Tidak ada angin tidak ada hujan, penulis tiba-tiba serasa dibawa kembali ke masa beberapa tahun yang lalu. Ketika corona baru mulai menjadi awal berita. Penulis sungguh tidak mengira dan tidak membayangkan akibat penyebaran virus corona yang dimulai dari Wuhan di bulan Nopember tahun dua ribu sembilan belas dapat menghempaskan sendi sendi perekonomian negara. Dan penulis juga tidak mengira kalau penyebarannya begitu cepatnya sehingga seluruh belahan negara di dunia terkena dampak dari keganasan virus ini.
Di sela-sela obrolan dengan seorang kawan yang baru saja penulis kenal tadi malam, di tengah rapat kepanitiaan keponakan yang mau menikah di awal bulan Nopember. Bermula dari sebuah obrolan yang bersifat umum, seperti cuaca ekstrim yang mendera, sampai bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden yang baru saja diumumkan. Tidak lebih tidak kurang.
Di tengah keasyikan obrolan, kawan ini tiba-tiba berbelok arah di dalam pembicaraan tanpa memberi aba-aba. Sebuah obrolan yang menjurus ke sebuah tatanan dalam pergaulan di tengah komunitas yang rasanya sudah gayeng. Penulis tidak mengira akan diajak dalam pembicaraan yang makin dalam. Entah karena tampang penulis bisa diajak omong atau memang bisa cepat nyambung dalam pembicaraan. Entahlah.
Tidak menampik kalau di sebuah komunitas atau kumpulan , bisa saja terjadi gesekan dan kesalah pahaman, namanya juga manusia. Tetapi yang kawan ini ceritakan dengan sedikit berapi-api adalah lebih dari itu. Mungkin kawan ini sudah demikian lama menyimpan bara. Sehingga ketika ada kesempatan terbuka, rasanya bisa dapat membuang kekesalan selama ini.
Ceritanya, dalam komunitas kawan ini, yang sudah berlangsung beberapa tahun dan sudah dalam kondisi aman dan tenteram, tiba-tiba masuklah orang baru. Entah juga dapat referensi darimana. Yang jelas orang baru ini diterima di dalam komunitas kawan ini. Berjalannya waktu, baru dirasakan oleh anggota semua komunitas kalau orang baru ini sering berperilaku yang tidak baik.
Dan ini akhirnya menjadi sebuah ganjalan di dalam komunitas ini. Memang, perilakunya bukanlah hal yang kasar atau terlalu jahat atau juga melakukan tindak penipuan. Tetapi perilaku yang mengarah kepada hal-hal yang bisa mencemari kejiwaan, perasaan dan pikiran orang lain. Tanpa disadari oleh seluruh anggota komunitas, perilakunya ini ibarat virus dengan cepat menyebar dan menulari ke anggota yang lain.
Omongan orang baru ini di dalam komunitas yang menjurus tidak mengenal tata krama, pembicaraan yang mengarah ke pornografi, ataupun tindakan lain yang meremehkan harkat dan martabat perempuan seakan bisa terlontar tanpa ada beban. Bahkan berpikir hal itu sudah menyakiti orang lain pun mungkin sudah tidak ada di benaknya. Lebih parahnya lagi, perilaku ini sudah ditiru oleh beberapa orang di komunitas ini.
Memang, seperti ada tertulis, pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Dan itu memang benar adanya. Jadi ketika pada sebuah komunitas atau kumpulan, entah apapun namanya, dimanapun adanya perlu adanya kewaspadaan di tengah hiruk pikuknya pergaulan antar waktu.
Tingkat kejahatan yang makin meninggi, angka perceraian meningkat, angka tawuran makin menjadi di beberapa tempat, bahkan angka bunuh diri yang cenderung naik, Bukankah ini membuktikan adanya virus yang berbahaya di dalam ranah pergaulan antar umat manusia ? Dan itu tidak saja berlaku di kalangan orang dewasa. Pergaulan buruk tanpa disaring justru makin banyak menimpa anak-anak.
Bahkan tentu tidak itu saja. Virus pergaulan ini bisa menerobos tidak peduli apapun jenis kelaminnya maupun strata pendidikannya. Fakta membuktikan ketika beberapa hari ini, Â fragmen kumpul kebo kembali naik daun. Apakah mereka orang yang tidak berpendidikan ? Tidak bukan ? Sempat terlontar dari kata-kata penulis semalam. Mereka semua punya. Apa sih yang tidak mereka punya? Hanya satu mereka tidak punya yaitu malu. Itu saja.
Jadi sudah semestinya kita pasang tameng buat berjaga dari serangan virus yang tidak terdeteksi yang menyebabkan hubungan di dalam keluarga, lingkungan rumah, lingkungan kantor menjadi tidak lagi harmonis. Sekali lagi jadi teringat nasehat di atas. pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sekalipun kita sudah hidup dalam koridor keimanan yang kuat kepada Tuhan Semesta Alam. Begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H