Mohon tunggu...
Hermawan Diasmanto
Hermawan Diasmanto Mohon Tunggu... Petani - Buruh Tani

Buruh Tani di Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Nduk, Panggil Saya "Abi"

1 Mei 2024   11:50 Diperbarui: 2 Mei 2024   08:33 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya, "abhi" (dalam redaksional lainya ditulis "abi") dari lima anak yang dilahirkan dari seorang perempuan yang saya nikahi. "Abhi" atau "abi" sendiri adalah kosakata Bahasa Arab, yang secara umum dipahami sebagai "ayah" atau "bapak". Dan, buat saya, panggilan itu menjadi unik, yang selanjutnya anak-anak saya biasakan memanggil saya "abi".

Suatu hari, saya diketemukan dengan, sebut saja "Adek", seorang gadis mungil seumuran anak playgroup. Saya masih mengerjakan projek yang jauhnya sekitar 1 jam lebih perjalanan dari rumah orangtua "Adek".

Pada awal ketemu, kenalan, dengan orangtuanya, Adek masih takut dan jaga jarak sama saya. Entah bagaimana, saya lupa prosesnya, kami menjadi dekat dan saya sendiri mulai muncul sayang ke dia. Kelima anak saya, mondok jauh dari tempat saya tinggal. Itu yang menjadikan saya sulit dan jaranglah kami bertemu. Saya kangen mereka. Saya ingin dekat sama anak-anak. Tapi saya gak mampu menjangkaunya.

Balik ke Adek. Sejak kedekatan kami, tiap akhir pekan saya datangi dia, ya cuma buat lepas kangen ke gadis mungil cantik itu. Saya gendong dia. Saya ciumi dia. Saya gandeng dia jalan. Dan, sampai lepas kangen saya.

Pendek cerita, orang tua Adek sepertinya punya kehidupannya sendiri. Dan, saya merasa kehadiran saya mulai mengganggu di keluarga itu. Sehingga, saya putuskan buat menjauh.

Adek panggil saya "abi". Dan, saya memang mau panggilan itu dari dia buat saya. Biar kelak kalo dia punya orangtua, bisa panggil dengan sebutan yang umumnya dipake orang-orang di sekitar tempat tinggal orangtuanya.

Adek, seperti tiga anak perempuan saya, insyaa allaah kelak menjadi bidadari-bidadari surga Allaah ta'aala. Menjaga aurotnya sebagai seorang muslimah, menjaga kehormatan dan berbakti pada orangtuanya, dan saya pun ingin kecipratan cintanya. Minimal, ada doa darinya buat saya.

Jadi, demikian saja. Saya kembali menjalani hari sebagai buruh tani. Dan, di peringatan Hari Buruh ini, saya siapkan naskah pendek ini buat Adek; "Nduk, panggil saya abi ya".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun