Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penampilan...

12 Mei 2023   11:45 Diperbarui: 12 Mei 2023   11:47 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-cottonbro-studio-4553182

Memang banyak kejadian di sekitar kita yang seringkali membuat jidat berkerut atau malah membuat tersenyum malu. Awal bulan ini kami berdua berbelanja kebutuhan bulanan di salah satu supermarket di Semarang. Seperti biasa jam-jam orang pensiunan berbelanja di sekitaran jam sepuluh pagi bersamaan dengan hari kerja. Seingga tidak terlalu banyak orang berjubel yang berbelanja kebutuhan bulanan.

Sesaat tiba di kasir untuk membayar semua belanjaan, kasir yang berjenis perempuan tiba-tiba bertanya, ada kartu member ? Belum sempat penulis jawab, sang kasir yang memang sudah terlatih, sudah nyerocos, kalau ada member bisa dapat potongan harga dan juga dapat kupon undian yang hadiah utamanya sebuah mobil. Bisa kami uruskan kartu member nya sekarang juga.

httpspixabay.comidphotosusaha-belanja-belanja-pembelian-4536066
httpspixabay.comidphotosusaha-belanja-belanja-pembelian-4536066

Saya hanya bilang, maaf mbak saya tidak punya kartu member, karena saya pensiunan. Sang kasir sejenak menatap mata penulis. Sebelum dia meluncurkan kembali kalimat rayuan bak rentetan tembakan,penulis ganti bertanya sama sang kasir. Kalau sekarang saya beli saja kupon undiannya, apa saya bisa belanja gratis seumur hidup ? Sambil mulai tersenyum kecut sang kasir memulai aktifitasnya. Lalu apakah saya salah ?

  

Hidup itu memang penuh warna. Seringkali dalam keseharian, kita diperhadapkan dengan syarat dan ketentuan berlaku yang membuat kita hidup dengan gaya beda, dengan bintang kecil di pojok kiri atas, yang biasanya muncul di iklan-iklan. Dan bisa jadi kalau kita tidak siap siaga, kita akan terlarut dengan gaya hidup yang bertolak belakang dengan hidup kita sebenarnya.

pexels-shrey-chapra-2041707
pexels-shrey-chapra-2041707

Saat kami tinggal di Balikpapan sekitar tahun sembilan puluhan, kami pernah bertetangga dengan keluarga Menado. Kami seringkali mengobrol, sehingga hubungan kami bisa dikatakan dekat juga tidak, jauh juga tidak. Jadi yang sedang-sedang saja. Dalam hidup kesehariannya boleh dikatakan keluarga ini amat sangat sederhana. Tetapi saat mereka  keluar rumah, tampilan dan pembicaraannya bisa berbalik seratus delapan puluh derajat.

Bukan bermaksud menyudutkan saudara kami dari Menado. Tetapi karena dari obrolan dengan tetangga kami itu, dia katakan, orang Menado itu punya joke kalimat. Lebih baik kalah nasi, daripada kalah aksi. Tadinya penulis tidak mengerti maksud kalimat itu. Tetapi setelah pengamatan sekian hari, akhirnya kami baru tahu maksud kalimat tersebut. Ketika penulis kembali bersua dengan tetangga orang Menado ini, dan katakan artinya, sambil tertawa dia katakan, ya itulah .

Ipexels-pixabay-413960
Ipexels-pixabay-413960

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun