Sedikit menoleh kebelakang lewat bacaan sebuah peristiwa di Kitab Suci. Seperti halnya yang dialami oleh Nabi Musa dan Harun. Karena salah penangkapan dalam menerima perintah Tuhan, yang diakibatkan oleh tekanan dan gerutuan umat manusia selama eksodus berlangsung yang tiada henti, mengakibatkan keduanya tidak diperkenankan masuk Tanah Perjanjian. Hanya karena persoalan air yang sukar didapat membuat semua bertindak irasional.
Dikatakan, ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlahlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya.
Perintah Tuhan sebetulnya jelas. Tetapi karena pengaruh tekanan dan emosional membuat Musa salah tangkap dalam menerima perintah Tuhan. Apa yang kemudian dilakukannya ? Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.
Sebuah kesalahan fatal dalam hal menangkap inti komunikasi membuat Tuhan murka. Yang Tuhan mau, Musa cukup berkata kepada bukit batu, bukan memukulnya, apalagi memukul sampai dua kali. Akibatnya ? Sebuah harga yang harus dibayar mahal.
Bisa jadi ketika kita berbicara dengan suami, isteri atau dengan anak-anak, bahkan dengan berbicara dengan orang tua, lingkungan kerja atau lingkungan sekitar sering tidak jelas atau susah ditangkap. Disinilah perlu adanya konfirmasi ulang atau peneguhan agar tidak terjadi kesalah pahaman, yang bisa merusak tatanan kehidupan yang sudah mapan. Apalagi saat kita menaikkan doa-doa kepada Sang Khalik. Jangan sampai kita salah melangkah dalam lorong keimanan yang sudah kita pegang dan juga salah dalam melakukan apa yang dikehendaki Tuhan dalam perjalanan hidup kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H