Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Membias....

2 Mei 2023   13:15 Diperbarui: 2 Mei 2023   13:18 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
httpspixabay.comidillustrationsotak-kepala-memikirkan-5655736

Kadangkala memang, dalam perjalanan berkehidupan kebangsaan yang bebas ternyata masih ada perilaku yang berkebalikan. Karena pada kenyataannya, mereka hidup seperti bungkus rokok di atas. Mereka mengerti tetapi tetap menjalani sesuatu hal yang salah dan membahayakan hidup mereka sendiri.

Di satu sisi, sebagai contoh, dalam lingkup kecil, penulis selaku suami dan bapak dari anak-anak kami, tingkah lakunya tentunya menjadi perhatian dan acuan bagi mereka. Keberadaan status penulis sebagai kepala rumah tangga, artinya, penulis ini pemimpin dalam ruang lingkup yang kecil.  Dan semua sepak terjang penulis tentu menjadi sorotan semua anggota keluarga.

Ringkasnya, ketika suatu saat penulis melakukan suatu kesalahan di hadapan keluarga, contoh yang mudah saja, menjadi penjudi, peminum, perokok atau suka main perempuan. Kemudian ketika anak-anak  melakukan hal yang sama, dan penulis menegurnya, jangan kaget kalau kemudian anak-anak akan menjawab,  Lho papa saja merokok, minum-minum dan main judi, kenapa saya dilarang ?

Seperti kalimat, tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. Maksudnya bagaimana ? Ketika kita salah melangkah dalam arti kebebasan, dengan cara melanggar rambu-rambu larangan dan aturan, maka apa yang kita lakukan bisa menjadi batu sandungan buat yang lain.

httpspixabay.comidillustrationsotak-kepala-memikirkan-5655736
httpspixabay.comidillustrationsotak-kepala-memikirkan-5655736

Ketika Sang khalik menciptakan kita sebagai laki-laki, untuk menjadi pemimpin, khususnya di dalam keluarga, maka Tuhan Yang Maha Kuasa sudah memberikan tanggung jawab yang besar kepada kita kaum pria untuk tidak berlaku sebagai daging persembahan berhala. Tetapi lebih dari itu.

Begitu juga sebaliknya, Tuhan menciptakan kaum wanita untuk menjadi pendamping suaminya, agar jangan memasak daging persembahan berhala. Karena sekecil apapun tindakan kita, bisa berpengaruh kepada lingkungan di sekitarnya. Apakah mau tetap hidup untuk memuliakan diri sendiri, ataukah hidup untuk memuliakan nama Tuhan dalam koridor keimanan yang kita pegang ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun