Sedikit melayangkan waktu ke tahun dua ribu dua puluh satu di suatu saat. Ketika membaca dari Regional.kompas.com yang terbit tanggal 28 Oktober 2021 dengan judul 7 Tahun Kabur, Buronan Korupsi Tol Semarang-Solo Ditangkap Saat Pulang ke Rumah. Sungguh, penulis terkaget-kaget dan merasa iba. Karena buronan yang dimaksud, adalah teman penulis saat masih aktif bertugas di pembebasan lahan jalan tol.
Bisa merasakan kenyataan yang harus dia hadapi. Dua persoalan besar yang harus dia pertanggung jawabkan, Â karena dia melakukan seperti sepasang kaki yang dimilikinya. Hanya karena bermain api untuk bisa menikmati kekayaan duniawi sesaat, begitu mahal harga yang harus dia bayar. Ibarat karena nila setitik rusak susu sebelanga. Itu nilanya baru setitik. Apalagi kalau nila nya seekor !
Apa yang kawan ini alami saat-saat bertugas, bisa jadi siapapun pernah mengalami juga. Tawaran dan janji dari pihak ketiga yang begitu menggiurkan dan mempesona, bisa membuat iman seseorang goyah. Penulis sendiri bahkan pernah ditawari sebuah mobil keluaran terbaru dan uang bulanan puluhan juta untuk sebuah persekongkolan. Tetapi semua itu penulis tolak. Sempat dibodoh-bodohkan oleh kawan sejawat. Kapan lagi ada kesempatan bisa kaya, katanya. Wah.. Â
Bukan merasa sok suci ataupun merasa kuat dalam iman. Tetapi saat itu yang ada di benak pikiran secara logika, mengingatkan akan sebuah pepatah siapa menabur angin akan menuai badai. Terpikir saat itu, kalau gratifikasi itu diterima, apakah sepadan dengan apa yang bakal penulis terima di kemudian hari ? Belum lagi pertaruhan nama di mata keluarga besar, tetangga maupun kawan sejawat.
Memang, ada yang tertulis, dan ini bisa menjadi pegangan. Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh. Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan terhadap kita terhadap dia.Â
Dengan kata lain, ketika uang panas sudah diterima dari si pemberi dan kemudian menguasai hidup kita, maka kita menjadi seseorang yang tidak berdaya. Bahkan untuk berkata tidak ataupun menolak ajakan ke hal-hal yang tidak benar bahkan menjerumuskanpun kepada si pemberi adalah sesuatu yang berat. Betul ?
Bagi semua orang, apalagi yang sudah kuat dalam imannya kepada Sang Khalik, apa yang kita hadapi sehari-hari dengan serangan bertubi-tubi berkaitan dengan  nilai jual iman, adalah suatu pertaruhan besar.Â
Apapun, yang menyangkut harta, tahta dan wanita, yang sudah disediakan di atas nampan kejahatan. Kembali ke lorong keimanan. Tetapi Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu aku orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan !