Rasanya waktu begitu cepat berlalu tanpa kita menyadari sepenuhnya. Rasanya baru bulan kemarin penulis menerima uang pensiun, yang bersyukur bisa digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan rumah tangga, sekalipun bisa ditebak bertahan untuk berapa hari. Sekarang sudah kembali menerima uang pensiun. Dan berjalannya waktu yang demikian cepat dirasakan, tanpa kita sadari, seringkali kita juga diperhadapkan dengan perubahan-perubahan yang demikian cepat yang ada di sekitar kita.
Memang kalau saja kita perhatikan di sekeliling kehidupan kita, banyak perubahan yang terjadi, khususnya perubahan perilaku. Bisa jadi tadinya orang tersebut berperilaku rendah hati, menghormati orang  lain dan juga suka menolong orang lain, tiba tiba saja berubah, menjadi sombong,tinggi hati dan tidak mau peduli. Apa yang menjadi penyebabnya ? Dari sudut pandang yang majemuk membuktikan, ada empat hal yang bisa membuat seseorang berubah menjadi sombong. Yaitu bertambahnya harta, jabatan, ilmu dan ketaatan.
Mencoba melakukan pendekatan dengan cara memposisikan empat hal diatas, seringkali membuat kita terjebak dimana kita berpijak. Apakah dalam koridor kesombongan ataukah kebanggaan. Karena sejujurnya meski pada kenyataannya antara kesombongan dan kebanggan beda-beda tipis, alias sebelas dua belas.
Katanya, sombong adalah sikap dan perilaku seseorang yang memiliki sikap pandang yang ketinggian terhadap dirinya sendiri dan selalu merasa lebih daripada orang lain. Bahkan tidak jarang muncul perilaku yang menunjukkan tindakan dan perasaan yang meremehkan dan merendahkan orang lain dalam berbagai bentuk. Entah itu merasa lebih pintar. Lebih kaya, lebih tampan/cantik. Atau bisa juga merasa lebih berprestasi daripada orang lain.
Bisa juga terjadi ketika seseorang yang sudah dalam kondisi sombong merasa bahwa mereka selalu benar dan selalu merasa bahwa pendapat atau masukan orang lain tidak sepadan dengan pendapatnya. Munculnya sikap yang demikian bisa berdampak tidak disukai orang lain karena, tentu saja dapat menimbulkan perasaan yang tidak nyaman sekaligus memunculkan rasa perseteruan di dalam interaksi sosial.
Lalu bagaimana dengan kebanggaan atau rasa bangga? Dari kacamata kebanyakan orang, bisa dikatakan bangga adalah perasaan atas kepuasan yang didapat ketika seseorang merasa sangat puas dengan pencapaian atas prestasi tertentu, baik secara individual maupun secara berkelompok. Tidak berlebihan memang, perasaan senang dan kepuasan yang muncul ketika seseorang telah melakukan sesuatu yang memiliki nilai yang sangat berarti.
Dan tentu saja rasa bangga juga dapat mengacu pada rasa identitas bahkan penghargaan terhadap sesuatu yang bisa berhubungan dengan prestasi seseorang, keluarga, kelompok, komunitas dan juga dengan budaya. Sebagai contoh, ketika seseorang bisa mencapai dan mengatasi tantangan yang sulit, timbul kebanggan pada diri sendiri. Atau , saat salah satu anggota keluarganya bisa lulus cumlaude atau sukses dalam karirnya. Ini bisa menjadi kebanggan keluarga.
Bisa juga merasa bangga dengan warisan budayanya, bahasa atau tradisi mereka sehingga timbul rasa terhubung dengan identitas tersebut. Bisa juga kebanggaan muncul ketika kontribusi yang dilakukannya dalam sebuah komunitas menjadi positif, entah dalam pelayanan ataupu melalui aksi amal. Dan banyak contoh lain.