Mencoba merenung sambil melihat mobil penulis disemprot air dengan tekanan tinggi, padahal di belahan lain, air lagi banyak dibutuhkan warga masyarakat yang kekeringan. Apakah di dalam keluarga tersebut, banyak yang terlibat dalam kondisi kejiwaan si anak kecil tersebut ? Maksudnya apakah peran dari kedua orang tuanya bercampur dengan eyang kakung dan eyang putrinya. Sehingga membuat posisi anak menjadi serba salah ? Bisa jadi. Ataukah mungkin juga si anak kecil ini sering mengalami kekerasan fisik dan pembunuhan karakter untuk memenuhi ambisi rasa displin orang tua maupun eyangnya menurut versinya masing-masing ? Bisa juga.
Perselisihan tajam bisa terjadi dimana saja di setiap keluarga. Seperti halnya yang terjadi pada kisah Esau dan Yakub. Karena saking dendamnya kepada Yakub, terucap kata-kata yang keluar dari mulut Esau, akan membunuh Yakub, setelah lewat hari perkabungan kematian ayahnya. Satu hal yang mengerikan seandainya ini terjadi. Tetapi Tuhan senantiasa merancangkan kebaikan untuk beroleh kedamaian diantara sesama. Apalagi perseteruan dengan saudara kandung sendiri. Dan itu terjadi kemudian.
Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangiskanlah mereka. Sebuah antklimaks dari perseteruan antara Esau dan Yakub. Dan ini semua karena campur tangan Tuhan. Semua bisa terjadi di luar nalar. Bagaimana dendam kesumat bisa berubah menjadi jalinan kasih.
Seperti halnya kejadian di atas. Semestinya perlu di lakukan konferensi meja bundar antara keluarga besar tersebut, untuk dicari biang keladi hingga semuanya bisa terjadi demikian. Tidak perlu ditutup-tutupi dan tidak perlu gengsi. Karena ini menyangkut kejiwaan seorang anak yang masih perlu dibimbing secara jasmani, jiwa dan rohaninya. Tidak peduli apakah si anak tersebut sedang mengalami hiper aktif ataupun si anak hasil psikotestnya menyatakan dia seorang jenius. Disitulah mereka perlu menyadari keberadaan keluarga dan  menyadari kesalahan masing-masing. Perseteruan seyogyanya ditutup dengan kasih. Hidup berdamai itu memang indah.
Di tengah ketidak nalaran, seringkali kita masih perlu belajar akan pentingnya sebuah kedamaian di tengah hiruk pikuknya perseteruan antar sesama. Apapun masalah yang dihadapi. Pertanyaannya apakah kita mau melakukan perdamaian itu sendiri ? Seperti kata bijak. Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam pendamaian dengan semua orang. Semestinya begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H