Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Membias....

2 Mei 2023   13:15 Diperbarui: 2 Mei 2023   13:18 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-大其-王-13558772

Sebuah pertanyaan muncul ketika penulis diperhadapkan dengan situasi yang tidak berkenan akibat aturan-aturan yang sudah dibuat untuk melindungi keberadaan sosok manusia yang sedang beraktifitas dengan segala remeh temehnya. Karena sejujurnya pertanyaan ini bisa jadi berkembang dan membias. Apakah benar kita ini mempunyai karakter bawaan yang selalu ingin tahu atau dibilang kepo dan senang sekali melanggar aturan ?

Seperti halnya anak tetangga di rumah lama kami tinggal. Saat itu anaknya yang baru saja duduk di Sekolah Menengah Pertama minta dibelikan sepeda motor untuk aktifitasnya. Dan karena sayangnya orang tua terhadap anak semaya wayangnya, dibelikanlah sebuah sepeda motor keluaran terbaru. Sempat penulis tanyakan, apakah anakmu sudah punya SIM  C ? Dan kawan ini menjawab belum, karena belum termasuk batasan usia.

httpspixabay.comidillustrationsrambu-lalu-lintas-tanda-lalu-lintas-6648
httpspixabay.comidillustrationsrambu-lalu-lintas-tanda-lalu-lintas-6648

Ketika beberapa hari kemudian ada operasi gabungan, anak kawan ini termasuk yang kena tilang. Yang ada di benak penulis, ini termasuk kategori pelanggaran ataukah hanya sekedar menguji diri akan sebuah peraturan ? Bisa jadi si anak sudah tahu akan peraturan dalam mengemudi sepeda motor di jalan raya. Tetapi bisa jadi pura-pura tidak tahu, atau tidak mau tahu atau malah sok tahu akan dampak dari sebuah peraturan. Kalau ini yang ada di benak anak kawan ini, alangkah keponya dia.

Begitu juga menurut pandangan penulis, dan ini mohon maaf, bukan bermaksud menyudutkan. Tetapi apa yang tertulis di bungkus rokok dan dapat dibaca dengan jelas, sudah mengungkapkan peringatan yang sangat-sangat penting kepada setiap orang. Coba perhatikan tulisan di bungkus rokok bagian bawah depan ada tertulis –Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin- .

Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa masih banyak juga orang yang membeli dan menghisap rokok ? Apakah karena buta huruf, gagal paham ataukah karena kebiasaan yang mendarah daging yang tidak bisa dilepaskan, ataukah juga karena meluputkan diri akan sebuah peringatan dini ? Atau bisa jadi berpikir, agar pabrik rokok tidak tutup dan tidak mem PHK karyawannya secara besar-besaran ?

pexels-pixabay-70088
pexels-pixabay-70088

Seorang kawan pernah penulis tanyakan secara langsung, kenapa sekarang sudah tidak terlihat merokok lagi. Padahal sejak usia muda dia sudah berkecimpung dalam hal rokok merokok. Dan jawaban yang keluar dari mulutnya sungguh mengagetkan, dan keluar dari konteks yang biasanya diperdebatkan.

Kawan ini bercerita. Suatu kali saat dia mau menyalakan rokoknya, tiba-tiba dari lubuk hatinya yang paling dalam meluncur sebuah kalimat tanya. Apakah sepanjang usiamu sampai saat ini, hidupmu harus kalah dengan sebatang rokok, yang notabene benda mati yang tidak memiliki akal dan jiwa ? Apakah dengan tinggi badanmu yang berukuran seratus tujuh puluh sentimeter, harus kalah dengan sebatang rokok yang hanya berukuran kurang lebih lima sentimeter ? Dengan jujur kawan ini katakan, sejak hari itu saya berhenti merokok.  

pexels-大其-王-13558772
pexels-大其-王-13558772

Kadangkala memang, dalam perjalanan berkehidupan kebangsaan yang bebas ternyata masih ada perilaku yang berkebalikan. Karena pada kenyataannya, mereka hidup seperti bungkus rokok di atas. Mereka mengerti tetapi tetap menjalani sesuatu hal yang salah dan membahayakan hidup mereka sendiri.

Di satu sisi, sebagai contoh, dalam lingkup kecil, penulis selaku suami dan bapak dari anak-anak kami, tingkah lakunya tentunya menjadi perhatian dan acuan bagi mereka. Keberadaan status penulis sebagai kepala rumah tangga, artinya, penulis ini pemimpin dalam ruang lingkup yang kecil.  Dan semua sepak terjang penulis tentu menjadi sorotan semua anggota keluarga.

Ringkasnya, ketika suatu saat penulis melakukan suatu kesalahan di hadapan keluarga, contoh yang mudah saja, menjadi penjudi, peminum, perokok atau suka main perempuan. Kemudian ketika anak-anak  melakukan hal yang sama, dan penulis menegurnya, jangan kaget kalau kemudian anak-anak akan menjawab,  Lho papa saja merokok, minum-minum dan main judi, kenapa saya dilarang ?

Seperti kalimat, tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. Maksudnya bagaimana ? Ketika kita salah melangkah dalam arti kebebasan, dengan cara melanggar rambu-rambu larangan dan aturan, maka apa yang kita lakukan bisa menjadi batu sandungan buat yang lain.

httpspixabay.comidillustrationsotak-kepala-memikirkan-5655736
httpspixabay.comidillustrationsotak-kepala-memikirkan-5655736

Ketika Sang khalik menciptakan kita sebagai laki-laki, untuk menjadi pemimpin, khususnya di dalam keluarga, maka Tuhan Yang Maha Kuasa sudah memberikan tanggung jawab yang besar kepada kita kaum pria untuk tidak berlaku sebagai daging persembahan berhala. Tetapi lebih dari itu.

Begitu juga sebaliknya, Tuhan menciptakan kaum wanita untuk menjadi pendamping suaminya, agar jangan memasak daging persembahan berhala. Karena sekecil apapun tindakan kita, bisa berpengaruh kepada lingkungan di sekitarnya. Apakah mau tetap hidup untuk memuliakan diri sendiri, ataukah hidup untuk memuliakan nama Tuhan dalam koridor keimanan yang kita pegang ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun