Mohon tunggu...
Herman Y.N.L. Kumanireng
Herman Y.N.L. Kumanireng Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Environmentalist, pemerhati soial dan pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Resitensi Budaya Terhadap Modernitas Pembangunan

12 Mei 2024   16:28 Diperbarui: 12 Mei 2024   16:56 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resistensi budaya terhadap modernitas pembangunan adalah fenomena yang kompleks dan menarik yang memunculkan berbagai pertanyaan dan refleksi tentang hubungan antara tradisi dan inovasi, antara nilai-nilai yang dianut secara historis dan kebutuhan akan kemajuan. 

Dalam berbagai komunitas masyarakat, ada kelompok-kelompok yang menolak atau setidaknya meragukan nilai-nilai, teknologi, dan paradigma pembangunan yang didasarkan pada model-model modernitas. Lalu apa saja aspek yang bisa dipertimbangkan dalam melihat fenomena ini.

Salah satu aspek yang menarik dalam resistensi budaya terhadap modernitas pembangunan adalah keberagaman budaya itu sendiri. Setiap masyarakat memiliki warisan budaya yang unik, termasuk sistem nilai, tradisi, dan cara hidup. 

Beberapa dari nilai-nilai ini mungkin bertentangan dengan aspek-aspek dari modernitas pembangunan seperti individualisme, konsumerisme, atau penggunaan teknologi modern. Resistensi terhadap modernitas pembangunan bisa mencerminkan upaya untuk mempertahankan dan melindungi identitas budaya yang khas.

Di banyak negara, pembangunan yang didasarkan pada model-model modernitas sering kali tidak merata dalam manfaatnya. Ada kelompok-kelompok dalam masyarakat yang merasa ditinggalkan atau diabaikan oleh proses pembangunan. 

Resistensi budaya terhadap modernitas pembangunan bisa menjadi hasil dari ketidakpuasan terhadap distribusi kekayaan, akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, atau ketidaksetaraan dalam partisipasi politik. Dalam kasus ini, resistensi tidak hanya tentang keberlanjutan budaya tetapi juga tentang keadilan sosial dan ekonomi.

Modernitas sering kali dikaitkan dengan perubahan sosial yang cepat dan pengenalan nilai-nilai baru yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai tradisional. Beberapa komunitas mungkin khawatir bahwa modernitas akan mengikis dan menghilangkan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Resistensi terhadap modernitas pembangunan bisa mencerminkan upaya untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional seperti solidaritas komunitas, kebersamaan, atau keseimbangan ekologi.

Pengembangan model-model modernitas pembangunan sering kali berdampak pada lingkungan alam dan warisan budaya. Proyek-proyek pembangunan seperti pembangunan infrastruktur, industri, atau pariwisata sering kali menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan alam dan situs-situs bersejarah. 

Kelompok-kelompok yang melakukan resistensi terhadap modernitas pembangunan mungkin melakukannya sebagai upaya untuk melindungi lingkungan alam atau warisan budaya yang penting bagi identitas mereka.

Resistensi terhadap modernitas pembangunan juga bisa muncul dari upaya untuk mencari alternatif-alternatif yang lebih sesuai dengan nilai-nilai lokal dan kebutuhan masyarakat. 

Beberapa kelompok masyarakat mungkin mencoba membangun model-model pembangunan yang lebih berkelanjutan, demokratis, atau berbasis pada kearifan lokal. Resistensi semacam itu bisa menjadi ekspresi dari aspirasi untuk otonomi lokal dan kontrol atas proses pembangunan di tingkat komunitas.

Salah satu tantangan dalam menghadapi resistensi budaya terhadap modernitas pembangunan adalah kesulitan dalam berkomunikasi dan berdialog antara kelompok-kelompok yang memiliki pandangan yang berbeda. 

Terkadang, ketidakpahaman atau stereotip antarbudaya dapat memperkeruh hubungan dan menghambat upaya untuk mencapai kesepahaman atau konsensus. Penting untuk mempromosikan dialog antara berbagai pihak yang terlibat agar dapat mencapai solusi-solusi yang memperhitungkan kepentingan dan nilai-nilai yang beragam.

Dalam menghadapi resistensi budaya terhadap modernitas pembangunan, penting untuk mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan etika dan tanggung jawab. Bagaimana kita menanggapi keberagaman nilai-nilai dan aspirasi yang ada dalam masyarakat? Apakah ada cara untuk mencapai kemajuan dan pembangunan yang berkelanjutan tanpa mengorbankan warisan budaya atau nilai-nilai tradisional? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang rumit dan membutuhkan refleksi mendalam tentang prinsip-prinsip yang mendasari pembangunan berkelanjutan dan inklusif.

Kesimpulan

Resistensi budaya terhadap modernitas pembangunan mencerminkan kompleksitas hubungan antara tradisi dan inovasi, antara keberlanjutan budaya dan pembangunan ekonomi. Fenomena ini melibatkan pertarungan nilai, aspirasi, dan kepentingan yang beragam dalam masyarakat. 

Penting untuk memperlakukan resistensi ini dengan serius dan mempromosikan dialog antara berbagai pihak agar dapat mencapai solusi-solusi yang memperhitungkan keberagaman budaya dan aspirasi pembangunan yang berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun