Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyangkal....

27 Oktober 2023   15:55 Diperbarui: 27 Oktober 2023   16:01 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini mungkin untuk kesekian kalinya, penulis diingatkan akan tindakan teledor yang bisa merugikan sekaligus membahayakan. Memang rasanya sebuah hal yang sepele karena itu sudah menjadi tugas rutin setiap malam. Sebelum tidur penulis selalu memeriksa dan mengunci semua pintu-pintu rumah. Dan karena sesuatu hal yang biasa dilakukan, akhirnya penulis merasa terjebak dalam rutinitas.

Seperti tadi malam, di tengah enak-enaknya tidur, penulis dibangunkan isteri yang baru saja habis dari kamar mandi. Dia bilang, pintu depan rumah belum terkunci. Antara sadar dan tidak sadar, penulis mencoba menjawab dengan nada menyangkal. Tadi sudah terkunci koq. Mungkin karena pengaruh faktor usia atau karena sekarang mudah lupa, tanpa sadar seringkali penulis diingatkan oleh isteri kalau sudah melakukan hal yang bisa membahayakan.

httpswww.pexels.comid-idfotokunci-gagang-hitam-pada-lubang-kunci-101808
httpswww.pexels.comid-idfotokunci-gagang-hitam-pada-lubang-kunci-101808

Jadi tadi malam akhirnya terjadi sedikit perdebatan. Karena penulis merasa sudah mengunci pintu rumah. Dan tentu saja mencoba menyangkalnya dengan jumawa. Di lain pihak isteri juga menunjukkan bukti yang ada bahwa pintu rumah memang belum terkunci. Akhirnya demi sebuah kebenaran dan menghentikan perdebatan yang berkepanjangan, penulis akhirnya mengalah untuk diam, dan kembali menarik selimut untuk melanjutkan tidur.

Memang di dalam menjalani kehidupan dengan keseharian yang berjalan silih berganti banyak hal bisa terjadi. Bukan hanya tragedi di dalam rumah tangga, yang membikin banyak penyangkalan.Baik oleh su, isteri bahkan juga anak-anak kita. Sama halnya yang sekarang banyak terjadi di sekeliling kita bukan ? Entah dalam kategori suap menyuap, tindakan korupsi, entah juga dalam ranah nepotisme. Semuanya dengan kompak serempak menyatakan penyangkalannya demi keselamatan masing-masing.

httpspixabay.comidphotoskerja-tim-bersama-sasaran-membuat-3275565
httpspixabay.comidphotoskerja-tim-bersama-sasaran-membuat-3275565

Yang jelas, saat dalam situasi terpojok, kita tentu akan berusaha mencari aman, dengan nada pertama yang kita keluarkan dari lidah bibir kita adalah penyangkalan. Sekalipun dalam lubuk hati yang paling dalam kita menyadari bahwa kita sudah melakukan hal yang tidak benar dan bertentangan dengan nurani kita.

Apakah itu jawaban yang secara otomatis keluar, ketika di perhadapkan dengan dengan fakta dan bukti yang konkrit ? Rasanya tidak juga. Karena bagaimanapun ini ada kaitannya antara hati dan pkiran, ucapan dan tindakan dalam kehidupan umat manusia di hadapan sesama maupun di hadapan Sang Khalik.

httpspixabay.comidphotosalkohol-batang-minuman-7139256
httpspixabay.comidphotosalkohol-batang-minuman-7139256

Seperti iklan yang pernah ada. Apapun makanannya, minumnya selalu teh botol. Menjadi pertanyaan juga kenapa bukan teh kotak, teh sachet atau teh tubruk ? Karena sekali lagi itu adalah jawaban yang bisa mengamankan diri sendiri saat terdesak oleh sebuah kejadian dan masalah yang bikin blunder.

Seperti kisah sebuah peristiwa yang tercatat dalam Kitab Suci. Saat itu ketika dinterogasi oleh beberapa orang, Petrus menyangkal, katanya: Bukan, aku tidak kenal DIA. Penyangkalan dilakukan oleh Petrus, tidak main-main karena tidak cuma satu kali, tetapi sampai tiga kali dia menyangkal keberadaan Yesus. Padahal semua orang tahu, kalau sejatinya Petrus adalah orang yang berada di ring satu dalam kedekatannya dengan Yesus.

Ketika sebuah fakta dan bukti sudah jelas terbukti dihadapan mata dengan pandangan mata telanjangpun sudah jelas, apakah akan tetap bersikukuh dengan nada penyangkalan ? Apakah karena Harta dan Tahta, kita masih berani menyangkal akan arti sebuah kebenaran yang bisa dibeli dengan lembaran rupiah atau dolar ? Kenapa tidak jujur saja dan katakan apa adanya di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan. Seperti kata-kata yang pernah ada. Akuilah DIA dalam segala lakumu, maka IA akan meluruskan jalanmu.  

httpspixabay.comidphotosbulan-jalan-malam-bulan-purnama-2285627
httpspixabay.comidphotosbulan-jalan-malam-bulan-purnama-2285627

Malam menjelang pagi, ketika isteri membangunkan dan mengingatkan kembali, kran air kamar mandi koq tidak dimatikan semalam ? Rasanya mau menyangkal lagi, tetapi mata masih berat untuk dimelekkan. Begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun