Mungkin kita tidak pernah menghitung, seperti halnya juga penulis yang tidak mau susah-susah menghitung berapa banyak kejadian-kejadian yang kita hadapi, yang menyebabkan hati menjadi galau, yang diakibatkan oleh beberapa masalah. Bahkan rasanya juga tidak habis pikir, bagaimana mencari jalan keluar untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapi.
Memang setiap hari ada saja masalah yang terus ada di hadapan kita. Dan itu karena kita masih sebagai sosok manusia yang bernafas. Seandainya saja tidak ada lagi denyut jantung yang teratur pada tubuh, sepertinya sudah bebas dari masalah. Tetapi pada kenyataannya tidak demikian bukan ? Karena mau tidak mau, suka tidak suka, kita tidak bisa lari dari kenyataan.
Seperti halnya apa yang dipikirkan seorang perempuan ketika ada masalah, bisa saja memakan waktu berhari-hari untuk memikirkan dan merenungkannya. Karena biasanya seorang perempuan lebih banyak berkolaborasi dengan perasaan hati. Tetapi apa yang dilakukan seorang pria, adalah cenderung lebih praktis dan efisen. Karena biasanya seorang lelaki lebih banyak bersandar dengan logika.
Seperti halnya seorang kawan penulis yang berasal dari salah satu propinsi di pulau Sumatera. Ketika sedang berbincang tentang perjalanan hidup dengan segala macam ragamnya, dia katakan begini. Ketika sedang ada dalam masalah persoalan, cukup bawa doa kepada Tuhan dan kemudian tidur. Apakah demikian adanya ?
Kalau saja mau mengurutkan tingkat kesusahan yang masing-masing sudah mengalaminya, adakah sesuatu itu bisa menjadikan garis grafik akan naik ? Karena pada dasarnya seperti halnya hukum fisika. Gaya berbanding lurus dengan tekanan. Jadi bisa jadi karena kita kebanyakan gaya, yang membuat hidup ini menjadi banyak tekanan. Dan itu membuat sebuah lingkaran masalah dan kesusahan yang tidak berujung.
Dalam hati penulis membenarkan apa yang dilontarkan kawan tadi. Karena penulis sendiripun pernah mencoba ambil sikap demikian. Karena toh sudah tertulis dan ini perlu diyakini. Sebab itu janganlah kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.
Tetapi pada kenyataannya, ada banyak di luar sana yang mengambil sikap untuk tetap di dalam koridor kesusahan yang berujung kepada kesengsaraan, karena hanya ingin menjadikan hidupnya kaya raya dan bisa di cap sebagai sultan, misalnya. Belum lagi untuk melupakan kemiskinannya dia ambil jalan keluar dengan melanglang buana ke dunia gemerlap yang lebih dikenal dengan dugem. Dan terlarut dengan tenggakan minuman keras ataupun narkoba. Sekedar untuk tidak mengingat lagi  kesusahannya, sekaligus sebagai pelariannya. Ini adalah contoh yang ada di pandangan mata.