Mohon tunggu...
Herma Yulia
Herma Yulia Mohon Tunggu... Guru - SMPN 1 OKU

Guru yang suka mengembangkan kompetensi dan mengikuti kodrat zaman anak-anak didik saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2 "Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya"

29 Mei 2023   19:48 Diperbarui: 29 Mei 2023   19:53 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
koleksi pribadi_canva

Alhamdulillah, pembelajaran saya di Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 telah selesai pada pembelajaran modul 3.2 mengenai Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Tiba saatnya kami membuat artikel mengenai jurnal refleksi perjalanan selama melakukan pendidikan pada pembelajaran modul 3.2 ini. Saya akan merefleksikan jurnal modul 3.2 ini dengan menggunakan refleksi model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, dengan pertanyaan sebagai berikut :

1. Facts (Peristiwa): Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut?

2. Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut.

3. Findings (Pembelajaran): Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?

4. Future (Penerapan): Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?

Pembelajaran diawali dengan pembelajaran mandiri pada bagian Mulai diri, dibagian ini kami dipandu untuk memahami pengetahuan awal mengenai materi modul 3.2 dengan beberap pertanyaan pemantik. Selanjutnya pada bagian eksploarsi konsep, secara mandiri kami mempelajari keseluruhan isi modul yang terangkum dalam beberapa materi mengenai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya.

Berikut beberapa materi modul 3.2 yang sudah saya catat dalam catatan saya:

Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

  • Murid
  • Kepala Sekolah
  • Guru
  • Staf/Tenaga Kependidikan
  • Pengawas Sekolah
  • Orang Tua
  • Masyarakat sekitar sekolah
  • Dinas terkait
  • Pemerintah Daerah

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:

  • Keuangan
  • Sarana dan prasarana
  • Lingkungan alam

Pendekatan dapat dikatakan sebagai cara pandang atau cara berpikir kita melihat sesuatu. Pendekatan berbasis aset atau berbasis defisit berarti bagaimana kita memandang sumber daya sekolah, apakah dianggap sebagai aset/kekuatan atau kekurangan/masalah. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Kekurangan yang dimiliki mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus kita adalah bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Green & Haines (2010) menjelaskan kecenderungan cara pandang yang menggunakan pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset seperti yang dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Sumber : LMS PGP Akt 7
Sumber : LMS PGP Akt 7

Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University, Amerika Serikat ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010). Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

Sekolah bisa kita pandang sebagai sebuah komunitas. Karena itu, sekolah dapat belajar tentang bagaimana menjadi komunitas yang sehat dan tangguh. Bank of I.D.E.A.S (2014) menyebut bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan resilien adalah sebagai berikut:

  • Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat, yaitu perilaku yang menghargai keragaman dan mendorong dialog penduduk yang aktif, partisipasi dan kepemilikan masyarakat atas masa depan.
  • Menumbuhkan komitmen terhadap tempat, yaitu perilaku akan memperkuat koneksi warga baik komunitas, lingkungan, dan ekonomi lokal mereka.
  • Membangun koneksi dan kolaborasi, yaitu perilaku yang mendorong perencanaan dan tindakan kolaboratif, jaringan dan hubungan yang kuat antara penduduk, organisasi, bisnis, dan komunitas.
  • Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada, yaitu perilaku yang menemukan, memetakan, menghubungkan, dan memanfaatkan sumber daya seluruh komunitas yang ada.
  • Membentuk masa depannya, yaitu perilaku yang memungkinkan visi komunitas bersama tentang masa depan, sebagaimana tercermin dalam tujuan praktis komunitas, rencana aksi, dan peringkat prioritas, ditambah dengan keinginan untuk tidak membahayakan kesejahteraan generasi mendatang.
  • ertindak dengan obsesi ide dan peluang, yaitu perilaku yang mendorong pencarian tanpa akhir untuk ide-ide baru dan tepat, kemungkinan pengembangan dan sumber daya internal dan eksternal.
  • Merangkul perubahan dan bertanggung jawab, yaitu perilaku yang memperkuat kemampuan masyarakat untuk mengatasi perubahan dan pulih dari krisis, pola pikir yang berfokus pada optimisme, harapan, dan yakin bahwa 'kita bisa melakukannya'.
  • Menghasilkan kepemimpinan, yaitu perilaku yang terus-menerus memperluas dan memperbaharui kapasitas kepemimpinan masyarakat.

Kita dapat meminjam kerangka dari Green dan Haines (2016), yang memetakan 7 aset utama, atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama. Tujuh modal utama ini merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah.

  • Modal Manusia
  • Modal Sosial
  • Modal Politik
  • Modal agama dan budaya
  • Modal Fisik
  • Modal lingkungan/alam
  • Modal finansial

Selanjutnya kami dalam bagian eksplorasi konsep, namun pada bagian ini kami berdiskusi asinkronus secara mandiri. Menjawab pertanyaan-pertanyaan menurut pemikiran dan pengetahuan yang telah kami pelajari. Selanjutnya bersama-sama kami mendiskusikan kasus yang disajikan untuk kami bahas bersama-sama dengan teman CGP lainnya. Untuk bagian Ruang Kolaborasi, kami berdiskusi dalam kelompok kecil, membahas mengenai aset-aset yang ada dilingkungan sekolah. Melakukan pemetaan terhadap aset tersebut dan juga pemanfaatan aset guna kepentingan sekolah. Pada ruang kolaborasi lanjutan, kami kembali dalam kelompok besar untuk mempresentasikan hasil diskusi di kelompok kecil. Disini pemahaman kami mulai diperkuat dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman didalam diskusi kelas ruang kolaborasi. Selanjutnya pembelajaran mandiri dengan melakukan demonstrasi kontekstual dan kegiatan elaborasi. Hingga akhirnya kami mempraktikkan kegiatan pemetaan aset tersebut bersama kepala sekolah, rekan guru, siswa dan orang tua siswa yang dirangkum dalam tugas Aksi Nyata.

Setiap rangkaian pembelajarana didalam LMS kami ikuti alurnya, pendalaman materi semakin kami rasakan manfaat dan kami praktikkan secara nyata.

Saya merasakan bahwa apa yang telah saya pelajari sangat memberikan kontribusi positif dalam menambah inventarisasi kompetesi bagi saya. Dengan demikian kita dapat mengidentifikasi dan memanfaatkan aset-aset yang dapat kita kembangkan untuk kepentingan sekolah dan murid kita.

Saya berharap kedepannya kita tidak hanya memutuskan sesuatu dengan melihat kekurangan namun kita dapat menggali apa yang dapat kita lihat dari apa yang kita punya. Kita dapat memanfaatkan potensi yang ada disekolah kita. Mengembangkan hingga dapat memenuhi kepentingan murid dan sekolah kita.

Terima kasih untuk pembelajaran modul 3.2 ini sangat bermanfaat bagi saya khususnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun