Mohon tunggu...
Herma Yulia
Herma Yulia Mohon Tunggu... Guru - SMPN 1 OKU

Guru yang suka mengembangkan kompetensi dan mengikuti kodrat zaman anak-anak didik saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Dwi Mingguan Modul 1.4

21 Desember 2022   12:26 Diperbarui: 21 Desember 2022   12:35 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa sudah dipenghujung modul 1 , kali ini saya akan mencoba membuat refleksi diri selama mempelajari modul 1.4 tentang Budaya Positif.

Saya akan mencoba menggunakan model 4F (Facts, Feelings, Findings dan Future). 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P.

  • Facts (Peristiwa)
  • Feelings (Perasaan)
  • Findings (Pembelajaran)
  • Future (Penerapan)

Selama mengikuti pemahaman materi modul 1.4 banyak sekali yang telah saya dapatkan. Saya akan mengurainya dalam tahapan 4F tersebut.

  • Facts (Peritiwa)

Pembelajaran modul 1.4 budaya positif diawali dengan mulai diri sendiri dengan memahami secara mandiri materi tentang bufaya positif dengan beberapa pertanyaan pemantik yang harus kami berikan jawaban pada notes yang telah disediakan di LMS. Selanjutnya kami melanjutkan pada bagian eksplorasi konsep, disini kami juga menjawab beberapa pertanyaan yang mengacu kepada implementasi budaya positif. Kami juga bersama CGP lainnya melakukan diskusi virtual secara mandiri, memberi tanggapan atas pernyataan yang disajikan oleh teman CGP lainnya. Dalam bagian eksplorasi konsep ini beberapa materi yang kami bahas antaranya adalah, disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, restitusi, keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas, lima posisi control serta segitiga restitusi.

Tiba dibagian pertemuan tatap maya, kami masuk dalam bagian ruang kolaborasi. Ruang kolaborasi pertama adalah pertemuan kelompok untuk membahas dan menafsirkan suatu kasus yang harus kami telaah posisi control dan tahapan segitiga restitusi pada kasus tersebut. Pada hari selanjutnya ruang kolaborasi yang kami lakukan adalah presentasi kelompok yang membahas tema pada telaah kasus yang telah kami diskusikan pada hari sebelumnya. Disini kami saling berbagi atau sharing pengalaman mengenai penyelesaian masalah dengan menggunakan tahapan segitiga restitusi. Pada akhirnya kami mendapatakan penguatan materi dari fasilitator kami agar persepsi mengenai materi tersebut semakin kuat dan dipahami bersama.

Untuk selanjutnya, bagian yang selalu menantang bagi saya, yaitu bagian demontrasi kontekstual. Pada deminstrasi kontekstual kali ini, kami diminya untuk membuat skenario segitiga restitusi dan mempraktekkan skenario segitiga restitusi tersebut dalam bentuk dialog percakapan visual bersama siswa. Disini saya sangat tertantang dengan tantangan demonstrasi kontekstual, saya berusaha untuk melakukan sesuai dengan petunjuk dan melakukan dengan penuh penghayatan sesuai dengan skenario yang telah saya susun.

Kegiatan selanjutnya, kami masuk pada bagian koneksi antar materi. Kami harus mampu mengkaitkan materi yang telah kami pelajari sedari modul 1.1, modul 1.2, modul 1.3 dengan modul 1.4. Pada bagian ini juga kami berefleksi dengan menjawab beberapa pertanyaan pemantik yang mengacu pada pemahaman kami terhadap materi dan implementasi yang kami lakukan disekolah. Bagian tak kalah pentingnya diakhir modul 1.4 kami diminta menyusun rancangan tindakan untuk aksi nyata yang akan kami lakukan disekolah, penyebaran pemahaman kepada guru dan teman sejawat dengan mengadakan seminar mengenai budaya positif. Rancangan ini kami susun dari persiapan hingga pelaporan. Aksi nyata yang akan dilakukan pada awal semester genap nantinya akan saya laksanakan sesuai dengan pemahaman materi yang telah saya pahami.

  • Feelings (Perasaan)

Setelah mempelajari materi ini, saya mulai menyadari bahwa sesungguhnya beberapa bagian dari materi ini telah saya lakukan. Tetapi kesempurnaan bagian belum saya lakukan dengan tepat. Keyakinan kelas telah saya lakukan diawal semester atau awal pembelajaran, namun saya belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dasar anak, keyakinan kelas yang saya lakukan merupakan keyakinan kelas yang timbul dari saya sendiri. Belum sepenuhnya masukan dari siswa. Begitu juga dengan pelaksanaan segitiga restitusi, sedari lama saya telah melakukan tindakan menstabilkan identitas dan validasi tindakan yang salah yang dilakukan oleh siswa saya. Akan tetapi pada bagian menanyakan keyakinan kelas, belum sepenuhnya saya lakukan. Solusi atas permsalahan yang dilakukan siswa selalu bersumber dari saya, tanpa siswa sendiri melakukan refleksi untuk memperbaiki kesalahannya. Dengan mempelajari materi ini saya sangat senang dan sangat menambah wawasan saya mengenai keyakinan kelas, membimbing motivasi intrinsic siswa dan melakukan tahapan segitiga restitusi dengan tepat.

  • Findings (Pembelajaran)

Banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan dari pendidikan guru penggerak ini. Pemahaman saya mengenai budaya positif menjadi lebih luas dan kompleks. Penanganan kita terhadap siswa juga mencerminkan pembelajaran yang menuntun dan berpihak pada anak. Saya setuju sekali dengan teori kontrol, ilusi guru mengontrol murid, ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat, ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter, ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. Kita tidak dapat sepenuhnya mengontrol sesuai dengan kemauan kita dan tidak sepenuhnya kita dapat memaksakan kehendak agar mematuhi kita. Namun kita memberikan motivasi instrinsik agar kepatuhan tersebut timbul dari dalam diri mereka sendiri, sehingga nantinya budaya atau pembiasaan positif tersebut menjadi suatu kebutuhan yang harus mereka penuhi sendiri. Kemudian pada membentuk keyakinan kelas, saya juga mendapatkan pembelajaran, merumuskan keyakinan kelas merupakan rumusan bersama siswa diyakini dan disepakati bersama. Saya sangat setuju sekali dengan hal tersebut. Ini memberikan kesempatan kepada kita semua agar siswa juga diberi ruang untuk mengemukakan kebutuhan dasar mereka, keinginan atas kenyamanan mereka mendapatkan pendidikan dan pembelajaran yang menyenangkan. Apabila kebutuhan mereka terpenuhi maka motivasi akan timbul dalam diri mereka untuk melakukan keyakinan kelas tanpa ada ancaman, paksaan atau penghargaan.

Juga pada penerapan penyelesaian terhadap pelanggaran keyakinan yang telah disepakati, yang melanggar nilai-nilai kebajikan. Saya juga mendapatkan pembelajaran bahwa solusi yang tepat adalah solusi yang dikemukakan oleh anak sendiri, kita hanya membimbing dan menuntun mereka untuk menemukan solusi memperbaiki kesalahan mereka. Dengan demikian psikis siswa tidak akan terganggu, mereka tidak merasa dipojokkan atau merasa kecil hati karena kita marah atas kesalahan mereka. Kita dapat memanfaatkan posisi manajer dalam menyelesaikan permasalahan mereka.

  • Future (Penerapan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun