Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kecurangan....

9 Juni 2023   15:55 Diperbarui: 9 Juni 2023   16:00 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendeteksi ketidak wajaran dalam putaran mesin kendaraan yang sudah biasa kita tunggangi, rasanya tidak setepat teknisi bengkel yang sudah setiap harinya bergelut dengan raungan mesin. Ada saja yang membuat sesuatu tidak dianggap pas. Baik pengamatan dari getaran maupun dari pendengaran akan putaran mesin.

Menjelang sore penulis coba cek lagi keberadaan mobil yang sudah rapi dengan cylinder head yang baru terpasang. Uji coba radiator yang sudah mengalir konstan dan tidak ada lagi muncul gelembung-gelembung udara yang menandakan ada kebocoran di cylinder headnya maupun di mesinnya.

Berdua dengan si bos bengkel, test drive dimulai dari bengkel dan menyusur melalui gerbang tol Banyumanik hingga keluar di gerbang tol Ungaran. Tidak terlalu jauh memang, tetapi cukup rasanya buat test drive. Karena melewati jalan tol dengan tikungan, tanjakan dan turunan. Melalui rest area Ungaran, dari lawan arah terlihat sebuah mobil towing yang mengangkut sebuah mobil minibus.

pexels-amit-suri-9575773
pexels-amit-suri-9575773

Setelah dirasa cukup mencoba mobil yang beberapa  hari dirawat,  kami berdua kembali ke bengkel dengan perasaan lega. Tinggal memikirkan berapa biaya yang harus kami keluarkan. Karena sepanjang perawatan harus turun mesin. Dan tentu saja tidak menggunakan fasilitas BPJS. Apalagi situasi bengkelpun tidak senyaman rumah sakit berkelas.

Tidak disangka kami berdua, ternyata mobil towing yang tadi berpapasan di jalan tol, sedang menurunkan minibus dengan empat penumpangnya. Suami isteri dengan dua orang anaknya yang masih kecil-kecil.  Satu anak yang masih di gendongan ibunya dan seorang lagi perkiaraan berusia tiga tahun. Mendadak ada perasaan ingin tahu kenapa bisa ikutan karnaval seperti yang penulis alami dengan menumpang towing.

httpspixabay.comidphotostangan-persahabatan-teman-teman-2847508
httpspixabay.comidphotostangan-persahabatan-teman-teman-2847508

Tenyata mereka berempat dari Jakarta dengan tujuan Kediri, karena diberi kabar, kalau orang tua si ibu ini meninggal dunia. Sebuah perjalanan jauh dengan minibus yang kayaknya layak hanya untuk seputaran kota-kota saja. Tetapi tentu saja karena berita duka, mereka segera bergegas berangkat tanpa pikir panjang lagi. Sebuah hal yang bisa dimaklumi.

Perjalanan Jakarta-Kediri yang diperkirakan normal, ternyata hanya sampai kota Madiun saja. Karena mendadak mobilnya overheat dan mati. Dengan terpaksa mobil dibongkar di sebuah bengkel dan mereka berempat melanjutkan perjalanan ke Kediri dengan angkutan yang ada. Dan bisa dibayangkan, ternyata sesampai di Kediri jenasah orang tuanya sudah dimakamkan.

Cerita masih berlanjut. Ketika mereka kembali dari Kediri untuk mengambil mobil yang dirawat, mereka dikejutkan dengan tagihan bengkel yang boleh dikatakan amat sangat mahal. Saking meradangnya, si bapak mengeluarkan nota-nota tagihan bengkel, yang totalnya mendekati angka enam juta lima ratus rupiah. Lebih mengagetkan lagi, di dalam tumpukan nota ada tagihan minum teh sebersar dua ratus ribu rupiah.

httpspixabay.comidphotosgas-biaya-pemanasan-meteran-gas-7311286
httpspixabay.comidphotosgas-biaya-pemanasan-meteran-gas-7311286

Kawan kami, si bos bengkel sampai rasanya mendadak jadi larut dalam emosi, menyaksikan ketidak wajaran biaya perbaikan mobil minibus di kota Madiun tersebut. Dia sampai katakan, ini kecurangan dan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Karena dari perhitungannya, untuk turun mesin sekelas mobil minibus hanya berkisar sekitar tiga sampai empat juta saja.

httpspixabay.comidphotosberjalan-kaki-kerikil-jalur-sepatu-349991
httpspixabay.comidphotosberjalan-kaki-kerikil-jalur-sepatu-349991

Terlihat di sudut mata si ibu ada tetesan air mata yang terbendung. Bagaimana tidak. Sedang dalam kondisi berduka karena orang tua meninggal, masih saja ada orang yang tega berbuat curang untuk kepentingan pribadinya. Belum lagi mereka berdua harus berpikir untuk mengeluarkan biaya lagi di  bengkel Semarang. Bahkan saat itu mereka berdua untuk memutuskan segera pulang ke Jakarta dengan menggunakan bus malam. Karena mereka tidak mau berspekulasi menginap di hotel di Semarang, menunggu sampai mobilnya selesai dikerjakan.

Sebuah sermin sepertinya mendadak ada di hadapan penulis. Seandainya penulis yang mengalami seperti itu bagaimana ? Apakah setiap penunggang mobil selalu tersedia uang tunai ataukah ada dana cadangan, seperti yang hari Minggu kemarin penulis dan isteri alami. Matahari terus meredup mengakhiri perjalanan sepanjang siang ini.

httpspixabay.comidphotosbiji-menabur-kebun-biji-selada-1302793
httpspixabay.comidphotosbiji-menabur-kebun-biji-selada-1302793

Dan penulis sambil duduk termangu menyaksikan mereka berempat bersiap kembali ke Jakarta, terselip sebuah ingatan, orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa. Dan sebuah pertanyaanpun muncul. Akankah orang yang memiliki dasar keimanan kepada Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta, masih tega melakukan kecurangan terhadap sesama ? Sebuah episode tergambar jelas pada hari ini. Begitu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun