Kreatifitas yang terbatasi menjadikan anak kurang percaya diri dalam sesuatu hal termasuk pengambilan keputusan. Jika hal itu terus terjadi, anak akan terus bergantung kepada orang terdekatnya dan akan sulit mandiri.
3. Kurangnya komunikasi dan Banyaknya Tuntutan
Orangtua selalu ingin memberikan yang terbaik. Namun, terkadang yang terbaik menurut orangtua, belum tentu terbaik juga menurut anak. Banyak orangtua yang ingin anaknya mengikuti pendapatnya tanpa mau berkomunikasi lebih lanjut untuk mempertimbangkan pendapat anaknya.
Salah satu contoh kejadian ini adalah ketika menentukan jurusan saat anak hendak kuliah. Ada beberapa orangtua yang menginginkan anaknya untuk memilih jurusan yang bergengsi, sedangkan anak menginginkan jurusan yang sesuai dengan minat, bakat atau kemampuan yang dimilikinya.
Kurangnya komunikasi menjadikan anak tidak bisa meyakinkan orangtua terhadap apa yang ingin dipilihnya. Sehingga akhirnya anak hanya bisa mengikuti keinginan orangtua.
Menjalankan hidup tidak sesuai dengan keinginan atau secara terpaksa tentu tidaklah mudah. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab seseorang mudah menyerah.
Generasi Z adalah penerus bangsa di masa yang akan datang. Sebagai penerus bangsa, tentu perilaku yang ada saat ini perlu diminimalisir. Dalam jurnal yang berjudul Straberry Generasi: Keterampilan Orangtua Mendidik Generasi z juga menjelaskan cara meminimalisir Strawberry Generation dari cara pola asuh orang tua.
Peran Orangtua dalam Meminimalisir Generasi Strawbbery
Berdasarkan faktor yang telah dibahas bahwasannya terbentuknya perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pola asuh orangtua. Maka solusi dalam meminimalisir hal ini pun perlu diperbaiki dari pola asuh.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Fikriyah Iftinan Fauzi dan Fatin Nadifa Tarigan juga menjelaskan hal yang paling utama dalam menimalisir Strawberry Generation adalah membangun mental seorang anak. Orangtua memiliki peran penting dalam mendidik anak, baik dalam pengetahuan maupun mental. Biasakan anak berjuang dalam sesuatu hal yang diinginkan, jika gagal dalam meraihnya, ajarkan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.
Anak juga perlu diberikan kepercayaan dalam memutuskan pilihan yang sesuai dengan kehidupan yang akan dijalaninya. Ajarkan bahwa sebelum menentukan keputusan, anak perlu mempertimbangkan pilihannya karena setiap keputusan yang diambil memiliki keuntungan dan risikonya masing-masing.