Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat....

10 November 2023   15:27 Diperbarui: 10 November 2023   15:28 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
httpspixabay.comidvectorskantor-pos-pos-udara-surat-403145

Seperti halnya perjalanan surat itu sendiri, entah digunakan sebagai alat bukti yang sah atau kemudian dibelokkan menjadi menjadi suatu keabsahan, sekalipun orang bisa menilai adanya ketidakbenaran. Sebuah penggalan kisah di dalam Kitab Suci bisa menjadikan mata batin bisa melihat dan telinga rohani bisa mendengar. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu ; Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu : Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang yang lain : Delapan puluh pikul.

Mendadak dahi ini berkerut. saat membaca sepenggal kisah di atas. Menjadi sebuah pertanyaan dalam benak pikiran manusia normal. Surat siapakah yang paling hakiki di hadapan Sang Khalik ? Apakah surat dengan tangan tangan di atas meterai dan dilengkapi dengan stempel basah. Ataukah di sisi lain, orang yang berada dalam tekanan itu merupakan bagian Suratan Takdir di hadapan Tuhan ?

httpspixabay.comidillustrationstangan-kaca-pembesar-bumi-1248053r
httpspixabay.comidillustrationstangan-kaca-pembesar-bumi-1248053r

Menjadikan refleksi diri akan arti sebuah surat. Karena ibaratnya kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Dan tidak bisa tidak, seberapapun sepak terjang kita dalam mengarungi kehidupan dengan tingkah polahnya serta gaya dan aksinya, itulah surat yang terbuka yang bisa dibaca oleh semua orang tanpa perlu memakai kacamata pembesar. Itulah fakta. Begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun