Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesabaran....

27 April 2023   10:30 Diperbarui: 27 April 2023   10:31 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-sebastian-sørensen-750225

Teringat waktu jaman sekolah dulu, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai bangku kuliah. Apa yang paling ditakuti ? Tidak lain saat-saat menghadapi test hasil belajar yang dikenal dahulu sebagai THB, atau test tengah semester, test semester, test akhir tahun sampai ujian akhir. Segala macam cara dan metoda dilakukan untuk menyongsongnya.

Ada yang benar-benar mempersiapkan diri dengan materi ujian yang bakalan dihadapi. Ada juga yang modelnya belajar wayangan (belajar semalam suntuk tidak tidur). Ada yang atur contekan mau ditempel dimana. Ada yang mengadakan pendekatan dengan teman yang bakalan duduk di sebelahnya. Ada juga yang doa puasa. Rasanya untuk menghadapi ujian, sepertinya nafas kita jadi pendek.

pexels-karolina-grabowska-6958532
pexels-karolina-grabowska-6958532

Materi ujian menjadi berbeda saat kita sudah mulai masuk dalam rumah tangga. Ujiannya seperti setiap saat dan kita selalu diperhadapkan dengan hal-hal baru yang rasanya tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Konon katanya di usia perkawinan mulai awal sampai tahun kelima penuh dengan ujian. Apa betul ?

Mungkin pernah dialami oleh sebagian orang yang sudah berumah tangga. Dimana ada suatu waktu pernah mengalami sesuatu yang boleh dikatakan sebagai ujian kesabaran karena hal-hal yang tidak terduga muncul secara berurutan. Sebagian mungkin yang mengalaminya akan berkata, hari ini koq apes banget ya ?

Seperti yang pernah penulis alami beberapa waktu yang lalu. Bangun tidur kesiangan dan tergagap-gagap karena alarm lupa dinyalakan. Isteri juga bangun kesiangan karena semalam kami berdua menonton film di televisi sampai larut malam. Langsung ke kamar mandi maksud hati mau mandi, ternyata bak kamar mandi kosong karena air artesis mati. Isteri mau bikin sarapan dan siapin teh, mendadak lemes, karena gasnya habis. Sabar...

httpspixabay.comidphotoskeran-dinding-ag%c3%bcera-air-retakan-434555
httpspixabay.comidphotoskeran-dinding-ag%c3%bcera-air-retakan-434555

Masuk mobil untuk berangkat ke kantor dengan terburu-buru, malah aki mobilnya drop dan gak mau distater. Ganti sepeda motor biar lebih praktis, ternyata baru keluar perumahan, lalu lintas sudah macet karena ada kecelakaan. Sampai kantor sudah lewat jam absensi yang berdampak bakal dipotong tunjangan kinerjanya. Mau mulai bekerja berhadapan dengan layar komputer, baru tersadar kalau kacamata plus dan silindrisnya ketinggalan. Sabar...

Siang hari waktunya istirahat siang, rencana mau makan di kantin seperti biasa, baru tahu kalau dompetnya ketinggalan di rumah. Separuh hari sudah membuat hati dan pikiran bergemuruh. Kenapa ini semua bisa terjadi ? Jangan-jangan sampai mau tidur malampun masih ada kejadian yang di luar dugaan. Dan ternyata benar. Sampai rumah ternyata aliran listrik padam, karena barusan trafo PLN di deket perumahan meledak akibat curah hujan dan angin kencang yang membuat korsleting. Sabar...    

pexels-sebastian-sørensen-750225
pexels-sebastian-sørensen-750225

Inikah namanya ujian ? Bahkan ujian yang berrsinggungan dengan hal kesabaran akan menjadi lebih kompleks lagi, saat kita hidup dalam koridor keimanan kepada Sang Khalik. Bagaimana kita harus bisa mengatur ritme hati dan mengolah kesabaran dalam menghadapi segala ujian yang rasanya datang bertubi-tubi dari segala penjuru. Memang, seperti kata orang, sabar itu ilmu tingkat tinggi. Belajarnya setiap hari. Latihannya setiap saat. Ujiannya mendadak. Sekolahnya seumur hidup. Fakta ?

Sepertinya Sang Pencipta memang akan menguji mereka, seperti orang menguji emas. Mereka akan memanggil nama Tuhan , dan Tuhan akan menjawab mereka. Sama halnya ketika badai hidup menerpa, seolah sesuatu yang terjadi di hadapan kita sedang diungkapkan oleh Yang Maha Kuasa. Tentu saja persoalannya tidak berhenti sampai disini.

pexels-pixabay-207456
pexels-pixabay-207456

Dibutuhkan interaksi dan komunikasi pribadi dengan Tuhan. Karena ketika kita salah menanggapi materi ujian yang sedang kita hadapi, bisa saja yang terjadi adalah kita menabur kebencian dan menanam akar kepahitan. Baik kepada sesama, atau malah kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Dampaknya hidup kita lepas dari genggaman Tuhan. Lalu apa yang kita dapat ?  Pilihannya hanya ada dua. Menjadi BITTER or BETTER….!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun