Untuk pasar Indonesia saat ini, yang banyak tersedia tipe AT dan CVT. Â Apa bedanya?
Sebetulnya baik AT maupun CVT sama-sama tergolong transmisi otomatis (automatic transmission). Karena perpindahan percepatan untuk kedua tipe matic tersebut sama-sama berlangsung dengan sendirinya, tanpa perlu si pengemudi menggeser-geser tuas dan menginjak pedal kopling setiap kali mau menambah percepatan.
Bedanya pada mobil dengan matic tipe AT saat pergantian percepatan otomatis dari gigi 1st, 2nd, 3rd, 4th, 5th, dst terasa sekali perpindahannya, seperti tampak mengayun. Â Kalau CVT terasa halus seperti tidak ada perpindahan percepatan.
Mengapa bisa begitu? Â Pada transmisi AT gearbox yang menciptakan rasio perpindahan gigi terdiri atas satu set gigi-gigi yang membentuk kesatuan yang disebut sebagai planetary gear set.
Satu set planetary gear terdiri atas satu gigi cincin; satu gigi matahari; umumnya 3 atau 4 pinion dan carrier sebagai pengikat gigi pinion.
Untuk mobil dengan 4, 5 atau 6 Â tingkat percepatan umumnya terdapat dua unit planetary gear set yang bekerja saling mendukung.
Saat mobil berjalan, gigi-gigi pada planetary gear set itu ada yang berfungsi sebagai penggerak (drive), penahan dan yang digerakan (driven) sehingga tercipta rasio gigi maju bertingkat mulai 1st, 2nd, 3rd, 4th, 5th, dst dan rasio gigi mundur (reverse).
Saat perpindahan gigi otomatis, Â ayunan terasa karena perbedaan rasio antar gigi yang signifikan. Â Misalnya rasio gigi 1st adalah 1 : 3,000 dan rasio gigi 2nd adalah 1 : 1,500.
Itu artinya pada saat gigi 1st mesin berputar 3 kali untuk memutar output shaft (gigi akhir) 1 kali putaran. Â Adapun saat gigi 2nd mesin cukup berputar 1,5 kali. Perbedaan inilah yang menimbulkan efek ayunan akibat efek perubahan tenaga mesin. Begitu pula untuk rasio gigi 3rd, 4th, 5th, dst.
Berbeda dengan AT, matic CVT tidak mengenal rasio gigi yang bertingkat itu. Sebagai pengganti gearbox adalah CVT assy (satu set CVT), terdiri atas dua pulley baja yang dihubungkan sabuk baja.
Pulley yang terhubung sabuk baja ini membesar dan mengecil relatif terhadap pasangannya secara terus menerus, menyesuaikan putaran mesin dan laju kendaraan secara harmonis, sehingga menciptakan rasio percepatan yang halus.