Tetapi ada juga yang bilang. Jangan hidup seperti air yang mengalir. Karena rasanya itu adalah cerminan sebuah kepasrahan hidup terhadap kondisi sekeliling. Bisa jadi itu sebuah pembenaran terhadap diri sendiri. Mungkin tanpa sadar pernah dilakukan oleh manusia pada umumnya. Dengan tidak beranjak dari tempat duduknya yang empuk, tetapi di saat yang bersamaan menyalahkan kondisi dan keadaan itu sendiri, Buntutnya ? Seakan kalah sebelum bertanding.
Hidup itu penuh warna bak pelangi yang muncul setelah turun hujan yang memang sudah dibuat dengan tinta Sang Khalik. Apakah saat pelangi tidak muncul, perlu protes kepada Tuhan Sang Pencipta ? Rasanya perlu di reset ulang. Kalau di sejuta langkah yang dijalani hari lepas hari mendadak timbul masalah, sudah semestinya segera diadakan penyesuaian-penyesuaian dalam melangkah, dengan hal yang berbau positip. Memang sudah seyogyanya, hal terpenting dalam menjalani hidup adalah selalu mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa, lewat kejadian-kejadian biasa maupun lewat kejutan-kejutan yang membuat hidup ini terkaget-kaget. Seperti ada tertulis. Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya. Begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H