Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kantung....

18 Oktober 2023   12:25 Diperbarui: 18 Oktober 2023   12:27 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
httpspixabay.comidphotospohon-fajar-matahari-pagi-3189339

Pernah merasakan haus yang begitu kuat ketika di tengah terik panas matahari yang membakar seperti hari-hari belakangan ini?  Cukup membayangkan saja, rasanya begitu menyegarkan ketika kemudian seteguk air masuk ke dalam perut melalui mulut kita bukan ? Apalagi membayangkan es campur atau es teller yang bikin memehek-mehek. Dan tidak lama kemudian tubuh rasanya kembali fresh. Padahal itu baru membayangkan.

Kemarin siang penulis sampaikan kepada isteri. Alangkah segarnya kalau siang yang panas ini minum segelas es sagwan. Es jaman dulu yang sungguh sangat tidak bisa terlupakan dari kota Tegal. Jadi membayangkan sejak sekolah dulu, rasanya tidak pernah lupa akan es sagwan yang legendaris itu. Kebayang segelas es yang berwarna merah membara. Apalagi ditambah gorengan tahu atau tempe yang dibungkus tepung yang baru diangkat dari penggorengan sambil dicocol dengan cabe rawit hijau yang pedasnya menggigit.

httpspixabay.comidphotospohon-fajar-matahari-pagi-3189339
httpspixabay.comidphotospohon-fajar-matahari-pagi-3189339

Memang perubahan hidup yang sedang kita jalani hari lepas hari, tak ubahnya seperti pergantian cuaca yang bisa juga berubah-ubah sewaktu-waktu. Lama tidak turun hujan. Tetapi tanpa disangka malam Sabtu kemarin hujan turun dengan lebat selama satu setengah jam di tempat tinggal penulis. Habis itu cuaca panas menyengat kembali sampai siang ini.

Sama halnya dengan aktifitas yang kita jalani sepanjang hari dan berbaur dengan lapisan banyak orang yang membuat tubuh perlu dijaga dengan mengimbanginya dengan pakaian yang berbahan tipis dan mudah menyerap keringat. Kalau perlu pun bisa berganti pakaian dua tiga kali sehari. Juga mandi untuk menyegarkan tubuh. Persis aturan tata tertib minum obat tiga kali sehari.

Tetapi apakah selain tubuh, jiwa dan pikiran yang ada dalam tubuh kita perlu diperbaharui ? Tentu saja. Karena sepanjang hari yang kita lalui pun kita tidak pernah lepas dari masalah , persoalan ataupun problematik yang terkadang membuat kita lepas dalam mengontrol emosi sehingga yang muncul dalam jiwa dan hati kita adalah rasa sedih, kecewa, marah, jengkel sampai tensi naik dan degub jantung menjadi tidak beraturan.

httpswww.pexels.comid-idfotokepala-pancuran-hitam-diaktifkan-161502
httpswww.pexels.comid-idfotokepala-pancuran-hitam-diaktifkan-161502

Kalau saja kita mau itung-itungan berapa banyak kesalahan yang sudah kita buat sepanjang hari, rasanya sebagai manusia beriman di depan Sang Khalik jadi malu hati. Anggap saja kita bikin dosa sehari tiga kali. Berapa banyak kalau setahun ? Bahkan berapa banyak dosa sepanjang usia sampai sekarang ? Jadi kalau saja sehari kita tidak ganti baju dari segala kegiatan kita, apakah tidak menjadi risih dengan  kondisi bau badan kita. Apalagi kalau bisa bertahan tidak mandi selama tiga hari. Bah !

Teringat sebuah nasehat yang sudah terulis lama. Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang, Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru

httpspixabay.comidphotostangan-jari-orang-kulit-kotor-3565766
httpspixabay.comidphotostangan-jari-orang-kulit-kotor-3565766

Inilah yang dimaksudkan Tuhan Yang Maha Kuasa, bagaimana anggur yang baru yang dituangkan ke dalam kantong kulit, kantongnya harus senantiasa baru. Karena kalau saja kantung kulitnya yang digunakan sebagai penampung anggur yang baru itu adalah kantung lama yang tetap dipakai, maka yang terjadi adalah kantung kulit yang tua itu, yang dimaknai adalah diri kita, akan hancur sekalipun sudah merasa aman dalam koridor keimanan kita kepada Tuhan Alam Semesta.

Dengan kata lain, di tengah cuaca ekstrem ini, sekalipun kita sudah mandi tiga kali dalam sehari, tetapi pakaian yang kita pakai adalah pakaian yang sudah kita kenakan sepanjang hari dalam beraktifitas, atau bahkan pakaian yang sudah kita pakai tiga hari lalu. Apakah bau kesegaran tetap ada ? Rasanya tidaklah mungkin. Karena bau lusuh pakaian yang kita pakai  tetap membuat manusia di sekitarnya akan menutup hidung, melengos bahkan berusahan menghindar dari kedekatannya dengan kita.

httpspixabay.comidphotosaku-mohon-pengampunan-anda-1272740
httpspixabay.comidphotosaku-mohon-pengampunan-anda-1272740

Bercermin dengan kehidupan yang sudah terjalani dengan menerapkan introspeksi diri untuk menjalani hari ke depan rasanya menjadikan diri kita waspada agar tidak jatuh ke  dalam lubang yang sama yang menghempaskan diri kita, tanpa mau memohon ampun kepada Sang Khalik dan bertobat dari tingkah lakunya yang jahat kepada Tuhan. Begitu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun