Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesetiaan....

11 Mei 2023   11:45 Diperbarui: 11 Mei 2023   11:46 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
httpspixabay.comidphotoswanita-jendela-pembersihan-orang-5928694

Beberapa orang tetangga dan saudara-saudara dekat seringkali bertanya kepada kami berdua. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumah bisa awet dan betah kerjanya, rahasia nya apa ? Memang tanpa kami berdua sadari, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah, sudah bekerja sejak rumah lama selesai dibangun, sekitar tahu  dua ribu enam silam. Dan sampai sekarang, setelah kami pindah rumah yang saat ini kami tempati juga masih ikut dengan kami. Jadi udah sweet seventeen.

Seperti halnya, di keluarga mertua penulis. Sejak anak-anaknya masih kecil-kecil, ada dua orang asisten rumah tangga yaitu kebetulan adalah seorang ibu dan anaknya. Kesetiaan terhadap keluarga mertua dan pekerjaannya ditunjukkan oleh keduanya. Jadi sejak penulis mulai pacaran sampai anak-anak kami lahir. Keduanya masih ikut dengan mertua. Bisa dihitung dengan kalkulator manual.

httpspixabay.comidphotoswanita-jendela-pembersihan-orang-5928694
httpspixabay.comidphotoswanita-jendela-pembersihan-orang-5928694

Bahkan anaknya (sebut saja mbak S), yang walaupun ibunya sudah meninggal, tetapi dia tetap ikut di keluarga adik isteri. Memang, sejak adik isteri masih kecil, mbak S inilah yang mengasuh. Kesetiaannya berlanjut sampai adik isteri ini pindah ke Jakarta, bahkan sampai beberapa bulan setelah adik ini meninggal, mbak S tetap bertahan di Jakarta untuk mengurus rumah. Sebuah kesetiaan yang patut diacungi jempol yang mungkin susah dicari tandingannya pada era sekarang.

Parameternya mungkin berbeda, ketika sebuah nilai kesetiaan diberlakukan dengan perkembangan jaman yang demikian cepat berubah dan serba instan. Bukan bermaksud menghakimi, tetapi pada kenyataan ada beberapa fakta sebagai pembanding. Sebagai contoh, kawan kami yang memiliki asisten rumah tangga, ada yang hanya bertahan tiga bulan. Kemudian keluar begitu saja tanpa ada kabar selanjutnya. Bahkan saudara penulis sendiri ada yang pernah memiliki asisten rumah tangga hanya berumur seminggu.

httpspixabay.comidphotoskegagalan-gagal-jari-penunjuk-3096225
httpspixabay.comidphotoskegagalan-gagal-jari-penunjuk-3096225

Jadi apakah peradaban sudah mulai menggeser arti sebuah kesetiaan ? Bisa ya bisa juga tidak. Karena sampai sejauh mana kita berani mengaplikasikan arti kesetiaan itu sendiri. Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya, lebih baik orang miskin daripada seorang pembohong. Sebuah kalimat yang bisa menjadi sandaran dalam melangkah.

Mungkin ada yang berpikir dan menggambarkan sebuah bentuk kesetiaan yang bagaimana. Karena sekilas sepertinya menjadi pisau bermata dua. Saat kita sebagai pribadi tidak bisa memanusiakan atas manusia (orang jawa bilang nguwongke) dalam mengaplikasikan sebuah arti kesetiaan, maka bisa terjadi sebuah prahara. Sebaliknya, saat apa yang dilakukannya tidak sesuai dengan ekspektasinya, terjadilah durjana yang membuat semuanya merana.

httpspixabay.comidphotossenjata-pisau-pedang-belati-1729902
httpspixabay.comidphotossenjata-pisau-pedang-belati-1729902

Membungkus rapi sebuah kesetiaan sejatinya mutlak diberlakukan kepada siapa saja. Termasuk kepada pasangan hidup kita sendiri. Bahkan arti sebuah kesetiaan bisa diremehkan dan dilecehkan sehingga berubah menjadi angkara, saat sebuah tampuk kekuasaan sedang diraih, karir lagi di atas, keuangan bukan lagi menjadi masalah dan merasa dirinya di atas segalanya, sehingga menganggap orang lain bukanlah siapa-siapa, termasuk kepada pasangan hidupnya. Benar begitu ?

Bulan Pebruari kemarin penulis mengucap syukur bisa menapaki usia perkawinan yang ke tiga puluh delapan tahun. Ditambah masa pacaran lima tahun. Total dihitung empat puluh tiga tahun dalam kebersamaan dalam suka dan duka. Apakah ini sebuah nilai raport tentang mata pelajaran kesetiaan terhadap pasangan hidup yang sudah Tuhan berikan ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun