Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peneguhan....

5 Mei 2023   11:00 Diperbarui: 5 Mei 2023   11:01 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit menoleh kebelakang lewat bacaan sebuah peristiwa di Kitab Suci. Seperti halnya yang dialami oleh Nabi Musa dan Harun. Karena salah penangkapan dalam menerima perintah Tuhan, yang diakibatkan oleh tekanan dan gerutuan umat manusia selama eksodus berlangsung yang tiada henti, mengakibatkan keduanya tidak diperkenankan masuk Tanah Perjanjian. Hanya karena persoalan air yang sukar didapat membuat semua bertindak irasional.

Dikatakan, ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlahlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya.

httpspixabay.comidphotostangan-air-mencuci-warna-sumber-4903050
httpspixabay.comidphotostangan-air-mencuci-warna-sumber-4903050

Perintah Tuhan sebetulnya jelas. Tetapi karena pengaruh tekanan dan emosional membuat Musa salah tangkap dalam menerima perintah Tuhan. Apa yang kemudian dilakukannya ? Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.

Sebuah kesalahan fatal dalam hal menangkap inti komunikasi membuat Tuhan murka. Yang Tuhan mau, Musa cukup berkata kepada bukit batu, bukan memukulnya, apalagi memukul sampai dua kali. Akibatnya ? Sebuah harga yang harus dibayar mahal.

pexels-pixabay-272802
pexels-pixabay-272802

Bisa jadi ketika kita berbicara dengan suami, isteri atau dengan anak-anak, bahkan dengan berbicara dengan orang tua, lingkungan kerja atau lingkungan sekitar sering tidak jelas atau susah ditangkap. Disinilah perlu adanya konfirmasi ulang atau peneguhan agar tidak terjadi kesalah pahaman, yang bisa merusak tatanan kehidupan yang sudah mapan. Apalagi saat kita menaikkan doa-doa kepada Sang Khalik. Jangan sampai kita salah melangkah dalam lorong keimanan yang sudah kita pegang dan juga salah dalam melakukan apa yang dikehendaki Tuhan dalam perjalanan hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun