Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Melihat....

13 April 2023   10:45 Diperbarui: 13 April 2023   10:49 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-ksenia-chernaya-5752281

Memang kadangkala bertambahnya usia yang sudah melewati angka enam puluh buat penulis, tidak segera menyadarkan pentingnya kesehatan. Bahkan masih saja merasa sebagai mahluk yang berusia muda saja. Merasa tidak perlu pantang makanan atau sejenisnya, membuat sedikit terlena. Seringkali sambil guyonan bersama teman seusia, ketika penulis diingatkan akan kolesterol atau asam urat, penulis akan jawab. Kolesterol dan asam urat adanya di Laboratorium. Betul ?

Sampai suatu kali, ketika penulis bangun tidur di pagi hari, melihat ada satu titik merah di kelopak mata bagian kiri. Tidak berpikir apa-apa akan tampilan mata tersebut. Aktifitas tetap berjalan seperti biasa. Sampai di hari kedua, ternyata titik merah di mata makin meluas dengan bentuk bercak merah. Mau tidak mau, suka tidak suka akhirnya harus ke dokter mata.

Hasil diagnosa dokter mata, penyebab timbulnya bercak merah di mata, di sebabkan pecahnya pembuluh darah, yang diakibatkan oleh makanan yang berlebih. Penulis baru ingat, dua belas jam sebelumnya makan kepiting papua dengan bumbu saus padang. Tetapi apakah itu salahnya kepiting ? Tentu saja bukan. Atau salahnya penulis ? Belum tentu juga. Karena timbulnya nafsu makan kepiting itu kan dari mata, dan mata memberikan rangsang yang berlebihan. Apakah ini salahnya mata ?

pexels-ksenia-chernaya-5752281
pexels-ksenia-chernaya-5752281

Begitu juga di bulan Januari kemarin, ketika mau antar isteri ke pasar. Tanpa disangka, ketika isteri masuk mobil, dan sekilas melihat kaca yang ada di penahan silau, tiba-tiba terlihat ada darah di sebelah mata kanannya yang seakan terus menyebar ke seluruh kelopak mata kanannya. Melihat kondisi yang mengkhawatirkan, kami langsung ke Klinik Mata Nusantara EyeCare yang ada di kota kami.

Kembali didapat, hasil diagnosa dokter mata, penyebab timbulnya darah merah di mata, di sebabkan pecahnya pembuluh darah, yang diakibatkan karena tensi yang meninggi. Bisa karena makanan atau juga beban pikiran yang membuat tegang. Apakah ini salahnya mata ? Bisa jadi. Karena pecahnya pembuluh mata di sini disebabkan tingginya beban pikiran. Mungkin karena isteri penulis melihat dengan mata telanjang kejadian-kejadian di sekitar kehidupannya yang membuat tensinya naik.

Apakah sampai sedemikiannya ? Memang persoalan mata mata bisa menjadikan sesuatu menjadi rumit. Ada ungkapan dari mata jatuh ke hati. Betul ? Coba ambil contoh yang sering di perhadapkan di depan mata kita. Seorang lelaki bisa jatuh ke dunia perselingkuhan hanya karena tidak bisa mengendalikan rasa mata yang sudah keburu jatuh hati ke wanita lain yang menjadi dambaannya. Padahal dia tahu dengan mata jasmani dan mata rohaninya kalau sebetulnya dia sudah beristeri dan beranak tiga.  

kiss-mark-5654536
kiss-mark-5654536

Atau seorang wanita yang biasanya jalan-jalan ke mall. Tanpa sadar bisa melakukan sesuatu yang dikatakan lapar mata. Sehingga bisa membelanjakan sesuatu karena dasar keinginan, bukan kebutuhan. Benar begitu ? Makanya sering terlihat sepasang suami isteri yang sedang berjalan-jalan di mall, suaminya akan selalu bergandengan tangan, dan memegang erat tangan istrinya, karena takut isterinya lari kemana-mana ? Ahay...!!!

Jadi memang betul kalau dikatakan bahwa mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu. Tetapi jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Dengan kata lain sejauh mana, mata kita bisa dikendalikan. Apakah mau dikelola dengan hal yang mengarah kepada kebaikan, ataukah mengarah kepada kejahatan. Ini adalah pilihan.

eye-2488227
eye-2488227

Dan yang biasa terjadi di sekitar kita, salah satunya adalah saat kita melihat seseorang dari kondisi penampilan luarnya saja. Tidak jarang kita sudah mengetuk palu dan menyatakan seseorang itu berperilaku tidak baik, hanya karena tampangnya yang sangar. Seringkali kita tidak menyadari keterbatasan penilaian atas hidup kita yang sudah diciptakan sebagai mahluk sempurna dan yang beriman oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

pexels-karolina-grabowska-5713777
pexels-karolina-grabowska-5713777

Dengan ukuran standar yang biasa kita lakukan, itu menjadikan sebuah kebiasaan dalam menjalani kehidupan untuk menilai seseorang. Padahal bukan yang dilihat manusia yang dilihat Tuhan. Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati. Benar ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun