Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banjir...

17 Januari 2024   13:09 Diperbarui: 17 Januari 2024   13:36 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
httpspixabay.comidphotosprajurit-badai-lego-sepeda-2293057

Sedikit mengantisipasi cuaca yang bisa berubah setiap saat dan menghindari genangan banjir yang diakibatkan hujan lebat yang seakan tercurah tanpa batas, penulis berdua isteri menggunakan taksi online ke arah tempat dimana resepsi pernikahan anak kawan dekat penulis diadakan. 

Bukan suatu kebetulan kalau resepsinya diadakan di sebuah hotel yang terletak di kota Semarang bawah, yang sudah terbiasa menjadi langganan banjir.

Sekalipun hujan yang mengguyur tidak berhari-hari, hanya hitungan jam, tetapi daerah bawah kota Semarang ini selalu harus diwaspadai. Apalagi kendaraan penulis yang sudah berumur tua dan termasuk jenis mobil yang berbodi rendah. 

Sehingga perlu ekstra hati-hati dalam mengendarai saat cuaca tidak menentu seperti ini. Ditambah lagi sudah menggunakan pakaian resmi kondangan. Untuk itulah penulis memutuskan menggunakan taksi online.

httpspixabay.comidphotospria-duduk-tebu-tua-topi-putih-569099
httpspixabay.comidphotospria-duduk-tebu-tua-topi-putih-569099

Menunggu adalah sesuatu hal yang kadangkala membuat hati ini tidak menentu. Ini penulis alami dengan isteri saat menunggu jemputan taksi online yang sudah dipesan seperempat jam sebelumnya. Hujan yang tiba-tiba turun membuat perasaan menjadi galau. 

Satu mobil pesanan tiba-tiba saja membatalkan pesanan tanpa alasan yang jelas. Mobil kedua demikian juga adanya. Baru mobil ketiga yang serius meluncur menjemput penulis dan isteri di tengah terpaan hujan.

Menyusur jalanan dengan hujan lebat membuat sang sopir yang sudah agak tua, berusia sekitar enam puluhan tahun perkiraan penulis, membuat mobil taksi online ini melaju dengan lambat dan penuh kehati-hatian. Sambil mengurangi ketegangan disela-sela kemacetan dan curah hujan, penulis mencoba berkomunikasi dengan sang sopir.

httpswww.pexels.comid-idfotoorang-mengemudi-2061417
httpswww.pexels.comid-idfotoorang-mengemudi-2061417

Sang sopir berkeluh kesah tentang kondisi saat ini yang boleh dikatakan minim dalam hal pendapatan sebagai sopir taksi online. Tidak seperti saat dahulu di awal-awal adanya taksi online. Perbandingannya sangat drastis. 

Seperti hari ini saja, dari pagi dia berangkat dari rumah sampai sesiang ini, baru dapat orderan penumpang satu saja. Dia tidak bisa membayangkan, kalau sampai sore, sesuai batas maksimal sopir ini bekerja, hanya dapat satu orderan penumpang saja.

Ini saja sudah disyukuri, daripada seharian tidak dapat orderan sama sekali, demikian kata pak tua sopir taksi online yang penulis tumpangi beserta isteri ke tempat kondangan. Rejeki memang sudah ada yang mengatur sesuai dengan iman percaya kepada Sang Khalik, lanjutnya. 

Dan ini terbaca oleh penulis dari sikap sang sopir yang sudah berusia lanjut tetapi masih tetapi sehat dan tetap semangat di belakang kemudinya.

 

httpspixabay.comidphotosprajurit-badai-lego-sepeda-2293057
httpspixabay.comidphotosprajurit-badai-lego-sepeda-2293057

Kadangkala memang manusia bersandar pada kekuatannya sendiri dalam menjalani ataupun melakoni kehidupan, khususnya dalam hal pekerjaan untuk mengais rejeki. Baik itu yang halal maupun yang haram. 

Mungkin kalau disurvey secara jujur, tanpa perlu membayar jasa survey sesuai pesanan konsumen, boleh dikatakan mayoritas akan berkata bahwa keberuntungan yang didapat adalah hasil kerja kerasnya sesuai kekuatan, kepandaiannya dan kemampuannya.

Jarang sekali mungkin yang secara sadar berkata, bahwa ini semua karena berkat dari Tuhan. Kehidupan memang keras dan bahkan mungkin ada yang beranggapan kejam. Karena ketika kemudian muncul kalimat sekejam-kejamnya ibu tiri, lebih kejam ibukota. Bisa jadi ungkapan ini benar adanya. 

Mengingat persaingan dalam mencari keberuntungan untuk bisa membawa uang pulang ke rumah, agar dapur tetap mengebul sudah demikian hebatnya.

Bahkan lanjut sang sopir, untuk bisa menggaet konsumen agar bisa menumpang di mobilnya sudah banyak sopir-sopir mobil online yang melakukan kecurangan dengan menggunakan aplikasi pihak ketiga yang bisa menaikkan volume aktifitasnya sehingga bisa gacor. Sebuah istilah di komunitas pengemudi online agar bisa selalu mendapatkan banjir orderan terus menerus tanpa jeda.

Menjadikan pembanding antara usaha keras yang mengandalkan kemampuan dan kekuatan diri sendiri dengan menyandarkan diri kepada kemurahan Tuhan. Seperti sang sopir katakan kemudian. Rejeki itu tidak bakal lari kemana. 

Kalau sudah waktu-NYA, manusia mau bilang apa? Benar juga. Dan ini seperti mengingatkan penulis akan sebuah kalimat bijak. Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.

httpspixabay.comidphotosbanjir-cuaca-hari-hujan-hujan-lebat-965092
httpspixabay.comidphotosbanjir-cuaca-hari-hujan-hujan-lebat-965092

Dan hujan masih saja turun dengan lebatnya hingga penulis dan isteri turun di depan lobbi hotel tempat kondangan berlangsung. Sementara jalanan di depan hotel air sudah mulai naik membanjir di atas mata kaki. Sementara sang sopir berlalu, masih sayup-sayup terdengar syair lagu dari dalam mobilnya. Tak selamanya mendung itu kelabu……  Begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun