Mengadakan studi banding memang perlu. Tetapi dalam hal apa ? Kalau kemudian terjadi rekayasa pembanding hanya dilakukan untuk kepentingan jati diri pribadi dengan ukuran barometer kekayaan atau jabatan bahkan kekuasaan, apakah itu tidak kebablasan ? Bahkan tolok ukurnya malah bisa lebih jauh lagi ke dalam. Karena akan membuka tabir akan arti sahabat sejati dalam arti yang sesungguhnya, yang tidak mendekat saat ada berkat. Tetapi menjauh saat berduka.
Karena bagaimanapun Tuhan Yang Maha Kuasa tidak membeda-bedakan orang dengan alasan tertentu. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, masihkah kita membeda-bedakan saudara kita, karena alasan,etnis, suku/ras, kekayaan atau karena jabatan ? Karena kata bijak tertulis, sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Tuhan tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan DIA dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-NYA. Tetapi yang terutama kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. Begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H