerita-cerita kita meski hanya sesaat.

Ketika kita mendekati akhir perjalanan hidupnya, mungkin saat itu kita baru benar-benar menyadari betapa besarnya pengorbanan seorang ayah. Betapa ia selalu menahan diri untuk memastikan kita meraih kebahagiaan, betapa cintanya adalah langit yang luas, yang tak pernah menuntut balasan. Di penghujung hidupnya, ia mungkin tak meminta banyak hanya ingin melihat kita bahagia. Ia tak membutuhkan mahkota atau singgasana, karena baginya, cukup dengan menjadi tempat berpulang anak-anaknya, itulah tahta terbaik yang ia inginkan.

Langit cinta seorang ayah, walau tak bertahta syurga tetaplah menjadi pelita yang tak pernah padam. Ia ada di setiap langkah hidup kita, dalam setiap nasihat yang tak lekang, dalam setiap kenangan yang berharga. Ayah adalah bukti nyata bahwa cinta sejati tak perlu ditunjukkan dengan kemewahan atau kata-kata, cukup dengan ketulusan dan keteguhan yang tanpa pamrih. Di sanalah kita akan selalu menemukan surga tersembunyi, dalam kasih seorang ayah yang seluas langit. 

Di dalam ajaran Islam, kita diingatkan bahwa sosok ayah adalah langit tempat kita berteduh, tempat kita belajar tentang tanggung jawab dan keikhlasan. Cinta seorang ayah, meski tak selalu terucap adalah wujud dari kasih sayang Allah yang dititipkan untuk menjaga dan membimbing kita. Di balik pengorbanan seorang ayah, ada surga yang tak terlihat---surga yang tak hanya bertahta di dunia, namun insya Allah menuntunnya menuju ridha Allah.

Sebagai anak, sudah sepatutnya kita menghargai setiap pengorbanan dan jasa seorang ayah. Bersyukur, berbakti, dan mendoakannya menjadi amalan yang dicintai Allah, yang mengangkat derajat kita di sisi-Nya. Ayah, walau tak bertahta syurga adalah cermin cinta Ilahi yang selalu menaungi, menguatkan, dan menuntun kita dalam setiap langkah hidup. Hari ini, Selasa 12 November kita diingatkan  hari Ayah Nasional walaupun sebenarnya tidak ada hari khusus untuk ayah, setiap hari adalah hari mengenang jasa dan pengorbanan Ayah seperti halnya  kasih sayangnya  yang mengalir kepada kita  yang tak mengenal hari dan waktu. Sekian dari Penulis, SELAMAT HARI AYAH NASIONAL. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun